Part 17
"Kamu bukan malaikat yang tak bisa bersedih karena merasakan sakit!"
@Afwan
.
"Assalamu'alaikum..."
Suara salam diikuti dengan langkah kaki memasuki asrama, membuat helaan napas lega keluar dari seorang cowok yang bernama Daffa.
Lalu, ia menoleh ke arah pintu masuk memastikan, jika suara itu milik cewek yang sedang ditunggunya.
Ia mengernyit, mendapat wajah tidak semangat dari sahabatnya. Terlebih, Ayra melewatinya begitu saja memasuki kamar.
"Tuh, anak, kenapa?" tanyanya pada Hendra yang kini duduk di depannya.
Hendra menggelengkan kepala tidak tahu, karena Ayra telah bersikap seperti itu setelah mereka sampai di halaman asrama, dan ia membangunkan cewek itu dari tidurnya.
Daffa memicingkan mata tidak percaya, pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Yakin, Bang?" tanyanya yang diangguki oleh Hendra.
Daffa menghela napas, lalu mencoba berpikir sahabatnya itu ketika menaiki kenderaan beroda empat maka dia tertidur dan akan terlihat tidak bersemangat ketika tidurnya terusik. Ah, ia harus memastikannya pada lelaki di hadapannya ini.
"Ayra sempat ketiduran waktu kalian kembali ke sini?"
"Iya."
"Lalu, saat sampai ke asrama lu bangunin dia kan?" tebak Daffa yang mendapat anggukan dari Hendra.
Daffa merasa ingin menonjok wajah santai Hendra yang mengangguk tanpa beban.
"Lu bego atau amnesia sih, Bang?!" kesal Daffa membuat Hendra mengernyitkan alis.
Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, Daffa segera beranjak dari duduknya dan menuju kamar Ayra. Ia yakin, sangat yakin, sahabatnya itu sedang menahan sakit di kepalanya.
Ia mengetuk pintu kamar berulang-ulang. Namun, tidak ada yang membukanya atau memberikan respon dari dalam. Membuat rasa khawatir kian membara dalam diri Daffa.
Tidak ingin, terjadi apa-apa pada Ayra, ia pun segera membuka pintu kamar tersebut. Hingga memperlihatkan seorang cewek yang tengah memukul kepalanya sendiri secara terus-menerus.
"Ayra?!" katanya berlari ke arah cewek tersebut. Lantas, ia menahan tangan Ayra dengan memegang bagian lengan baju milik cewek itu.
"Lu apa-apaan, mukul kepala kaya gitu, hah?!
Sementara itu, Hendra yang mendengar suara Daffa yang tersirat akan kemarahan, bercampur kekhawatiran membuat ia segera berlari menuju kamar milik Rara dan Ayra.
"Sakit Daf," lirih Ayra.
"Tapi, gak dengan lu mukul kepala lu, secara brutal, Ra!"
"Hiks ... maaf, tapi kepala Ayra sakit banget, kaya ditusuk."
Hendra diam mematung, melihat keadaan Ayra yang tengah kesakitan dan jangan lupakan air mata cewek itu mengalir deras, membuat ia sesak, mengingat kan ia pada sosok adiknya yang telah tiada.
"Daf?" ucap Hendra pelan membuat Daffa berbalik dan menghela napas.
"Bang, bisa minta tolong buatin teh hangat tanpa gula?"
Walau merasa bingung akan permintaan Daffa, Hendra tetap mengangguk dan berjalan menuju dapur.
Ayra POV
Di dalam kamar, rasa sakit pada kepalaku kian menjadi, membuat air mata ikut menetes.
Ya Allah, sakit banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFWAN
De TodoManusia hanya bisa berencana. Namun, Allah yang menentukan hasil Akhirnya. *** Afwan... Satu kata yang ingin disampaikan kepada orang-orang yang aku sayangi. Kata yang ingin sekali, aku sampaikan pada Abang untuk terakhir kalinya. Namun, hanya sebua...