One Night stand

1.3K 55 17
                                    


Berjalan dibawah hujan sore hari di gang sempit penuh cafe.


Orang orang hilir mudik. Ada yang berkaus dan celana jeans, ada yang berkemeja dan blus kerja, ada yang berpakaian seragam cafe. Ada yang berjalan sendiri memegang payung menyusuri jalan yang sedikit becek, ada yang merangkul bahu kawan -atau kekasih- agar tidak terkena tetesan hujan dari pinggir payung, ada yang berjalan santai tidak berpayung, melangkah lebar lebar mencari jalan teduh dibawah atap atap berlengkung khas tradisional.


Aku? Aku adalah salah satu yang berjalan sendiri santai memegangi payung transparan, berusaha tidak menabrakan tepi payung ke kepala pejalan lain atau membasahi bahu kekasih seseorang.


Dengan populasi konsumen sebanyak itu dan ukuran lebar gang yang hanya 1 - 2 meter, menciptakan kepadatan yang anehnya terasa hangat disaat hujan.


Aku melewati banyak kedai minum yang membludak hingga keluar. Didalam ruangan berdinding kaca lebar lebar itu semua meja penuh, dan pegawainya sampai menyusun meja meja tambahan di luar, dibawah atap atap lengkung yang hanya selebar 1 meter bertirai plastik bening untuk agar tetesan hujanya tidak membasahi panggangan daging atau bercampur dengan soju di gelas tamu tamunya.


Dengan dinding plastik tipis itu jadi membuat suasana hangat karena perbincangan seru pengunjung - yang hampir seluruhnya berkelompok 2-5 orang itu terdengar seru memenuhi gang sempit itu.


Jangan bayangkan gang sempit nan ramai dan hangat itu hanya merupakan satu garis lurus. Bayangkan saja labirin atau akar pohon. Mungkin begitulah. Didalam gang masih ada gang, dalam satu garis lurus ditengahnya masih ada potongan ke kanan dan kekiri, dan masing masing ada lagi gang lain yang terhubung.


Begitulah aku yang tidak terlalu hapal jalan ini harus mendiskripsikan ikseondong. Tapi percayalah, itu hanya deskripsi sederhana dari betapa rumitnya rute di kepalaku.


Aku memarkirkan mobil di jalan utama, di depan sebuah toko kosmetik besar, lalu masuk gang pertama di sebelah kenan toko itu. Gang pertama yang masih agak lebar, sampai menemukan sebuah cafe bernama hanju caffee. Cukup mudah, lalu aku harus masuk gang sebelah hanju caffe, sekitar 500 meter, akan ada jalan kecil lagi di sebelah kiri. Aku harus berbelok disitu. Tapi tidak sampai situ, aku ingat harus berjalan sampai ada persimpangan 3 jalan, cari arah yang ada Moonlight Vibe nya. Itu nama cafee lain. Tapi bukan itu tujuanku.


Tujuanku adalah - tebak apa yang dia tulis dalam pesan singkatnya.. -"Kedai berdinding abu abu dengan poster Lee Ji Eun pegang soju setinggi manusia.."


Kukira sudah cukup spesifik. Tapi setelah celingukan susah payah menemukan plang nama Moonlight vibe, kemudian berhasil berbelok menuju gang disebelahnya, ada setidaknya 6 caffe yang memajang poster Le Ji Eun setinggi manusia karena memang penyanyi imut itu menjadi ambasador merk soju tersebut.


Baiklah. Aku sudah siap menelepon si pemberi pesan singkat untuk menanyakan ciri ciri lebih jelas, karena warna dinding tersamar oleh tirai tirai plastik bening. Sangat merepotkan untuk memastikan warnanya satu persatu.


Tapi teleponya tidak terhubung. Aku lupa, pesan singkat tentang arah dan ciri ciri cafee tempatnya menunggu itu diakhiri dengan : "Batere ponselku tinggal 1%, aku tunggu, pakai cardigan pink celana putih. Maaf merepotkan"

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang