Abby terbangun dengan rasa kepala yang sangat sakit. Kedua mata berwarna birunya perlahan membuka, dan menyisakan kerutan bingung di dahi gadis itu karena dirinya yang tidak tahu di mana lokasi keberadaannya sekarang.
Sekelilingnya tampak sangat asing, Abby tidak tahu di mana dia sekarang. Dia tidak pernah ke tempat ini sebelumnya, dan seberapa jauh ingatannya berusaha mengingat pun hasilnya akan tetap sama, dia tidak bisa mengingat apa-apa.
Tatapan Abby lalu menurun, menatap ke arah tubuhnya yang masih mengenakan pakaian lengkap yang semalam ia kenakan. Abby bernapas lega ketika menyadari tubuhnya tidak mendapatkan tindakan pelecehan, walau hingga saat ini Abby masih tidak mengerti di mana dirinya berada.
Ketika Abby masih mengedarkan pandangannya keselilingnya, telinganya menangkap suara langkah kaki yang sedang berjalan mendekat. Abby dengan cepat memejamkan matanya, ketika pintu kamar tersebut terbuka dari luar.
"She was the one who made you got banned from all the club in town?"
"Ya." balas suara pria lain, "But that's fine, jika hasilnya adalah aku berhasil mendapatkan tubuhnya."
"You kidnapped her, man."
Pria itu tertawa, "She was dying last night, jadi sebagai bayaran atas perilakunya kepadaku kemarin malam, I took her here."
"Have you touch her?"
"Not yet." Tubuh Abby menegang, ketika gadis itu merasakan sentuhan tangan pria di kakinya. "Aku akan menggunakan tubuhnya, apabila kesadarannya sudah pulih. Aku ingin membuat gadis ini trauma atas tindakanku melecehkannya."
Napas Abby memburu. Gadis itu menahan tangisnya mendengar ucapan pria yang tidak Abby ketahui wajahnya itu. Perkataan pria itu terdengar seperti binatang. Pria itu binatang.
"Aku harap kau membiarkan kami menikmatinya juga, man."
"Pasti, setelah aku bosan dan aku sudah mendapatkan budak baru, aku akan membuangnya kepada kalian."
"Let's go to the restaurant, kehadiran kita sudah pasti ditungggu."
"Kapan dia akan sadar?"
"Biusnya habis malam nanti."
"Good, artinya kau bisa menikmati soremu dengan kami sebelum menghabiskan hari-harimu bercinta dengan anak kecil itu."
Pria itu tertawa, "Aku akan memberikan rekaman percintaan kami apabila kau memang sangat tidak sabar untuk menikmatinya."
"Oh, please."
Suara tawa dari kedua pria itu pun terdengar, seiring dengan langkah kaki mereka yang keluar dari kamar. Ketika memastikan kedua pria itu sudah pergi meninggalkan bangunan, Abby dengan cepat membuka matanya dan bangkit dari posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing with Our Hands Tied
RomanceCerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik. ⚠️ Cerita ini mengandung kata da...