MAY'S FLORIST

49 5 0
                                    

Kala malam itu, Galen menatap kembali layar ponselnya. Menampakkan dua centang biru pada sebuah pesan yang dikirimkan dini hari. Monster Sekolah nama itu ia berikan kepada sosok Daniel yang menurutnya cocok memakai panggilan demikian. Dua jarinya mulai berkutik, mengikuti irama otaknya untuk merangkai sebuah kata di sana. Namun, dalam benaknya ragu untuk menombol icon pesawat kertas di pojok bagian bawah itu, dengan segera ia menghapus semua kata yang telah diketik secara rapi.

Tentu hal ini terjadi tidak hanya sekali, entah apa yang membuatnya menjadi bimbang seperti ini. Hingga berulang kali tampak dirinya menuliskan pesan, detik kemudian ia hapus lagi. Begitu seterusnya hingga waktu berjalan sepuluh menit. Dengan mengacak rambutnya frustasi, ia melempar ponselnya sembarang arah di kasur empuknya. Membaringkan tubuhnya sambil melipat kedua tangannya sebagai tumpuan di kepalanya yang terasa sedikit berat itu.

Jarak beberapa detik, satu notifikasi pesan berbunyi pelan, tetapi masih bisa terdengar di telinganya. Ya, mungkin suasana sunyi kamarnya itu mampu menenangkannya, setiap hembusan nafas juga bersahutan dengan decakan cicak yang merayap di dinding. Ditambah kemudian denting jam yang berderu setiap detiknya.

Kedua tangannya meraya di atas benda empuk itu, meraih sebuah benda pipih di sana.

Monster Sekolah

Ada apa? Kayak cewek gajelas, lu

Ketik-hapus, ketik-hapus.

Galen berdecak, merutuki kesalahannya berapa menit yang lalu. Dan benar saja Daniel telah mengetahui aktivitasnya sejak lalu. Seharusnya dirinya mampu melihat notice bahwa Daniel telah online sejak tadi. Wajar saja cowok seperti dirinya yang mungkin tidak banyak contact dalam ponselnya. Cowok pengangguran kayak Daniel banyak waktu untuk bermain-main dengan Galen.

To the point aja

Apa hubungannya May'S Florist dengan Elenea?

Dasar cowok gengsian

Gak usah banyak basa-basi,
waktu gue gak banyak.

Mau kemana? Mati?

Lantas Galen terpenjarat, membelalakkan matanya tak percaya. Ingin dirinya menimpali cowok di seberang telepon itu dengan benda tajam.

Tangan lo enteng banget, ya?
Ngetiknya.

Awas nanti tangan lo dimintai
pertanggung jawaban
di akhirat nanti.


Ya lo gue ajak lah.

Sialan, nih orang.

Cepet jawab pertanyaan gue!

Yang mana?

Galen memutar bola matanya malas, menekan tombol on-of lalu meletakkan ponselnya di atas nakas.

Cie ngambek

Canda, nak alim

Mau tau gak nih jawaban gue

Jangan sok gengsi gitu juga kali

Notifikasi pesan itu berbunyi beruntun, memberondong pendengaran Galen yang kini tengah menatap ponselnya malas. Namun, sebenarnya hatinya juga tergugah untuk meraih benda pipih itu segera. Detik selanjutnya tangan kanannya telah menumpuh sebuah ponsel di atasnya.

GALEN KALENDRA (COMPLETED)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang