Bunyi ketukan pintu sebanyak dua kali membuat Gianna menoleh disela-sela kegiatan memoles make up tipis di wajahnya. Pintu terbuka dan menampakkan Marvin yang sudah rapi dan wangi.
"Masih lama?"
"Apanya?"
"Lo dandannya masih lama?"
Gianna tak langsung menjawab, dia melihat jam yang tertera di layar ponselnya terlebih dulu. "Sekarang baru jam 6 lebih dikit kak. Kelas pagi gue masih lama banget."
"Iya tau, tapi katanya mau nyari sarapan dulu." Marvin menyenderkan tubuhnya ke pintu, netranya menatap Gianna yang masih asik sendiri membubuhkan berbagai produk kecantikan di wajahnya.
"Kalo nggak sabar nungguin gue selesai gapapa kak. Lo berangkat duluan aja. Nanti gue bisa berangkat sendiri."
Andai saja wanita yang mengatakan hal itu adalah salah satu mantan pacarnya di masa lalu, sudah pasti kini Marvin akan membanting pintu dan berangkat lebih dulu. Dia paling tidak suka jika diminta untuk menunggu seperti ini. Namun untuk kali ini, Marvin menekan egonya dan mengalah untuk Gianna.
"Ya jangan. Kan semalem gue udah janji mau nganterin lo ke kampus," ujar Marvin seraya mendudukkan diri di tepi ranjang. Ia mengeluarkan ponsel dari saku jaket agar bisa menjadi pengalih rasa bosannya.
"Instagram lo apa Gi?"
"Ada deh. Gausah ngestalk, akunnya gue privat."
"Gue kasih 5 juta buat accept dan follback gue mau?"
Entah Marvin sedang berbicara serius atau tidak, tapi yang pasti Gianna tak akan menolak tawaran tersebut. Ya, dia adalah jenis wanita seperti itu. Terjebak dalam kemiskinan membuatnya begitu mengagungkan yang namanya uang.
"Mana?" Gianna mengulurkan tangannya untuk mengambil alih ponsel Marvin. Dia mengetikkan nama akun instagramnya dan menekan tombol 'mengikuti' hingga berubah menjadi 'meminta'.
Setelah itu dia ganti membuka ponselnya sendiri untuk menerima izin akun Marvin yang memiliki ratusan ribu followers itu mengikuti akun privatnya yang hanya memiliki kurang dari seribu followers.
Selain kesenjangan sosial, rupanya mereka masih memiliki banyak sekali kesenjangan yang lainnya. Termasuk kesenjangan akun media sosial.
Gianna menyerahkan kembali ponsel milik Marvin pada sang pemilik, lalu dia mengerlingkan matanya genit dengan maksud bercanda. "Gue tunggu notif transfernya masuk."
Oh jangan khawatir. Tak perlu menunggu nanti, karena Marvin akan mentransfernya saat ini juga. Dia adalah pria yang selalu menepati janji.
"Udah masuk Gi," ucap Marvin bersamaan dengan adanya bunyi notifikasi dari ponsel Gianna yang tergeletak.
"Lo serius?" Gianna menatapnya tak percaya. Dia kira Marvin hanya bercanda saja, namun ternyata dia sungguh-sungguh mentransfernya 5 juta rupiah. Semudah itu Marvin memberi uang padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits [✓]
FanfictionMarvin dan Gianna memang telah sepakat untuk menjalin hubungan yang cukup rumit tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Namun mereka bisa apa jika takdir malah berkata sebaliknya? ©️zrstly, 2022