14 ⚠️Violent scene ⚠️

2.2K 170 0
                                    


Bugh!

Bugh!!!

Bughh!!!

Trang... Trang...

Tubuh Niran begitu sakit hingga Niran sendiri tidak yakin jika dia sudah bebas tubuhnya tidak akan terluka dalam. Matanya tidak fokus dan memburam, kepalanya pening hingga telinganya berdengung. Mulutnya terbuka membunyikan ringisan lirih yang menjadi bunyi di ruang bawah tanah keluarga Mayor, perutnya mulai terasa nyeri bahkan Niran tidak yakin jika makanan yang tadi dia kunyah akan tercerna. Ia terbatuk berat dan membuat dadanya sesak, Niran ingin mati bukan siksaan yang membuatnya harus memilih mati ketimbang hidup dalam kekerasan.

"Jawab pertanyaan ku, Cuang ada dimana?"tanyanya. Niran mendongkak dan menatapnya kesal. Apakah dia tahu bagaimana rasanya menjadi dirinya? Kabur lalu malah masuk ke kandang kejam ini, apakah dia tahu betapa sakitnya dirinya saat kepalan tangan memberinya pukulan tiada henti? Apakah dia tahu jika lutut tajam yang membuat perutnya sakit itu membuat makanan yang tadi masuk ingin keluar? Sial, apa yang dia pikirkan, apakah tidak melihat bahwa pipinya yang memar dan juga sudut bibirnya yang terluka.

Niran mendengus. Rasanya sakit bahkan saat dirinya bernafas. Tapi, apakah siksaan ini akan berhenti? Niran tidak berbohong jika dia sendiri tidak tahu di mana ayahnya berada. Kenapa saat di mana ayahnya yang berbuat kenapa dia yang menanggung? Niran bersumpah dia tidak ada hubungannya dengan ayahnya.

Bugh!

Bughh!!

"Akhhh!!!"Niran reflek menjerit saat perutnya di pukul dengan keras. Bawahan yang menjaga sel menatap ngeri melihat Niran yang memuntahkan darah. Lelaki di depannya tidak bergerak barang sedikit pun, dia mendongkakkan kepala Niran dan menampar pipi Niran.

"Aku beri waktu hingga nanti malam, jika kau tidak menjawab maka siap–siap saja ahli bedah keluarga Theerapanyakul datang (Vegas). "Ucapnya. Dia melempar wajah Niran dan segera keluar dari ruangan itu. Niran sendiri sudah merasa lemas tidak dapat melawan saat tubuhnya kembali di rantai dan kemudian badannya di gantung dengan kedua tangan yang menyatu di atas kepalanya. Niran tidak bergerak karena yang sekarang dia rasakan hanyalah rasa sakit akibat pukulan itu.

─────────ೋღ 🌺 ღೋ─────────

"Porsche dengarkan dulu!"Pete berlari menghampiri Porsche yang berjalan dengan langkah besar. Porsche sendiri langsung berhenti dengan malas dan Pete yang sudah mengejarnya kini mengambil nafas banyak–banyak. Pete tidak pulang dan hanya Vegas karena dia akan meminta keterangan lebih lanjut mengenai Cuang. Porsche yang mengatakan jika waktu akan terbatas hingga pukul 8 malam tepat. Porsche hanya tidak mau membuang waktu saja. Para bawahan yang berjaga di sekitar mereka menunduk kala kedua pemimpin klan berada di sana.

Porsche menoleh menatap Pete yang memegang lututnya kemudian berdiri. Porsche menghela nafas kasar dan melipat tangannya di depan dada.

"Kau tahu keputusan yang kau ambil itu tidak baik, Pete. Dengarkan aku saja, kita tidak perlu melakukannya. "Ucapnya menolak permintaan Pete

"Semua demi Chay. Kau tidak mau adikmu semakin sedih, 'kan? Ayolah~~"

"Sekali tidak ya tidak!"

"Porsche!"

"Pete!!!"

Pete memiringkan wajahnya dan memaksakan senyum. Matanya menatap Porsche yang melototkan matanya tanda tidak ingin di bantah. Pete hanya mau Porchay tidak sedih lagi tapi kenapa Porsche menolak keinginannya untuk menghibur adik kecilnya. Apa permintaannya salah? Apa Pete membebani pikiran Porsche?

Triple P (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang