CHAPTER 11

199 45 7
                                    

"...Shindong, boleh aku bertanya?" mendengar namanya disebut membuat pria tambun yang tengah sibuk dengan laptopnya mau tak mau menoleh ke arah sumber suara. Lelaki jangkung yang duduk disampingnya itu menatap lurus pantulan wajahnya diatas cermin.

"Ada apa?" tanya Shindong dan memfokuskan pandangannya pada pantulan wajah pria disampingnya. Chanyeol masih diam, mengedipkan kedua matanya beberapa kali sebelum balas menatap Shindong yang memasang wajah serius.

"Bagaimana rasanya memiliki seseorang yang dapat kau percaya? Terlebih orang itu ternyata dapat memahamimu?" kali ini Shindong yang mengedipkan kedua matanya beberapa kali, berpikir. Ini adalah pertama kalinya ia mendengar pertanyaan serius diluar dari topik pekerjaan. Chanyeol bukanlah orang yang senang meminta pendapat mengenai masalah pribadi. Jadi pertanyaan yang baru saja Chanyeol ajukan adalah sebuah kejadian yang sangat langka. Maka dari itu, ia harus menjawabnya dengan hati-hati.

"Hmm.." Shindong mengusap dagunya dengan sebelah tangan. Otaknya sudah disuruh berpikir keras pagi buta begini. Ia tak boleh menjawabnya dengan sembarangan agar tidak memancing kemarahan bosnya tersebut.

"Bagiku, bisa memiliki orang yang dapat kupercaya dan memahamiku dalam satu waktu adalah anugerah. Tak selamanya aku kuat sendiri, terkadang aku harus mempercayai orang lain untuk membantuku melalui hari-hari yang berat." Chanyeol kali ini melirik langsung pada wajah Shindong yang tampak lebih serius dari sebelumnya.

"Seperti apa contohnya?" tanya Chanyeol penasaran.

"Seperti kau mempercayaiku." Shindong tersenyum sambil menjawabnya, sedangkan Chanyeol mengernyitkan dahi. Ia benar-benar belum menangkap konsep dari yang disebutkan oleh Shindong.

"Selama bertahun-tahun ini aku bekerja denganmu. Selama itu pula kau membangun kepercayaanmu padaku dan sebaliknya, aku pun percaya padamu." Chanyeol berpikir keras mendengar penjelasan singkat dari Shindong.

"Jika kau tak percaya padaku, tak mungkin kau masih mempertahankanku sebagai manajermu selama 8 tahun ini. Apa kau paham sekarang?" selama 8 tahun bekerja sebagai manager dan menghabiskan hampir 24/7 dengan Chanyeol, setidaknya Shindong sudah jauh lebih mengerti cara bekerja bersama dengan pria dingin itu.

"8 tahun bukan waktu yang singkat, asal kau tau." Chanyeol menundukkan kepala, mencoba meresapi kalimat yang diucapkan oleh Shindong. Pria itu ada benarnya, pikir Chanyeol. Bagaimana bisa ia tak menyadarinya? Ia telah bekerja dengan orang-orang yang ia kenal sejak bertahun-tahun yang lalu. Jika bukan karena percaya, untuk apa ia mempertahankan orang-orang yang telah membantu pekerjaannya selama ini? Perkataan Shindong membuatnya menyadari satu hal, percaya terhadap orang lain bisa terjadi tanpa direncanakan. Selama ini ia terlalu menjaga diri untuk tidak mudah percaya pada orang lain. Ia hanya tak ingin percaya pada orang yang salah, seperti yang pernah ia lakukan bertahun-tahun yang lalu. Tapi, bukan berarti semua orang tak pantas dipercaya. Setidaknya itulah fakta yang ia ketahui sekarang. Sama seperti ia mempercayai Shindong dan orang-orang yang bekerja dengannya selama ini.

Shindong menatap Chanyeol agak sendu, 8 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi mereka. Masih ada tahun-tahun yang akan datang dan ia merasa bangga akan hal itu. Namun ada satu hal yang paling membekas diingatannya. Yaitu saat kali pertama mereka bertemu. Ketika itu Shindong menggantikan posisi bibi Chanyeol yang sebelumnya menjadi manajer Chanyeol. Chanyeol yang masih berusia 26 tahun tengah disibukkan dengan 2 proyek film dan 1 drama. Awalnya Shindong hanya diberitau oleh bibi Chanyeol bahwa pria itu adalah tipikal orang yang sangat irit bicara dan sedikit berhati-hati, sehingga Shindong diminta untuk melakukan pendekatan secara perlahan. Tapi kala itu bukan Chanyeol yang dingin yang ada dibayangannya, yang terjadi justru kebalikannya. Pria itu tampak murung dan tak bersemangat ditengah-tengah jadwal kerjanya yang padat. Hingga akhirnya Shindong diberitahu oleh bibi Chanyeol jika Chanyeol baru saja kehilangan sahabat kecilnya.

From A Man Who Truly Loves YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang