Bab 21 - Pada akhirnya Kembali

621 192 35
                                    

Kadang komen semangat dari kalian bisa buat aku nulis berbab-bab loh. Percaya?

Btw, di karyakarsa udah sampai bab 28.
Kalau bab ini enggak sampai juga 100 komen minimal. Aku gak mau publish lagi diwattpad

byeeee

-------------------------------------------------------------------


Tidak pernah membayangkan, orang yang kupikir paling ingin kuhindari, malah membawaku kembali pada rutinitas yang sebenarnya dari kehidupanku ini.

Kembali. Itulah yang akan Dara jalani setelah kemarin diberikan tiket business class oleh Dani untuk kepulangan mereka ke Jakarta. Hanya berbekal tas yang sebelumnya Dara bawa dari Jakarta, ia benar-benar kehabisan kata-kata ketika harus pamit kepada orangtuanya.

Mungkin inilah mengapa Dara ingin sekali membawa keluarganya ke Jakarta. Karena sejatinya Dari paling benci akan sebuah perpisahan seperti yang ia lakukan kini.

"Kamu benar enggak mau bawa oleh-oleh? Enggak kasihan dengan teman kantormu, Nduk?"

Sambil mencium punggung tangan ibunya, Dara hanya bisa meringis. Hingga detik ia akan kembali lagi ke Jakarta, Dara tidak sedikitpun cerita bila dirinya sudah resign dari d'Express.

Karena bagi Dara, menceritakan semua yang dirinya alami maka sama saja dia memberikan beban pikiran baru untuk kedua orangtuanya. Dan pastinya kedua orangtua Dara tidak akan mengizinkan putrinya kembali ke Jakarta, bila mengetahui semuanya, sekalipun kehidupan mereka di kampung pun tidak dalam kondisi berlebih.

Namun bukankah ada lirik lagu yang menggambarkan, makan enggak makan asal kumpul. Hal sederhana itulah yang pastinya akan diperjuangkan kedua orangtua Dara bila pada akhirnya Dara tetap memaksa kembali ke Jakarta.

"Hati-hati ya, Nduk. Jangan lupa makan. Jangan kebanyakan begadang. Istirahat yang cukup. Jangan cemas mikirin bapak ibu di kampung. Kami akan sehat-sehat saja di sini."

Bibir Dara mulai meringis. Kedua manik matanya berkaca-kaca saat memeluk erat ibunya. Sedangkan ayahnya Dara memberikan pesan berulang kali kepada Dani, untuk menjaga Dara di Jakarta. Walau mereka baru bertemu, Dani benar-benar berhasil menarik perhatian ayahnya Dara. Sampai orangtua Dara percaya bila Dani adalah laki-laki baik yang berteman dekat dengan putri mereka, Dara Fajara Hanes.

"Kami izin pergi dulu ya, Pak, Bu."

Ikut mencium punggung tangan ayah dan ibunya Dara, Dani benar-benar mencuri perhatian semuanya. Bahkan tak tanggung-tanggung, Dani berpesan kepada Udin, bila bocah itu sedang libur sekolah agar segera menghubunginya, karena Dani akan mengundangnya berlibur ke Jakarta sesuai keinginan Udin.

Ternyata menginap beberapa hari di rumah sederhana ini, tidur dalam kamar panas beralaskan kasur tipis, banyak memberikan Dani pelajaran. Bahkan banyak mimpi-mimpi indah dititipkan padanya. Seolah-olah Dani dapat membantu mewujudkan mimpi-mimpi indah itu.

"Ayo," ajak Dani.

Dani mempersilakan Dara masuk terlebih dahulu ke dalam mobil taksi online yang sudah dia pesan sebelumnya, kemudian barulah Dani mengikuti Dara masuk ke dalamnya. Menurunkan kaca mobil, keduanya melambai sambil memandang raut wajah seluruh keluarga Dara.

"Nanti kita ajak mereka ke Jakarta, ya?"

"Iya. Nanti setelah gue dapat kerjaan baru. Untuk saat ini ... gue cuma meninggalkan sedikit uang untuk mereka."

"Maksudnya?" Dani menatap wajah Dara yang masih terus melambaikan tangan.

"Tadi gue taruh sejumlah uang di atas kasur. Gue harap kalau ibu masuk ke dalam kamar gue, dia bisa lihat uang itu."

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang