Prolog

37 5 2
                                    

Malam gelap itu, dipenuhi aroma alkohol dan kepedihan. Di sudut ruangan yang sempit seorang lelaki tergeletak di antara tumpukan botol kosong. Matanya yang sembab memantulkan rasa sakit yang mendalam, seolah-olah setiap tetes minuman yang ditenggak menyimpan kenangan pahit akan kehilangan. Ia teringat wajah kekasihnya Kansya, yang selalu menemaninya di setiap langkah. Namun hari itu, dua tahun lalu semuanya berubah.

Saat demonstrasi berlangsung, suara teriakan massa menggema, menyatu dalam gelombang kemarahan dan harapan. Ia berusaha melindungi Kansya tapi kekuatan di sekeliling mereka lebih besar. Dalam kerumunan yang semakin liar, ia kehilangan jejaknya. Saat gas air mata menyebar ia hanya bisa melihat Sya teredam dalam kepulan asap, menghilang dalam kekacauan yang melanda. Sejak saat itu, hidupnya seakan terhenti. Setiap hari terasa seperti kebangkitan dari mimpi buruk yang sama, tidak pernah bisa melupakan senyum dan tawa yang hilang.

Di malam-malam sunyi, saat bayangan masa lalu menghantuinya, ia menyalahkan dirinya sendiri.

"Seharusnya gue bisa melindungi lo Sya" bisiknya dengan suara pecah.

Setiap kali ia menenggak minuman bayang-bayang itu semakin jelas, seolah Kansya memandangnya dengan penuh pengertian namun juga penuh luka. Rasa bersalah menempati setiap sudut hatinya, membuatnya terjebak dalam pusaran kesedihan yang tak berujung.

Ia berusaha mencari tahu apa yang terjadi pada Kansya, namun setiap usaha terasa sia-sia. Dua tahun tanpa kabar, dua tahun hidup dalam ketidakpastian. Ketika mengingat wajahnya, air mata tak bisa ditahan.

“Maafin gue” ucapnya serak.

“Gue seharusnya ada di samping lo.” Ia membenturkan kepalanya ke dinding, berulang kali, seolah mencoba menghancurkan rasa sakit yang terpendam di dalam.

Saat jam menunjukkan tengah malam, ia terjatuh ke dalam pelukan kebodohan. Minuman beralkohol menjadi pelarian dan dalam kegelapan itu ia berharap bisa melupakan semuanya. Namun, harapan itu hanya membawa kesedihan lebih dalam. Dalam keadaan mabuk ia terlelap, terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung.

Saat membuka mata, cahaya pagi menyilaukan. Ia mengira dirinya masih terjebak dalam mimpi, tetapi suara-suara di luar jendela menyadarkannya. Suara teriakan, langkah kaki, dan gelak tawa anak-anak. Semua itu terasa akrab, seolah ia baru saja melewati sebuah portal waktu.

Dengan bergetar, ia menyadari bahwa ia kembali ke dua tahun lalu, tepat sebelum malam itu. Sebelum kekacauan yang mengubah segalanya. Rasa bingung dan kebingungan menyelimuti pikirannya. "ini nyata?” tanyanya pada diri sendiri. Kenyataan ini begitu sulit dipercaya, tetapi ada satu tujuan yang membuat hatinya bergetar yaitu melindungi Kansya.

Main Cast

Main Cast

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tbc

vote and comment to support author yaa!! love u

Turn Back Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang