jangan lupa vote dan komen yaa.
komen dan vote kalian sangat berarti buat author.
semoga suka sama cerita akuuu.
HAPPY READING!
***
Lauren berjalan ke dalam rumahnya, ia melihat sekeliling. rumahnya tampak gelap, karena lampu-lampu sudah di matikan.
Ia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. jam sudah menunjukan pukul 1 malam.
Lauren mengangkat bahunya acuh, lalu berjalan santai kearah kamarnya berada.
Saat ingin membuka pintu kamar, ia menoleh ke samping karena ada yang memanggilnya.
"Lo abis dari mana, Ren?" tanya orang itu.
"Mau gue dari mana, gak ada urusannya sama lo," Lauren memandang kembarannya sinis.
Laura menghela napas pelan."Gue berhak nanya karena kita saudara."
"Sampai kapanpun, gue gak akan nganggep lo saudara!" Lauren masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu dengan keras.
"Ren... mau sampai kapan kita kayak gini terus," lirih Laura. gadis itu masuk ke dalam kamarnya yang ada di sebelah kamar Lauren.
***
Paginya Laura dan Lauren sarapan bersama-sama, sebelum berangkat ke sekolah.
"Laura," panggil ibunya, yang bernama Karin.
"Iya, mah?" jawab Laura sambil menuangkan susu.
"Kamu minggu depan mau olimpiade kan?"
Laura mengangguk, sambil sesekali meneguk susu.
"Harus belajar yang rajin, Laura. jangan bikin mama kecewa seperti kembaran mu," Karin melirik Lauren yang tempat duduknya tidak jauh dari Laura.
Lauren yang merasa di omongi hanya memakan rotinya santai.
Laura berdehem canggung."I-iya, mah."
"Bagus, kamu mau apa dari mama kalo berhasil olimpiadenya?" Karin tersenyum lembut.
"Gak usah, mah. hadiah aku buat Lauren aja."
"Gak bisa git—"
"Cih, gue juga gak mau hadiah yang bukan hak gue," Lauren menatap datar kembarannya sambil bersidekap dada.
"Lauren! jaga ucapan kamu!" Karin menatap tajam anaknya.
"Bela terus, pantes mama di tinggal papa. orang istrinya pilih kasih," Lauren manahan air matanya agar tidak jatuh. ia gak boleh lemah!
Karin membanting sendoknya ke lantai. wanita sedikit paruh baya itu berdiri.
"Mah! stop it!" Laura mencoba menghentikan pertengkaran mama dan saudara kembarnya.
"Diam, Laura! kamu jangan ikut melawan kayak anak ini!" Karin menunjuk Lauren dengan amarah yang menguap. yang di tunjuk hanya tertawa sinis.
"Aku ngelawan? kalo bukan karena mama yang mulai, aku gak bakal kayak gini, mah!" balas Lauren dengan nada keras.
"BERANI NGELAWAN KAMU, HAH?!"
Saat Lauren ingin membantah omongan mamanya. suara Laura menghentikan niatnya.
"Ren, mending lo berangkat duluan aja," Laura menatap Lauren dengan pandangan memohon. ia tidak mau hubungan mama dan kembarannya jadi retak seperti ini.
Lauren menatap Laura datar, lalu ia mengambil tas dan pergi begitu saja.
"LAUREN! MAMA BELUM SELESAI BICARA!!" Karin menggebrak meja dengan keras.
"Mah, tenangin diri mama dulu," Laura mencoba menenangkan mamanya.
"Kenapa kamu selalu membela dia, Laura?!"
"Dia anak kurang ajar!"
Laura tidak menanggapi omongan mamanya, dia memanggil bibi untuk membawakan air hangat.
***
Di sisi lain, Lauren meremas stir mobilnya sambil menatap jalanan yang sedikit macet.
"Arghh!!" Lauren mengacak-acak rambutnya frustasi.
Lauren benci keluarganya! Lauren benci hidupnya! Lauren benci semuanya!
Kenapa dunia begitu tidak adil untuk Lauren? kenapa mamanya harus ngelahirin anak seperti dia?
Lauren menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang tidak begitu ramai. ia menunduk.
"Tuhan, harusnya Lauren mati," lirih gadis itu.
Hatinya sakit, melihat mamanya yang begitu sayang dengan Laura.
Bohong kalau dia bersikap biasa saja waktu mamanya ingin memberi hadiah untuk Laura. nyatanya Lauren sedih, ia juga ingin, ingin seperti Laura yang di sayang oleh mamanya.
"Pah, jemput Lauren. Lauren pengen ikut papa."
Papa Lauren dan Laura sudah meninggal saat mereka duduk di bangku smp kelas 8.
Lauren sangat dekat dengan papanya, tapi terkadang papanya lupa dengan dia, jika Laura pulang membawa berita bahagia.
Tapi itu gak masalah, Lauren tetap menyayangi papanya. karena, hanya papanya yang mengerti apa yang ia mau.
Lauren menatap keluar jendela. langit mendung menandakan ingin turun hujan. pas sekali, dengan suasana hati Lauren.
Gadis itu melirik jam tangannya. sudah pukul 6 pagi yang artinya 15 menit lagi, bel masuk sudah berbunyi.
Lauren menghela napas, lagi-lagi ia telat. dan ia baru ingat kalau jalan yang ia lewati adalah jalan yang berbeda arah dengan sekolahnya.
Mau gak mau, gadis itu harus putar balik. kalo ingin sampai sekolah dengan cepat, jalan satu-satunya harus mengebut. tapi, kalau mengebut pun gak mungkin, jalan menuju sekolahnya pasti macet. jadi Lauren hanya bisa pasrah.
Poor Lauren. nasib gak berpihak sama kamu untuk hari ini.
***
masih banyak teka-teki yang harus di ungkap, mulai dari:
1. kenapa Lauren sangat membenci Laura?
2. apa penyebab papa mereka meninggal?
3. kenapa mamanya sangat membenci Lauren?
dan mungkin masih banyak lagi yang belum terungkap.
masih mau lanjut baca cerita ini?
oh iya, maaf kalo ada kata-kata yang salah, atau typo mungkin.
ambil sisi positifnya aja, okey? buang sisi negatifnya.
tolong untuk share cerita aku ke sosmed, temen-temen atau saudara kalian.
and see u, guys<3
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS
Teen FictionLauren dan Laura muka yang sama tapi memiliki sifat yang berbeda. awal mulanya semua berjalan baik-baik saja, tapi... saat di hari itu semuanya berubah. "APA?! LO GA AKAN NGERTI GIMANA RASANYA JADI GUE, RA!" Gadis itu menatap kemabarannya dengan sen...