Malam minggu adalah malamnya anak muda, katanya.
Memang iya, hingar bingar ramai serta lampu sorot terang dimana-mana, Cakra, Bima dan Gaga juga ada diantara orang-orang ini. Beberapa botol minuman sudah berserakan, hanya tinggal menunggu untuk diamankan jika mereka ketahuan mengonsumsi minuman-minuman itu
Acara kampung memang tak pernah gagal, tapi acara-acara seperti ini juga bukan contoh baik untuk anak-anak muda. Mereka bertiga hadir, tapi mereka tidak minum.
Tenang, mereka adalah BabeLova. Mereka hidup karena saling menjaga satu sama lainnya.
Malam semakin panas dan ketiga laki-laki koplak itu sudah selesai dengan cara menghibur diri mereka, meski Cakra sering jadi bahan sasaran bencong kampung. Siapa suruh ia tebar pesona sampai jadi bahan sosoran dan berakhir dengan di jual Gaga.
Memang tak ada yang jadi dasar untuk mereka benci akan pekerjaan dan kesenangan yang mereka kerjakan sekaligus, benar-benar tak ada yang mengira pula jika mereka akan bersama sampai hari ini.
Bima, Gaga dan Cakra tertawa keras menuju lapangan yang menjadi kawasan parkiran sebab satu hal yang tak akan pernah mereka lupakan, Cakra dan para bencong yang tak mau melepasnya, Gaga yang menjual Cakra untuk bisa didekati, dan Bima yang terus menerus mengatakan aneh pada kedua orang itu sambil membawa acara bersama Cakra. Bahkan jika siang tiba, mungkin bisa terlihat jelas lipstik di wajah dan pakaian laki-laki itu.
"Hahha.. gila-gila! Sawerannya banyak banget dari minggu kemarin, kita kayaaa!" Ucap Gaga heboh.
Bima menyibak rambutnya kebelakang, "Gila! Lo basah banget!" Gaga memperhatikan Bima saat Cakra mengatakan Bima berkeringat hebat.
Hening, kalau malam bisa ngomong bukannya bulan, mungkin dia akan bilang kalau Cakra Tengil Aira sungguh sontoloyo.
"Kata-kata lo ambigu, nyet!" Ucap Bima.
"Gaga, emang gue salah ngomong, ya?" Tanya Cakra tanpa dosa.
Gaga menggeplak punggung Cakra. "Bima kalau udah ngomong gitu berarti lo salah, mikir nyet!"
"Ngomongnya pada nyat nyet nyat nyet sih?!" Cakra protes. "Bangsat..." cicitnya.
"Udah, ah! Gue mau pulang, lo sama Cakra kalau masih mau disini silahkan."
Bima hendak pergi dengan motornya sebelum akhirnya Gaga mencegah. "Tunggu! Nih.. duit hasil kita bawa acara malam ini. Lo yang bagi Cak."
Cakra mengambilnya, membagi rata semua uang yang mereka dapatkan walau tidak cukup besar. Karena yang terpenting adalah bagaimana mereka mendapatkan pengalaman dari membawa acara sebelum masuk tv yang menjadi mimpi mereka.
Tolong ditandai, mimpi Cakra dan Bima.
"Lo bener mau pulang sekarang? Ah! Gak asik!" Cakra menepuk tengkuk kepala Gaga, karena masih menanyakan hal yang sudah mereka tahu alasannya apa.
Bima menarik dan menghembuskan nafasnya sambil tersenyum pahit. "Gue juga pengen gitu, tapi kan lo tahu gue gak bisa bantah Bapak. Kalau lo mau tetep gue disini, kejadiannya bisa kaya waktu itu looh."
Iya, benar. Gara-gara kejadian masa kecil dimana Bima pulang terlambat, setelah mereka menggantung anak ayam warna-warni milik Asep anak Pak Rw di pohon pisang ustadz Yahya. Ia, Cakra dan Gaga harus dihukum karena melanggar aturan jam main. Juga membuat Asep kecil trauma, sebab anak ayam yang ia beli di pasar itu mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] BabeLova - Jaemin, Haechan, Mark
Tienerfictie[BabeLova] -Cakra yang tinggal di gudang masjid, karena orang tuanya meninggal saat ia masih kecil. "Aku? Sendiri? Aku, kan punya Kakak sama Adek! Siapa? Jelas Kak Bima dan Adek Gaga! Siapa lagi? Aku.. aku cuman punya kalian. Iya, kan? Kakak Bimaa...