1

10 1 0
                                    

Senin.

Hari ini adalah hari senin. Hari paling ribet yang pernah ada. Namaku Lily, Liliane Fransesca. Umurku, em, 16, em ya, saat ini 16 tahun. Aku adalah siswa baru di kota yang bahkan aku belum pernah kunjungi sebelumnya. Ini aneh, karna disini sangat bebeda dengan tempat tinggalku dulu.

Aku tinggal di asrama dengan beberapa anak baru yang lainnya. Karena rumahku jauh, harus menempuh perjalanan 1 jam untuk sampai di sekolah (tolong jangan bandingkan dengan para budak korporat Jakarta tentunya) aku harus tinggal di asrama, dan kebetulan aku tidak punya teman sekamar, katanya siswi perempuan jumlahnya ganjil, dan aku harus sendirian. Baguslah, karena aku tidak suka teman sekamar. Alasan kenapa aku jauh-jauh sekolah di sini karena, random saja, aku mau punya teman baru yang bisa dipamerkan ke teman lamaku. Kekanakan bukan? Tapi itu salah satunya. Alasan lainnya karena, aku ingin saja.

Nama sekolahku SMK 1 Karya Bangsa, Lumayan, sepertinya kakak kelasku banyak yang ganteng, tentunya. Hehe. Jurusanku Teknik, ada yang bilang "Perempuan kok ambil Teknik". Yang biasa aku jawab dengan "Ya emang kenapa dengan perempuan?" Dalam hati tentunya, aku tidak mau membuat keributan hanya karena masalah gender.

Temanku sedikit, karena aku adalah anak Teknik, maka teman perempuanku, as expected sangat sedikit. Hanya 3, ditambah aku menjadi 4. Tapi tak apa, aku suka mereka. Mereka baik dan, sepertinya benar-benar seorang teman.

Ini hari seni  di bulan Agustus. Artinya sudah sebulan aku bersekolah, membosankan, sampai hari ini rasanya membosankan. Setiap hari hanya itu-itu saja yang aku lakukan. Sekolah, pulang, tidur, dan kembali ke sekolah. Merindukan orang tua ku? Oh jelas. Tapi aku biasa sendiri, tak apa, semua bisa aku tangani sendiri.

Hari ini ada perlombaan, dalam rangka "agustusan" tentunya, banyak acara, kakak-kakak OSIS itu, benar-benar membuat capek saja, mengapa harus ada lomba tarik tambang dengan minimal 5 orang perempuan yang berarti harusnya kelasku tidak bisa mengikutinya, karena itu khusus perempuan. Tapi anehnya mereka memaksa, jadilah aku dan 3 temanku dengan satu Mbak OSIS yang tak kutahu namanya membantu kami, ujungnya, menang satu kali, dan kalah dua kali. Jujur saja, ini menyenangkan, sedikit.

Setelah kerempongan itu semua, aku dan temanku duduk di bawah pohon tempat berlangsungnya tarik tambang, banyak anak-anak lain juga tentunya. Aku adalah penyuka semua hal indah didunia ini, dan apa itu, di depanku ada OSIS ganteng yang sedang mengatur jalannya lomba tarik tambang. Siapa namanya? Oh, iya, Narendra. Tinggi, lumayan putih, rahangnya tegas, dan Jawa sekali. Aku dengar dia kelas 12, karena jujur saja, Kakak OSIS kelas 11 tidak ada yang bisa dicrush-in, hehe. Kecuali Mbak Riska, aku sangat suka Mbak Riska, aku pernah dapat kaos kaki saat MOS karena aku bilang mengidolakan Mbak Riska, dia benar-benar imut.

Aku tidak membuang waktuku untuk hanya melihat dia kepanasan sembari menata tambang yang akan digunakan untuk lomba. Karena bosan, aku juga memotretnya, memotret sebanyak-banyaknya. Setiap dia bergerak maka aku foto. Aku tahu memotret orang tanpa ijin adalah pelanggaran hukum, tapi tak apa, karena tak ada yang tahu pasalnya, dan anak-anak lain tampak tak memperhatikanku. Lagipula, foto itu hanya untuk kenang-kenangan karena nantinya dia akan lulus dan meninggalkan sekolah. Dalam jangka waktu setahun, sangat disayangkan.

Teman-temanku terlihat sangat lelah, tapi mereka juga menikmati apa yang mereka lihat, pertandingan yang seru. Aku terus memotret sampai, kamera handphone-ku mengarah terlalu ke kiri dan fokus pada satu objek selama 5 detik.

Disana, di lantai koridor yang menghadap lapangan tarik tambang, ada satu laki-laki yang  sedang fokus menonton pertandingan dengan ekspresi yang, kau tahu, dia sangat datar, tidak tersenyum dan tidak terganggu dengan suasana sekitar yang sangat berisik.

Aku kaget, tak bisa berkata-kata, dan terpesona? Oh tidak, dia hanya mirip dengan tokoh novel yang sedang kubaca di salah satu situs online. Jangan terlalu berlebihan.

Aku diam-diam mengawasinya lebih dari satu menit, sepertinya dia tidak melihatku? Sayang sekali. Tapi tak apa, bagus, aku jadi kelihatan sangat mengerikan seperti stalker, tapi hei, aku kan suka semua hal indah di dunia ini. Dan FIX! Setelah aku melihatnya berdiri, dia adalah tokoh novel yang keluar dari dunianya. Tidak, ini tidak benar. Mengapa dia harus selengkap itu dengan tinggi badan yang, entahlah, haruskah aku menyebutnya super tinggi? Tapi serius, dia tinggi sekali!

Dia pergi, dengan teman-temannya yang aku tak tahu mereka. Tapi, hal baiknya adalah, dia se angkatan denganku, mengapa aku tahu? Jelas tahu. Siswa baru belum mendapat seragam olahraga mereka,dan kami memakai seragam olahraga lama kami, jelas saja aku tahu dia dan teman-temannya seangkatan denganku. Mereka pergi bagaikan segerombolan permen warna-warni yang dulu sering aku beli diwarung langgananku, sangat menyakiti mata dengan rambut mereka yang dicukur habis. Mungkin belum habis, tapi benar-benar seperti lampu taman, kecuali laki-laki misterius itu tentunya.

Aku jadi penasaran, dari jurusan apa dia? Siapa namanya? Apa kelasnya? Apakah dia tinggal di asrama sepertiku? Dan apakah, dia punya pacar?

Sepertinya hari-hari membosankanku akan berakhir sampai disini. See you later, cowok misterius-ku

______________

#Liliane Fransesca, LF? Ingat?
#Narendra, Mas N itu loh, anak TKR,aku lupa. Duta wisata itu.

everything about you and me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang