BAB XXXIV : Kita Pasti Bisa

156 27 8
                                    

Lynch pernah merasakan kehilangan saat ia tak menemukan keberadaan Preticia di dalam rumahnya. Dirinya begitu frustasi saat Ayahnya bilang kalau Preticia pergi bersama dengan Alice dan Viana. Saat Lynch berlari menyusul mereka, ia bertemu dengan mereka di tengah jalan, namun ia tak menemukan keberadaan Preticia sama sekali.

"Dia sudah dijemput oleh tunangannya, Lynch!" ujar Viana yang tak ingin Lynch dengar. Ia sama sekali tidak ingin mendengar jawaban itu dari mereka.

Lynch beranjak pergi, namun Alice menahannya. "Kita sudah dibohongi oleh dia, Lynch. Dia ternyata adalah seorang putri yang kabur. Aku baru saja bertemu dengan Pangeran Eldrick, dia menjelaskan semuanya kepadaku."

Lynch menggeram, tangannya terkepal kuat, hendak melampiaskan kemarahannya sekarang juga.

"Kalian memang tahu apa?" tanya Lynch dengan dingin. Wajah mereka membeku di tempat, kemudian bertanya. "Kautahu semuanya, Lynch?"

"Kalian membawanya ke mana?" tanya Lynch tak ingin berbasa-basi.

"Lynch relakan saja dia. Dia sudah bertunangan!"

"Kalian membawanya ke mana?!" tak ingin mendengarkan ucapan Alice, Lynch pun menekan pertanyaannya agar segera mendapatkan jawaban.

Alice dan Viana saling berpandangan, enggan menjawab pertanyaan dari Lynch. Tak ingin berlama-lama dengan mereka, Lynch pun pergi dari sana dengan berlari, mencari sendiri keberadaan Preticia.

Hari itu, ia merasakan ketakutan yang amat sangat. Lynch belum siap jika harus berpisah dengan Preticia, tidak untuk hari ini. Lynch belum mengucapkan banyak hal kepadanya, bahkan ia belum memberikan seluruh cintanya pada Preticia.

Tidak!  jangan hari ini, Lynch terus memohon dalam hati.

Namun secepat apapun ia berlari tanpa arah, ia tetap tidak menemukan Preticia. Di hutan yang luas ini, Lynch tidak tahu harus mencarinya ke mana sementara ia sudah diburu waktu.

Lynch berhenti, berusaha menyatu dengan hutan untuk mencari suara sekecil apapun agar bisa dijadikannya sebagai petunjuk. Dan ketika suara itu berhasil ia tangkap, Lynch berlari secepat yang ia bisa untuk menyusul suara kaki kuda yang dapat ia dengar.

Namun sayangnya, Lynch terlambat. Ketika ia berhasil menyusul suara itu, Lynch menemukan Preticia yang sudah berada dalam gendongan Pangeran Eldrick dalam keadaan tak sadarkan diri. Lynch masih mampu melihat betapa banyaknya luka yang ada di tubuh Preticia membuatnya bertanya-tanya apa yang telah terjadi kepada gadisnya.

Namun saat ia ingin menyusulnya, kuda yang dinaiki Pangeran Eldrick melaju cepat bersama dengan prajurit lain, dan rombongan mereka dipimpin oleh Dallion sebagai penunjuk arah.

Lynch tidak menyerah, ia terus berlari mengikuti jejak mereka. Meski sempat berhenti dan kehilangan jejaknya, tapi Lynch tetap berlari menolak untuk menyerah.

Cintanya pada Preticia membuat Lynch tak ingin kehilangannya. Entah sejak kapan, Lynch mulai merasa egois dan tak ingin Preticia sampai jatuh ke tangan orang lain. Mungkin akan berbeda ceritanya jika mereka tidak saling mencintai, namun cinta Preticialah yang membuatnya rela untuk berjuang sejauh ini.

Setiap membayangkan senyuman Preticia, Lynch semakin berlari dengan kencang, ia tak ingin kembali merasakan kehilangan.

Hingga sampailah ia diperbatasan kota, Lynch mengendap-endap dan bersembunyi di balik dinding rumah-rumah saat melihat kuda Pangeran Eldrick memelan. Banyak warga yang memberi jalan agar rombongan kuda Pangeran Eldrick bisa lewat. Mereka beramai-ramai memberi salam pada Pangeran Eldrick serta memujinya karena telah berhasil membawa Preticia kembali.

"Aku penasaran bagaimana Tuan Putri bisa berada di dalam hutan itu. Itukan hutan terlarang yang katanya banyak silumannya," ujar salah seorang warga yang bisa Lynch dengar

I Want To Be With You [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang