3.🍁 Lara🍁

369 35 20
                                    

Ditinggalkan seseorang yang kita
cintai adalah saat paling terberat.
Manakala waktu terus berputar, jiwa
dan raga dituntut semesta untuk kembali meniti asa. Diri dipaksa buka lembaran demi lembaran dari awal. Membiarkan kecanggungan jadi keterbiasaan terbiasa dengan ketiadaannya. terbiasa dengan kehampaan. Hasrat dipaksa untuk melepas ikatan dan membiarkannya tenggelam dalam "masa lalu."

Mendorong lara tuk lepas dari namanya. meski terkadang panjangnya proses ampuh buat kita luput dan melupakan hadirnya.

Tapi Nurani selalu bisa tarik ulur jiwa, tuk kembali masuk dalam kenangan dan angan terhadap puan yang sudah meninggalkan...

Foto terakhir Ibu dengan Ayah

"Raihan, titip Zain yah. Kamu anak kedua tapi, diantara yang lain kamulah yang lebih bijaksana dan Netral, Bunda minta rangkul saudaramu tanpa memihak."

"Ayah mu itu amat tertutup, bunda minta tolong yah, untuk kalian bisa lebih mengutamakan Dia dibanding hal apapun, Dia terlalu malu untuk minta bantuan." Begitulah pesan terakhir Bunda di masa kritisnya pada Raihan.

🍁🍁🍁

"Ayah, Adek nginep yah ... " bujuk sibungsu dengan senjata ampuhnya berupa tatapan memelas.

"Lah, Adek kan musti sekolah. Nanti kalo nginep adek ketinggalan pelajaran dong." untai ayah.

"Aaaahhh, Ayah masa gak boleh sih. sehari aja !" rengekny seperti balita minta permen.

Ganggu Zain pada sang ayah yang sibuk merapikan pakaiannya ke Lemari.

Namanya juga bungsu, ada saatnya dia akan bermanja-manja sesuka hatinya, meski dia anak lelaki. Ya tetap saja naluri tak bisa ditampik.

Doni yang asyik mengisi kulkas dengan bahan pangan untuk kebutuhan sang ayah, jadi ikut teralihkan perhatiannya sesaat.

"Heumm, mulai deh penyakitnya" decak Doni jengah.

Hasan dan Ariel asyik mencoba PS(PlayStation) 5 dirumah baru sang ayah. Ditengah kesibukannya yang serius dengan game, masih sempat kakaknya yang kumel, ikut menimpali kelakuan sang adik.
"Tahu tuh, biasalah ada maunya ya, gak Riel." goda Hasan.

"Yoi' apa lagi namanya juga bayi gede. !" Ledeknya timbal pemuda disebelah terkekeh.

"Apaan ikh ! bayi gede-bayi gede. Gue udah 'DE-WA-SA' Ayah aku di ledek sama abang !" pekiknya tak terima.

Raihan terkikik kecil akan tingkah lugu adik bungsunya.

.....💕

Kakak- kakak Zain memang sangat suka menjahili adiknya, ucapan yang mereka lontarkan suka asal jeplak dan terkesan menyakitkan, tapi itu berupa bumbu kasih sayang untuk sang adik tak ada maksud menyakiti.

"Mana cih ... yang katanya udah SMA
Tapi kok masih manja heum ?"sindirnya melototi usil. "Terus ngerengek kaya barusan itu keluar dari mulut siapa? kamu tahu, dasar bayi gedenya pak Arman" lanjut ledek Raihan dengan gaya bicara aegyo.

"Akkhh, Abang ! Ayah liat tuh! masa adek dikatain bayi gede ... " Arman hanya tersenyum masam.

"Sudahlah, kenapa memangnya, Zain mau nginep? kan, bentar lagi ujian dek. " tegur sang ayah. Tertunduknya sesaat dengan raut sendu.Sambil Mengulam bibirnya.

L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang