NOTE:
Gak ada rencana untuk up chapter hari ini, tapi akhirnya up juga.
Enggak kerasa udah chapter 9 dan ceritanya masih di sini-sini aja :v. maaf ya kalau alurnya lambat dan bosenin. Tapi, semua udah direncanain sampai end kok. :D
Anyway. Happy reading!***
Noah benar. Galland sakit. Ternyata tubuh Yuki lebih lemah dibanding dengan yang Galland pikir. Galland juga ingat bahwa dia sempat kehilangan kesadaran karena hanya minum sebotol jus buah seharian kemarin. Setiba di rumah pun, Galland memutuskan untuk langsung tidur tanpa mengisi perutnya sama sekali. Pagi ini, Galland bangun dengan keadaan meriang dan muntah-muntah.
"Aduh, weekend kenapa sakit, sih?" Gaby mengomel. Dia sudah menghabiskan waktu setengah jam untuk mengomel saja. Dari dia mulai memasak, hingga sup kaki ayam itu dihidangkan di hadapan Galland.
Sebenarnya, Galland sangat enggan untuk makan. Mulutnya terasa pahit. Tapi dia harus makan untuk minum obat. Dia juga tidak bisa membiarkan tubuh Yuki menderita lebih lama.
"Nasinya lebih lembek, kok. Enggak keras." Gaby menaruh piring berisi nasi yang cukup sedikit. "Jangan dipaksa kalau enggak bisa habis. Makan sebisanya aja, asal perut keisi dan minum obat."
Galland mengeluh. Perutnya benar-benar terasa mual. Namun, dia harus mendingan sedikit. Sore ini ada evaluasi rutin yang harus dia ikuti.
Gaby memperingati Galland untuk tidak hadir, tapi Galland tidak mau. Sangat repot untuk mengurus evaluasi susulan, Galland tidak mau nilai Yuki kosong begitu saja. Tempat kursus itu juga merupakan jalur untuk Galland bisa meraih beasiswa keinginan Yuki.
Galland tidak tahu sebenarnya ada evaluasi sore ini. Jika saja tempat kursus itu tidak memberikan email pengingat, mungkin Galland tidak akan hadir. Yuki juga tidak menaruh pengingat di kalendernya, padahal itu adalah evaluasi rutin.
Beberapa hari terakhir, setelah Galland memasuki tubuh Yuki, Galland menyadari bahwa Yuki menaruh banyak pengingat di kalendernya untuk tanggal-tanggal yang akan datang. Seperti tanggal pengumpulan tugas, tanggal try out untuk website langganan Yuki belajar, bahkan tanggal untuk mengganti alas kasurnya. Tapi semua pengingat itu berhenti di minggu berikutnya Galland berada di tubuh Yuki.
Semua catatan bahkan plan Yuki juga tidak terisi penuh. Padahal dari pengamatan Galland pada catatan-catatan di buku lain, Yuki akan menulis plan dari seminggu sebelumnya. Semua keadaan itu membuat Galland berspekulasi bahwa Yuki sudah merencanakan aksinya.
Dari obat tidur yang digunakan Yuki pun, Galland tidak menemukan catatan resmi dari dokter bahwa Yuki memerlukannya. Itu berarti, Yuki menggunakannya diluar anjuran dari dokter. Obat yang diperlukan Yuki hanya sebatas obat asam lambung, yang mana hanya dianjurkan pada saat kambuh saja, seperti sekarang.
Setelah beristirahat sebentar, Galland merasa keadaannya sedikit membaik. Galland benar-benar meminta maaf telah membuat tubuh Yuki melewati keadaan yang mengerikan. Padahal sebelumnya, Galland berjanji membuat tubuh Yuki lebih sehat. Tapi, sekarang karena kelalaiannya, Yuki malah jatuh sakit.
"Udah enakan?" Tante Gina mengelus wajah Galland lembut.
"Hm," sahut Galland, meski suaranya sedikit serak.
"Yuki yakin tetap berangkat? Tante bisa ngubungin tempat kursus kalo Yuki sakit, loh." Tante Gina berucap khawatir.
Galland berusaha duduk. Matanya melirik jam beker yang ada di nakas. Masih jam setengah 1. Ada waktu sekitar 3 jam sebelum Galland harus pergi ke tempat kursus.
"Yuki bisa istirahat sebentar lagi kok, Tante." Galland tersenyum kecil. "Entaran juga baikan dikit."
Jawaban Galland membuat Tante Gina gemas. Dia mencubit sedikit pipi gempal Galland. "Kamu tuh gini mulu. Dikurang-kurangin, toh, keras sama diri sendirinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncovered Feeling [BxB]
Teen Fiction"Sumpah, gue belum mau mati. Gue masih muda, belum pernah ciuman, belum nikahin cewe gue. Please, Tuhan. Jangan ambil nyawa gue sekarang!"