Seorang sesepuh dikampung itu keluar dari masjid.
"Loh ada apa ini? Bapak dengar ada keributan disini." Tanya bapak itu.
"Ini pak dia orang asing mau maling kotak amal di masjid ini." Hayati menuduh lelaki itu.
"Nak Hayati, ini anak bapak, namanya Ridwan. Bapak suru Ridwan buat masukin uang sedekah titipan kerabat bapak." Jelas bapak sesepuh itu.
"Astagfirullah.. kenapa kamu ga bilang? Kan Hayati jadi su'udzon." Hayati menyalakan Ridwan.
"Kamu gak ngasih kesempatan buat saya bicara." Jawab Ridwan kesal.
"Oiya nak Hayati, Ridwan disini mau bantu Hayati mengajar ngaji boleh?" Bapak Irdean menawarkan bantuan kepada Hayati.
"Eh, pak?" Ridwan terkejut karena ayahnya tidak memberitahukan hal itu sebelumnya.
"Ridwan ini baru selesai kuliah, sayang kan kalo ilmunya tidak terpakai? Jadi selama Ridwan belum bekerja, lebih baik bantu nak Hayati mengajar ngaji disini." Jelas ayah Ridwan.
"Em.. eh.. oke deh pak kalo seperti itu keadannya." Hayati menyetujui.
"Alhamdulillah kalo gitu, bapak titip anak bapak ya. Assalamualaikum." Pamit ayah Ridwan.
Setelah selesai, Hayati dan Ridwan jalan berdampingan. Hayati hendak meminta maaf tapi ia ragu-ragu.
"Hayatiii ayoo kamu pasti bisa!" Batin Hayati.
"Em.. Ridwan, maaf ya tadi saya nuduh kamu maling hehe." Ucap Hayati gemetar.
"Iyaa santai aja. Untung ada bapak, kalo nggak, udh jdi bulan-bulanan warga saya." Jawab Ridwan.
"Oiya, kamu tinggal dimana?" Tanya Ridwan.
"Saya tinggal di pesantren Al-Muttaqin. Saya udah setengah tahun ngabdi disana." Jawab Hayati.
"Ouh gituu, kebetulan rumah bapak juga Deket, jadi bisa bareng terus tiap hari." Ucap Ridwan.
"Hah maksudnya?" Tanya Hayati bingung.
"Eh em-maksdunya bareng kan skrng saya juga ikut kamu ngajar ngaji di masjid." Jelas Ridwan terbata-bata.
"Ouh gitu." Jawab Hayati aneh.
***
Beberapa hari telah mereka lalui bersama. Hayati dan Ridwan semakin hari semakin akrab. Berangkat dan pulang mengajar mereka selalu bersama.
Tidak aneh lagi jika salah satu dari mereka atau bahkan keduanya memiliki perasaan yang berbeda.
Hayati adalah perempuan baik, tidak salah jika Ridwan pun menyukainya.
Hingga pada suatu waktu saat mereka pulang bersama, Ridwan berniat mengungkapkan perasaannya bahwa ia sangat menyukai Hayati dan berniat untuk menjadi kekasih halalnya.
"Emm.. Hayati, saya boleh bilang sesuatu?", Tanya Ridwan dengan penuh percaya diri.
"Wahh Q&A nih?" Canda Hayati.
"Serius tii, mau minta pendapat." Ucap Ridwan dengan raut wajah yang serius.
"Sok mau nanya apa?" Jawab Hayati santai.
"Mungkin ga kalo lelaki dan perempuan temenan mereka bakal jadi teman selamanya? Gimana yaaa, kaya pasti salah satu dari mereka atau bahkan keduanya ada rasa menyukai gitu." Tanya Ridwan.
"Yaa gimana ya? Tergantung yang ngejalaninnya sih. Namanya perasaan kan gaada yang bisa nebak." Jawab Hayati.
"Kalo Ridwan suka sama Hayati gimana?" Tanya Ridwan dengan spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gozali & Hayati ~Menjauh, untuk memiliki.
NouvellesAssalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh hallo all... Sebenernya ini tuh bukan cerita yang the first saya buat, udah banyak tapi gak kelar-kelar xixi semoga cerita kali ini bisa sampe ending dan menghibur rekan-rekan semua dan rekan-rekan semua...