ABOUT WHO THEY ARE

43 5 0
                                    

Galen buru-buru melangkahkan kaki dan masuk dalam ke ruangan kelasnya. Namun, baru tiga langkah kakinya, ia mendapati Elenea yang kini berdecak pinggang di depannya. Tubuhnya spontan berhenti saat mengetahui seorang cewek itu sedang menatapnya fokus. Timbul beberapa banyak pertanyaan di otaknya. Lantas dirinya langsung mengangkat satu alisnya.

"Ada apa? Kangen, ya?" ucap Galen sambil menoel hidung mungil milik Elenea.

"Pede banget, lo." Elenea mendengkus kesal. Dirinya menatap paras segar Galen tanpa ekspresi.

"Gue mau ke perpus. Hari ini jam pertama kosong." Tanpa lagi meminta persetujuan dari Galen, langkah kakinya berjalan melewati sosok cowok yang berdiri tegap di hadapannya.

"Gue, ikut," teriak Galen yang mengetahui jarak Elenea yang telah jauh darinya.

Kakinya segera beranjak dari tempatnya, berjalan menuju bangkunya. Melepaskan tas ransel yang menggantung di punggungnya, kemudian meletakkan ransel itu hingga mengait pada bagian kursi kayu di sana. Sesekali ia memandangi seluruh ruangan, mendapati para siswa-siswi yang asyik bengobrol atau memiringkan ponselnya--main game mobile legend-- yang legendaris di jaman now ini.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, kakinya tergerak untuk melangkah. Melewati koridor panjang yang ternyata sepi karena jam pelajaran jam pertama telah berlangsung. Hanya saja kini menyisakan beberapa murid kelas XI-IPS 3 yang kebetulan bersisian dengannya. Lantas Galen tidaklah membuang muka, dirinya menebar senyumnya sebagai sapaan kepada teman sekelasnya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, kini Galen sudah menginjakkan kakinya di ruangan dengan penuh rak buku itu. Segera dirinya mengedarkan pandangan, mencari sosok Elenea di sana. Dan benar saja kini ia menemukan cewek dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya itu duduk di bangku paling pojok, tepat di sebelah rak buku 'Novel Nonfiksi'.

"Baca novel apa?" Sontak Elenea langsung mengangkat novel yang telah meembentang sedari tadi. Ia memperlihatkan sampul buku yang bagi siapapun bisa membaca judul yang tercetak di sana.

Lantas Galen langsung manggut-manggut mengerti. Tak berani untuk menyita perhatian dari cewek yang kini kembali fokus pada bukunya, sebagai pacar dan teman yang baik dirinya tidak boleh menganggu aktivitas orang lain. Sesekali ia mengitari pandangan di seluruh ruangan sunyi itu, lebih tepatnya karena ada larangan tersendiri bagi yang berkunjung di sana. Seperti Silence!

Entah, bisa dikatakan sebagai kebetulan atau tidak. Namun, terkadang memang takdir tak bisa ditebak, kini penglihatannya itu mendapati sosok cewek berambut sebahu sedang mengangkat lima tumpuk buku yang tebalnya lumayan fantastis. Tentu dalam benaknya, sebagai laki-laki sejati ia tidak pernah bisa melihat itu, apalagi seseorang yang dilihatnya adalah cewek yang telah dikenali.

Hanya butuh hitungan detik, dirinya segera menghampiri cewek yang terlihat kuwalahan itu--tanpa mengetahui Elenea tengah memperhatikan gerak-geriknya yang kini tengah berdiri di hadapan dengan seorang cewek yang mempunyai paras rupawan.

"Lo ngapain di sini?" Kedua tangan Galen segera mengangkut benda berat itu dalam tumpuan lengannya.

Sang empu tentu terlonjak kaget, ia langsung menatap Galen penuh pernyataan. Seolah-olah ia juga menyatakan hal yang sama kepadanya.

"Gue mau ngambil buku paket. Kalau lo sendiri? Ada kepentingan?"

Jika bisa dikatakan wanita itu lebih peka daripada laki-laki, cewek dengan name tage Farah Dwi A. itu sedang mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan sosok yang menjadi alasan kenapa Galen berada di ruangan dengan notaben mayoritas murid yang teladanlah di ruangan ini. Juga untuk porsi laki-laki yang menyukai ruangan penuh buku tidaklah banyak. Seperti kini ia hanya menjumpai sosok Galen di sana. Bahkan Bimo dan Yuda enggan beranjak dari kelasnya, dengan alasan pening ketika banyak melihat tumpukan buku.

GALEN KALENDRA (COMPLETED)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang