Z

20 1 0
                                    

Rintikan hujan mulai berhenti setelah hampir semalam bernyanyi di bawah pekatnya malam digantikan dengan  bau petrikor yang dengan cepat menyebar memberikan rasa sejuk pada hari yang mulai terang ini.

5:45
Angka yang tertera diatas nakas putih itu.

Seorang gadis yang tengah tertidur indah diatas hamparan kasur itu perlahan mulai membuka matanya menampilkan iris mata lelehan madu. Dirinya masih terdiam, mengumpulkan nyawanya yang sepertinya masih tertinggal pada mimpi tadi malam.

Perlahan ia mulai memejamkan kembali matanya menutupi iris coklat madunya dengan kelopak mata indah,Oh! Jangan lupakan bulu mata yang begitu lentik yang melekat pada kelopaknya.

Dirinya mulai terbawa mimpi indah,tenang,dam-

"RAIN CEPAT BANGUN!!!"

Seketika kesadaran kembali menariknya dari segala mimpi indah itu ketika suara menggelegar yang dia yakini adalah suara dari bundanya itu menghancurkan semua mimpi yang baru saja dibuat alam bawah sadarnya.

"RAIN SEKALI LAGI KAMU GA BANGUN BUNDA SITA SEMUA TELESKOP KAMU!"

"IYA BUNDA RAIN UDAH BANGUN KOK" Jawabnya dengan suara lantang.

Rain terdiam, Menyadari kebodohan nya. Dia lupa bahwa dia melewatkan 120 hari tanpa bunda nya. Dia segera bangkit melangkahkan kakinya ke kamar mandi menghindari air mata yang sial nya hampir membasahi pipi putih nya. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit untuk mandi Rain keluar dan bersiap-siap untuk sekolah.

Wajah ayu dengan bibir yang merah alami, rambut coklatnya bergelombang bak ombak yang menyapu pantai, dan jangan lupakan kedua lesung pipi yang membuat Rain semakin manis. Setelah dirasa siap Rain segera turun untuk sarapan. Rain berjalan menuruni satu demi satu anak tangga yang melingkar apik dirumahnya.

Sunyi

Selalu saja seperti ini setiap hari.
Meja makan yang seharusnya diisi satu keluarga hanya diisi satu orang saja. Rain diam, memandang makanan yang tersaji dihadapannya dengan malas. Decitan kursi terdengar, ia berdiri mengambil tas nya dan keluar dari tempat yang ia sebut neraka.

Tanpa berpamitan, Oh!!kepada siapa ia harus berpamitan? Sementara hanya ada seorang pembantu dan satu orang yang mungkin masih mengarungi mimpinya setelah pagi tadi baru saja pulang.

Rain segera melangkahkan kakinya menuju motor matic nya untuk berangkat ke sekolah. Menoleh sebentar pada teras rumahnya, menghela nafas sebentar dan segera melajukan motornya menjauhi rumah sepinya.

Ya,

Itulah Rain.

                           ****

Riuh suara manusia mulai terdengar ketika Rain memasuki gerbang sekolahnya. Setelah memarkirkan motornya, Rain segera pergi menghindari desakan murid lain yang juga ingin memarkirkan motor ataupun sepedahnya.

Mengabaikan segala tatapan penuh minat dari para murid lelaki dan tatapan iri dari murid perempuan Rain tetap berjalan hingga langkah kakinya berhenti pada kelas XI-IPA 2, Kelasnya.

"RULINN GUE KANGEN BANGET SAMA LO" Teriakan menggelegar menyambut kedatangannya.

Menghela nafas panjang, dirinya segera menghampiri bangku yang sudah kurang lebih 2 minggu ia tinggalkan.

"Nama gue Rain bukan Rulin tai,"

"Loh bukannya Rulin ya?"

Tsabita Annerie Kein,
Orang yang kurang lebih 5 tahun menjadi sahabat karibnya.

Bita, gadis berwajah bule ini memang sangat bar-bar dan sangat cerewet, namun gadis cantik ini banyak diburu oleh para kaum adam karena parasnya yang sangat cantik dan kepribadiannya yang ramah pada siapapun.

Bita, orang yang sudah mengerti bagaimana seluk beluk kehidupan Rain. Hadirnya Bita membuat senyum Rain sering hadir. Bita, memegang peran penting dalam setiap masalah yang Rain hadapi.

Bita,
Salah satu cara tuhan menurunkan kebahagiaan untuk Rain.

                        *****

"Rul, liburan semester ini lo udah kemana aja?" Tanya Bita disela dirinya sedang menghabiskan semangkuk bakso yang warna nya sudah berubah menjadi merah.

"Neraka." Ucap Rain.

"Ketemu Malik gak lo?"
Rain menaikkan sebelah alisnya.

"Aelahh katanya lo di neraka    gimana bisa kaga ketemu si malik lo."

"Bacot"

Bita diam, dia tahu kalau Rain sedang tidak dalam mood yang baik dan dirinya memilih untuk menikmati bakso yang masih ia nikmati separuh.

Sementara Rain, dia mengedarkan pandangannya melihat pemandangan tidak asing bagi nya.

Pembulian yang dilakukan oleh beberapa siswa selalu menemani suasana kantin setiap jam istirahat. Yang tak lain dilakukan oleh Sea sang primadona sekolah dengan dua antek-anteknya yang selalu menemani Sea dalam membully.

Chelsea Belvisa Aliesha, anak dari konglomerat terkenal di negeri ini. Dengan kekuasaan yang ayahnya miliki dia dengan mudah dikeluarkan dari segala bentuk hukuman yang ia terima akibat pembully an yang ia lakukan.

"Orang miskin itu emang selalu dipandang rendah dimanapun itu. Lo harusnya sadar diri bego ngapain orang rendah kaya lo berada di sekolah elit kaya gini." sentak nya pada seorang laki-laki dengan kacamata melingkar di mata indahnya.

Bentala Angkasa Cakra, langganan bully yang dilakukan oleh Sea. Lelaki cupu dengan kapasitas otak yang tinggi membuat dirinya tak ayal diterima di sekolah elit ini.

Bentala diam membiarkan rambut hitam legamnya di tarik dengan kuat oleh Sea.

"Cukup guys si cupu kayaknya udah mau pingsan nih,"

Sea melepaskan tarikannya, berjalan dengan angkuh seraya menginjak telapak tangan Bentala.

Dengan baju basah kuyup akibat siraman yang dilakukan oleh Sea serta menahan rasa sakit akibat tarikan yang tidak main-main itu, Bentala berdiri beranjak meninggalkan kantin yang sepertinya puas dengan tontonan barusan.

Ya selalu seperti itu. Tindakan pembullyan yang selalu dibiarkan tanpa ditegasi. Membiarkan sang pembully menang tanpa adanya timbal balik yang diterima serta membiarkan orang yang di bully diinjak-injak dan direndahkan dengan mudahnya.

Namun apa?
Siapa yang berani melaporkan seorang anak konglomerat jika ingin hidup dengan tenang.

Sea selalu menang, itu yang akan selalu terjadi jika tidak ada yang melawannya.

                        *****

Suasana yang sepi menemani Bentala melangkahkan kakinya melewati lorong panjang menuju lokernya.

Pukul 5 sore

Wajar jika sekolah sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa anak yang masih disekolah mengikuti eskul. Hari Selasa memang sering digunakan oleh anak paskib berlatih dilapangan sepulang sekolah.

Bentala membuka lokernya. Dahinya menyerengit melihat sebuah kertas berwarna biru terlipat rapi diatas tumpukan bukunya.

Dirinya menghelas napas, mengambil kertas itu dan membukanya.

____________________________________

Dindingmu sudah terlalu retak
Pondasimu hancur
Atapmu sudah mulai rapuh
Dan
Lantaimu remuk redam,

Lalu untuk apa terus dipertahankan?

                                            Hujan

____________________________________

Bentala diam, tapi pegangannya pada kertas biru itu menguat membuat lecek kertas ditangannya itu.

"Gue nggak lemah"


















Haii gimana part ini,
Jangan lupa tekan bintang di bawah yaa

See u next capter!!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang