Prolog

823 86 15
                                        

Minggu ini adalah hari yang paling sial dalam hidup jihyo, setelah dipecat dari pekerjaannya sebab tak sengaja menumpahkan minuman di pakaian pelanggannya, kini gadis bersurai legam itu harus menerima cacian dari para pejalan kaki yang melintas didepan toserba sebab salah satu wanita yang jauh lebih tua darinya melabraknya dengan alasan telah merebut suami miliknya.

"Dasar wanita tak tau malu, setelah tidur dengan suamiku kau masih berani menampakkan wajahmu dihadapan orang-orang?, yang benar saja kau ini...Dasar jalang". Teriak wanita itu yang mampu membuat semua orang menatap jihyo semakin tajam.

Jihyo yang merasa tak pernah melakukan kesalahan yang dituduhkan wanita itu pun berteriak tak kalah kencangnya, bermaksud membela diri.

"Tolong jaga ucapan anda nyonya!, saya sama sekali tak pernah tidur dengan suami anda, saya bahkan tidak mengenal ataupun pernah bertemu dengannya. Jadi tolong berhenti menuduh saya! ".

Bukannya mengalah wanita itu justru mengeluarkan ponsel dari dalam tas mewahnya dan menunjukkan sebuah foto yang menunjukkan sepasang kekasih saling merangkul memasuki sebuah hotel.
"Lihat!, apa kau masih berpikir aku menuduh mu, jelas sekali kemarin malam kau dan suamiku mengunjungi hotel, aku ingin tau semalam kalian menghabiskan berapa ronde hah? " Mata jihyo terbelalak melihat gambar yang ada di ponsel wanita itu, jelas sekali itu adalah dirinya bersama pria yang ditolongnya kemarin malam, sebab mabuk dan tak bisa berjalan dengan benar ia membantu pria itu untuk bisa kembali ke tempatnya menginap, lagi pula saat tiba dilobi seorang wanita yang jauh lebih cantik dari wanita dihadapannya sudah menunggunya dan beralih membawa pria itu menuju kamar yang sudah dipesannya, yah jihyo ingat sekali waktu itu wanita tersebut juga mengatakan bahwa pria itu adalah suaminya.

Cacian dan sorakan orang-orang ditempat itu membuat kepala jihyo semakin memanas, belum lagi rasa malu yang harus ia pikul sendiri, mau ditaruh dimana lagi wajahnya setelah kejadian ini. Meskipun ia membela diri orang-orang tak akan lagi mempercayainya bahkan akan semakin mencelanya. Dengan perasaan kesal jihyo meninggalkan kerumunan orang-orang di sana, bahkan disaat ia sudah pergi pun ia masih bisa mendengar cacian yang dilayangkan padanya.

Di sepanjang jalan jihyo terus menutupi wajahnya dengan tas selempang yang ia bawa, rasa malu terus mengikutinya, meski ia tak salah namun ia merasa seperti penjahat yang tertangkap basah saat melakukan kejahatan. Sial-sial dan sial lagi-lagi kata itu terucap kala hujan turun disaat yang tidak tepat, saking begitu derasnya pakaian yang dikenakan jihyo basah dalam sekejap mata. Jika sudah basah kuyup begini mana ada bus yang mau mengantarnya pulang, terpaksa berjalan kaki menjadi pilihan yang akan ditempuhnya sekarang. Kediamannya yang cukup jauh membuat jihyo terus mengumpat diperjalanan, kakinya terus menendang kerikil yang berserakan dipinggir jalan sampai ia tak melihat ada lubang didepan sana dan akhirnya menginjaknya. Karena kecerobohannya tersebut kakinya jadi terkilir, ia terus meringis sambil memegang kakinya yang mulai membengkak.

"Entah dosa apa yang sudah kulakukan sampai aku harus sesial ini" Rengeknya.

Jihyo mengedarkan pandangannya ke sekitar namun tak ada seorang pun yang bisa menolongnya, mungkin karena sedang turun hujan jadi jalan di sana jadi sepi. Sangat menyedihkan, mungkin itu adalah gambar untuk keadaannya saat ini. Baru kali ini jihyo mengalami kesialan sampai membuatnya muak sendiri. Jika ada yang ingin bertukar nasib dengannya maka ia akan senang sekali. Tapi sayang mana ada orang yang ingin bertukar nasib dan menjadi sial sepertinya.

Kaki jihyo berdenyut semakin sakit saja saat ia mulai menggerakannya, berdiam diri di sana tak akan ada gunanya maka dari itu jihyo memutuskan untuk melanjutkan perjalannya, tanpa adanya tongkat atau alat bantu jalan semacamnya jihyo perlahan melangkahkan kakinya. Rasanya benar- benar sakit sampai membuat air matanya mengalir, gadis park itu terus berjalan dengan keadaan pincang ditengah derasnya hujan, berdoa didalam hati agar hidupnya jauh lebih baik dari hari ini.

.

"Jihyo ayo bangun" Suara itu benar-benar mengganggu, tidak bisakah ia merasa tenang sebentar saja?.

Tubuh jihyo semakin diguncang bahkan dipukuli dengan guling, jika kalian bertanya siapa pelakunya tentu saja itu adalah sahabat jihyo sendiri.

"Jaehyun, biarkan aku tidur 10 menit lagi". Mohon jihyo lalu menarik selimut menutupi wajahnya.

Pria bertubuh tinggi dengan kulit seputih susu itu kini mendengus sambil melipat tangan didepan dada kesal, jaehyun begitu muak menghadapi kelakuan sahabat sekaligus tetangganya itu, sudah berumur 25 tahun tapi jihyo belum juga membuang sifat pemalasnya bahkan rasanya sifat buruknya itu semakin bertambah saja.

"Park jihyo!, kau tau ini sudah jam berapa? Jam 7. Jadi cepat bangun atau kau akan terlambat bekerja". Omel jaehyun yang lagi-lagi tak membuat jihyo bangun dari kasur.

"Jangan pedulikan aku, lebih baik kau segera pergi atau kau yang akan terlambat nantinya" Timpalnya begitu santai.

Helaan napas terdengar jelas keluar dari mulut jaehyun, entah dengan cara apa lagi agar ia bisa membuat sahabatnya itu mengerti dengan maksud baiknya.

Setelah merapikan dasi dan memakai jas jaehyun pergi meninggalkan jihyo, namun sebelum ia melewati pintu ia kembali berbalik dengan senyum jahilnya. "Jihyo, aku akan memberi tahu daniel mengenai kegiatan panas kita semalam, jadi nikmatilah tidur nyenyak mu". Sebelum bantal itu mengenai bagian tubuhnya jaehyun sudah berlari begitu kencang guna menghindari amukan dari sahabatnya.

"Awas saja kau jung jaehyun!, aku akan menghabisi mu nanti!".

Perkataan tak masuk akal jaehyun berhasil membuat rasa kantuk jihyo hilang, hal itu tentu saja membuat gadis park tersebut kesal. Semua orang sepertinya memang tak bisa membuatnya senang sedikit saja. Disaat jihyo mulai menatap keluar jendela ingatan kejadian kemarin berputar begitu saja dalam benaknya, ia sangat kesal sampai kakinya terus menendang-nendang kasur dengan sangat kasar sampai membuat selimut tebal yang tadinya menutupi tubuh mungilnya kini jatuh menyentuh dinginnya lantai kamar.

"Kenapa hidupku semenyedihkan ini?, apa aku harus melakukan ritual mandi kembang agar hidupku tak lagi sial?, aaaaa.... Aku tidak tau!" Jihyo begitu frustasi menghadapi masalahnya yang sepertinya semakin banyak saja, mengeluh bukanlah jalan keluarnya namun ia juga tak tau harus berbuat apa.

"Ya tuhan tolong kirimkan seseorang yang bisa membuatku keluar dari kesialan ini"

Hi Jeon : You SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang