BAB XXVIII Masa Kecil

23 8 8
                                    

Embusan angin menerpa kulit seorang gadis yang tengah terlelap di atas ranjang. Ia mengerjapkan mata, terbangun merasakan hawa dingin yang perlahan merasuk ke dalam diri.

"Hoammm, astaga di sini dingin sekali," ucapnya pada diri sendiri.

Ia mengedarkan pandangan, hingga matanya terhenti pada seorang pemuda yang berdiri di depan jendela. Pemuda itu berdiri tegap menatap gelapnya hutan. Topeng serigala yang tidak lagi dikenakan memperlihatkan wajah tampan dalam cahaya remang-remang.

Wajahnya tampak tenang menatap hutan dengan surai berwarna coklat terang. Rambutnya yang berwarna serupa tertiup angin menerpa kulit putih gadingnya. Dalam sekejap Kavita terdiam terpana menatap paras rupawan sang pangeran.

"Apa kau tidak beristirahat?" tanya Kavita setelah kesadarannya kembali.

Zeev menoleh sejenak sebelum kembali menatap keluar jendela. "Aku tidak bisa tidur," ujar Zeev.

Kavita menyipitkan matanya, merasa heran dengan jawaban yang diberikan Zeev. "Kau terlihat lelah, lantas apa yang membuatmu tidak bisa tidur?" tanya Kavita penasaran.

Zeev menunduk, menatap beberapa bunga kering yang terbalut oleh sebuah kain di tangannya, "Aku hanya mencemaskannya,"

Kavita merasa bingung. Ia tidak mengerti apa yang dicemaskan Zeev dan mengapa sang pangeran mencemaskan hal itu. Kavita pikir jika menjadi seorang pangeran ia tidak perlu mencemaskan apa pun, masa depannya kan sudah diatur dan diputuskan. Dia juga tidak perlu memikirkan cara untuk mencari makan, seperti yang Kavita lakukan selama ini.

"Eila, gadis yang telah dinyatakan sebagai buronan."

'Oh, gadis itu adalah Eila'

'Eh tunggu sebentar . . . , di saat seperti ini pun Dia masih bisa memikirkan gadis itu? Bukan dirinya sendiri?' batin Kavita bingung.

Ia menatap bingung Zeev yang kembali mengalihkan pandangannya pada bunga-bunga kering. Zeev tersenyum seraya menyentuh bunga-bunga itu. Kali ini Kavita tidak melihat seorang penghianat di dalam diri Zeev, melainkan hanya seorang lelaki yang tengah dimabuk asmara dan rela melakukan apa pun demi gadis yang dicintainya.

"Aku akan melakukan apa pun untuk melindungimu, Eila."

Kavita terdiam mendengar ucapan Zeev. Sorot mata Zeev yang terlihat tulus itu membuatnya terkesima. Wajahnya yang memancar kekhawatiran tetap terlihat tampan dengan senyuman tipis di bibir indahnya. Wajah itu juga telah berhasil mengubah tatapan tajam Kavita menjadi lebih lembut. Memang wajah tampan dapat menghipnotis siapa pun dengan mudah.

Kavita mengerjap beberapa saat, 'Tunggu! Mengapa aku jadi terbawa suasana?'

Kavita berdehem pelan membuat Zeev kembali memandangnya, "Bukankah dia yang telah merusak rencana kakakmu? Apa itu tidak akan menjadi masalah untukmu?"

Zeev menyengit, tampak tidak senang dengan pertanyaan Kavita. "Ma-maksudku . . . . Dia telah mengganggu tujuan keluargamu, bukankah kecil kemungkinan untuk keluarga kerajaan memaafkannya? Dan bisa saja hal itu membuat hubunganmu dan keluargamu menjadi jauh?"

"Keluarga?" Zeev tersenyum kecut, "Aku bahkan tidak memiliki hal berharga itu."

Kavita terdiam. Ingin rasanya Kavita merutuki dirinya sendiri. Kali ini Kavita benar-benar menyesal memiliki otak yang cerdas dengan hati sebesar biji sawi.

Namun, ini bukanlah salah Kavita seutuhnya. Ia hanya tidak mengerti bagaimana hubungan antar anggota keluarga kerajaan berlangsung. Ia pikir Zeev juga mendapatkan banyak kasih sayang dan kesetiaan dari keluarga maupun pengikut keluarganya.

Sialnya lidah Kavita terasa kaku untuk mengucapkan permintaan maaf. Pasalnya ucapannya kali ini telah melewati batas. Belum lagi pikirannya yang menganggap enteng kehidupan pemuda tampan itu tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

ARKARA, Kembalinya Sang KesatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang