Tamu terus datang dan pergi, silih berganti tanpa henti. Soonyoung dan Myungho jadi sedikit kesulitan di cafe mereka ini. Kekurangan karyawan selalu jadi masalah utama para pebisnis kecil seperti mereka.
Kaki Myungho terus berjalan menuju setiap meja yang tengah menunggu dessert mereka, sedangkan tangan Soonyoung tidak berhenti menerima pesanan. Mereka sama-sama sibuk dan fokus dalam euforia bisnis. Meskipun agak berat layaknya hari ini, tetapi keuntungan yang akan didapat selalu membuat hati mereka puas.
Namun, saat semua orang sibuk, tentu akan ada satu orang yang jadi pengganggu.
"Hyung¹..."
Soonyoung tidak sempat menatap adiknya yang tiba-tiba keluar dari pintu belakang. Dia hanya berdehem singkat untuk merespons panggilan itu selama tangan menekan pesanan. Dia meminta sang adik sedikit menyingkir agar dia bisa menyerahkan cangkir yang telah ditempel setruk berisi nama serta jenis pesanan pelanggan pada barista. Setelah itu bibirnya kembali menanyakan pesanan pelanggan selanjutnya.
"Hyung lagi sibuk?" tanyanya yang masih ingin berbincang dengan sang kakak.
Soonyoung menghela napas sabar. "Kau bisa lihat sendiri." Dia melirik adiknya, Jung Chan sejenak, lalu bertanya, "Memangnya, apa yang kau inginkan?"
Meski tidak bisa terus meladeni, Soonyoung tetap tidak bisa mengabaikannya. Belum lagi suara adiknya terdengar putus asa dan sangat terdesak. Lalu, ketika Jung Chan menjelaskan tujuannya datang, tangan Soonyoung mendadak berhenti.
"Hyung, bagaimana cara mendekati seorang wanita?"
Kepala Soonyoung refleks menengok dengan kedua alis bertaut mempertajam tatapan matanya. "Sejak kapan kau tertarik dengan perempuan?"
🦫🦫🦫
Setelah hari yang berat, Soonyoung akhirnya bisa meluruskan jari-jarinya yang keriting karena terus memainkan mesin kasir seharian penuh. Beruntung Jung Chan datang membantu mereka. Meski tidak ikhlas, adiknya tetap bantu membuat kopi pesanan. Begitu-begitu, Jung Chan cukup ahli memainkan gelas barista.
Tetapi, Soonyoung belum selesai dengan urusan Jung Chan. Habis mencuci tangan, dia menghampiri adiknya yang terbaring lelah di meja barista. Soonyoung pun menarik kursi lain. Tanpa basa-basi, dia berkata, "Siapa perempuan itu?"
Punggung Jung Chan seketika lurus dan pundak menegak. Wajahnya terlihat tegang karena Soonyoung berekspresi serius. Dia meneguk liurnya. "Hyung, tidak perlu setegang itu. Aku kan tetap pria yang akan suka wanita."
Soonyoung menaikkan kedua tangannya ke atas meja. "Tetapi, tidak tiba-tiba begini. Yang kutahu, kau itu hanya peduli pada pendidikan, prestasi, dan popularitas. Lalu, hari ini tiba-tiba bilang ingin mendekati perempuan. Bagaimana aku tidak terkejut?"
Omelan Soonyoung membuat Jung Chan mati gaya. Semua yang dikatakan kakaknya adalah kebenaran. Dia tidak pernah tertarik atau ingin menjalin hubungan pada lawan jenis sebelumnya. Dia masih fokus pada pendidikan dan karir masa depan. Namun, bagaimana jika hati sudah memilih? Apa dia harus melewatkannya?
"Kenapa? Takut? Aku hanya bertanya, siapa perempuan itu? Jika aku mengenalnya, aku akan lebih mudah membantumu. Tetapi, jika tidak sesuai kasta, aku akan memukul kepalamu." Soonyoung mengangkat tangannya untuk memberikan ancaman candaan.
Tangan Jung Chan refleks melindungi kepalanya. Meski sebenarnya itu tidak perlu takut. "Tetapi, hyung harus janji. Jangan merebutnya!" tekannya.
Tiba-tiba Myunghao menyela. "Jika bukan pelanggan cafe, tidak mungkin Soonyoung merebutnya."
Jung Chan menepuk meja dengan kedua tangannya. "Justru karena dia pelanggan tetap cafe kalian!
🦫🦫🦫
KAMU SEDANG MEMBACA
Story About Us
Short StoryApakah semua yang dimulai, akan berakhir? Apakah semua pertemuan, suatu saat akan terpisah? Apakah semua kenangan yang kita buat selama ini, akan hilang seiring berjalannya usia? Jika memang kita harus terpisah karena sesuatu, jangan biarkan kisah k...