اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah***
Walau dalam hati terus mengatakan tidak apa-apa tetapi lain dengan mata yang terus mengeluarkan cairan bening yang melangir membasahi kedua pipi, seakan mempertegas bahwa ia bersedih dengan kenyataan kalau ia sudah membuat suaminya kecewa, melihat raut muka suaminya yang terus masam itu membuat hatinya sakit.
"Yaang, kamu di dalam?" Tubuh Kiva tersentak, buru-buru ia menghapus air mata dengan handuk kecil yang ia ambil dari lemari kecil di dalam kamar mandi.
"Iya mas, sebentar" kiva berharap suaminya tak menyadari nada suaranya yang begitu sumbang akibat menangis tadi, ia mengucap basmalah dalam hati sebelum melangkah untuk menemui suaminya.
Dimas tersenyum kecil saat pintu kamar mandi terbuka dan nampaklah sosok Kiva tetapi senyumnya langsung surut melihat mata dan hidung istrinya merah, dan Dimas tau itu karena apa.
"Ada apa mas?, maaf nunggu lama. Mas mau mandi ya" Kiva mendekat namun dengan kepala menunduk, jemarinya dengan pelan membuka kancing kemeja yang di kenakan Dimas.
Dimas menyentuh jemari Kiva yang lembut, lalu mengecupnya pelan dengan penuh perasaan, lalu tangan satunya mengangkat dagu Kiva hingga wajah sembab itu terlihat. Dimas membodohi dirinya sendiri karena tak berfikir sejauh ini, tak befikir akan tingkahnya yang membuat itrinya bersedih.
Air mata Kiva yang di tahan mati-matian ahirnya jatuh juga, ia tak tahan dengan kelembutan serta kasih sayang yang di berikan suaminya itu menambah rasa bersalah di hatinya.
"Istigfar sayang, sudah cukup sebentar saja kita bersedih, kalau terus berlarut dalam tangis seperti ini, berarti secara tidak langsung kamu menyalahkan Allah yang maha mengatur segala kehidupan ciptaannya" Dimas mengusap air mata yang membasahi wajah cantik Kiva, lalu merengkuh tubuhnya.
"Mas iklas sayang, mungkin Allah menyuruh kita untuk menjadi manusia yang benar dulu, masih banyak yang belum kita ketahui tentang perintah Allah, agar bisa membesarkan anak kita nanti dengan ajaran-ajarannya yang benar" Dimas mengelus sayang punggung Kiva yang bergetar.
Kiva mengangguk cepat, membenarkan setiap ucapan suaminya, ya Allah maafkan hambamu yang penuh dosa ini yang telah membuatmu terus kecewa batin kiva. Seharusnya ia bersikap lebih dewasa untuk menghadapi semua masalah, bukan dengan berlarut dalam tangisan yang sia-sia.
✘✘
Setelah sholat ashar Dimas sengaja mengajak Kiva ke taman suropati, untuk menghibur kiva yang bersedih dengan berjalan-jalan mengelilingi taman yang berbentuk lingkaran seluas 16.322 m2 itu.
Kedua tangan mereka saling bertaut seakan tak mau kalah dengan pasangan muda-mudi lain, yang menikmati suasana rindang dengan angin yang sepoy-sepoy. Begitu sejuk dan nyaman untuk joging atau sekedar menikmati sore hari yang kini mereka lakukan untuk menunggu waktu maghrib tiba.
"Makasih mas" Kiva tersenyum kecil saat menerima minuman kemasan dari Dimas, kemudian keduanya duduk di bangku besi untuk menikmati segarnya minuman yang mereka beli.
"Minggu depan ada projeck di paris yang, kamu nanti ikut yah, sekalian kita honeymoon. Semenjak menikah kan kita enggak pernah honeymoon" Dimas memainkan jemari lentik Kiva, sesekali mengecupnya ringan yang membuat pipi Kiva langsung memerah akibat malu karena sesekali para pejalan kaki yang melewati mereka melirik secara diam-diam, walau Kiva sendiri tau kalau suaminya lah yang menjadi pusat perhatian.
"Apa enggak menganggu pekerjaan mas kalau aku ikut?" Kiva menatap suaminya yang tampan. Ia tau suaminya itu super sibuk jadi ia tak mau menambah beban dengan ia ikut ke paris nanti.
"Tidak sama sekali sayang, malah nanti kamu adalah penyemangatku"kalo bukan di tempat umum, rasanya ingin sekali memeluk tubuh kiva seerat mungkin saat semu merah kembali teercetak begitu manis di kedua tulang pipi Kiva.
"Pulang yuk, sebentar lagi magrib" Kiva mengangguk dan menerima uluran tangan suaminya yang besar dan hangat lalu keduanya berjalan untuk kembali pulang.
✘✘
Kiva duduk bersandar pada kepala ranjang akibat perutnya sedikit keram karena tamu bulanan tiba-tiba datang tadi, matanya memerhatikan suaminya yang tengah khusuk mengaji seusai sholat, hatinya begitu tentram saat mendengar suaminya mengaji. dalam hati Kiva terus bedoa meminta pada sang kuasa agar kehidupan rumah tangganya seperti rasullulah dan aisyah yang pernikahannya penuh berkah,Dan semoga ia juga seperti aisyah yang menjadi cinta pertama rasullah dalam islam.
Kiva mengerjap, tersandar dari lamunannya saat merasakan kecupan suaminya, kepalanya mendongkak. Dan suaminya sudah berada di sampingnya, sejak kapan?.
"Apa masih sakit perutnya?" Tanya Dimas, kiva menggelang lalu segera memeluk tubuh suaminya, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Dimas untuk memperoleh rasa nyaman yang begitu nyata terasa.
"Hey, kenapa hmm?"Kive menggeleng pelan.
"Cuma pengen meluk mas Dimas aja"gumam Kiva yang langsung membuat Dimas tersenyum. lalu balas memeluk tubuh istrinya lebih erat serta sesekali mengelus sayang rambut panjang nan indah Kiva.
"Mas"
"Hmm?" Gumam dimas pelan.
"Aku cinta mas Dimas"
Blusss
Wajah Dimas langsung merah padam, ya Allah ia bahagia sekali, pasalnya ini kali pertama kiva mengatakan cinta setelah 3 bulan mereka menikah.
"Mas lebih mencintaimu sayang" Dimas menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Kiva, oh wajahnya terasa panas, biarlah orang bilang ia lebay yang penting ia bahagia sekali sekarang.
Hidup mati seseorang memang Allah yang mengatur tetapi Dimas maupun Kiva berharap, Allah membiarkan mereka terus bersama hingga tua nanti, hingga mereka tak sanggup melakukan apa-apa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Hati (Dimas-Kiva)
EspiritualKisah 2 Hati yang berbeda. ketika keduanya di pertemukan, akankah menjadi penyatuan yang indah atau malah terasa seperti api yang membakar tubuh. panas dan menyakitkan.