Chap 8

2.5K 360 61
                                    

Jantung Jisung berdetak cepat saat mendengar ucapan Jaemin. Itu artinya sedari kecil dirinya telah bertemu black mamba dan Jaemin. Pantas saja Jisung merasa tidak asing. Tetapi mengapa ia bisa melupakan kejadian masa kecilnya itu? Jisung itu selalu mengingat kejadian masa kecilnya tetapi untuk yang satu ini Jisung tidak bisa mengingat nya.

"Apa kau juga masih kecil juga saat itu?" Jisung bertanya setelah cukup lama diam mengatur detak jantung nya.

"Tidak, aku sudah sebesar ini" jawab Jaemin.

Jisung mengerjapkan matanya, netra nya memperhatikan Jaemin dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dirinya menolak percaya dengan ucapan Jaemin. Bagaimana bisa Jaemin tidak terlihat menua sedikit pun bahkan pemuda itu hampir terlihat seumuran dengannya.

"Kau tidak sedang bercanda 'kan?" Jisung menatap Jaemin dengan manik hamster nya yang membulat sempurna.

"Untuk apa aku bercanda?" Jaemin tersenyum tipis.

"Tapi--"

"Sebentar lagi pagi, kau harus kembali ke rumah kakek dan nenek mu sebelum membuat mereka panik" Jaemin memotong ucapan Jisung.

Jisung mengerucutkan bibirnya. Ada rasa tidak rela saat ingin berpisah dengan Jaemin. Sesuatu yang mengganjal di hati yang Jisung sendiri tidak tahu kenapa. Jisung seperti merasa terikat dengan Jaemin. Mungkin karena Jaemin pernah menyelamatkan nyawa nya sehingga membuatnya seperti terhutang budi dengan Jaemin.

"Kau bisa menemui ku lagi besok malam jika kau mau" ucap Jaemin yang membuat Jisung tersenyum cerah.

"Benarkah?" manik hamster Jisung berbinar, tampak sekali ia begitu bahagia saat bertemu lagi dengan Jaemin nantinya.

Jaemin mengangguk dan tersenyum tipis. Ia mengusap kepala Jisung yang membuat Jisung terpaku. Tatapan keduanya saling mengunci sebelum kemudian Jaemin memutuskan kontak mereka lebih dulu.

"Pulanglah"

Jisung menghela napas pendek. Ia memperhatikan Jaemin lama sebelum akhirnya tertuju ke bibir Jaemin. Jisung menggigit bibir bawahnya menahan rasa gejolak aneh di dalam dirinya. Tanpa Jisung tahu, Jaemin juga merasakan hal yang sama. Oleh karena itu ia tidak bisa berlama-lama menatap Jisung karena tidak ingin terlarut dalam hasrat yang membuncah, meminta untuk dipuaskan. Jaemin tidak ingin memberikan kesan yang buruk pada Jisung tentang dirinya.

"Jaemin, boleh aku mencium mu?"

"Hah?"

"Emm...kalau di kota, biasanya kami jika ingin mengucapkan selamat tinggal juga harus memberikan ciuman selamat tinggal juga" ucap Jisung pelan. Menyatukan kedua telunjuknya di depan dada dan menundukkan kepalanya, kepalang malu dengan kebohongan yang ia buat.

Jaemin mendadak blank. Ia berusaha menahan diri tetapi anak muda disampingnya ini malah lebih berani darinya. Jaemin jadi merasa kalah saing kalau begini.

"Mau yang bagaimana?"

"Huh?" giliran Jisung yang dibuat bingung.

Jaemin mengubah posisi duduknya untuk menghadap sepenuhnya pada Jisung. Kedua tangannya menangkup kedua pipi mochi Jisung dan menatap manik segelap malam milik Jisung dengan lembut.

"Mau yang begini?" Jaemin mencium kening Jisung lama.

"Atau begini?" Jaemin mencium kedua pipi mochi Jisung bergantian.

"Atau yang begini?" Jaemin menyatukan bibirnya dengan bibir Jisung.

Mata Jisung membulat sempurna. Ia mendadak beku. Hanya sekedar menempel tetapi Jisung merasa efek samping yang luar biasa. Afeksi asing yang baru pertamakali dirasa terasa menggelitik perutnya.

Black Mamba 🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang