30. Untukmu Humairaku

11.1K 1.1K 88
                                    

"Tidak ada yang seorang pun yang bisa melukai hati kita, kalau bukan  kita sendiri yang membukanya agar orang lain bisa menyakiti.

- Ustadz Agam Fachrul -
.
.
.
Happy reading

"Mau lanjut ngga?" Tawar Gus Latif yang langsung mendapatkan anggukan kepala dari Ayna.

"Mau."

Gus Latif menarik nafas panjang dengan memejamkan matanya, inilah point yang ingin Gus Latif sampaikan kepada istrinya itu.

"Malam harinya Om Eza memberikan nomor telfon Mama kamu, setelah itu Mas coba hubungin. Dan ya Mama mu meminta Mas untuk langsung datang ke London. Setelah berbicara dengan Abi, Mama kamu kembali telfon untuk memberikan lokasi dia berada dimana. Tak tinggal waktu lama, pagi harinya Mas berangkat, sesampainya disana Mas bertemu Mama kamu di cafe. Banyak rintangan yang Mas lalui waktu itu," ucap Gus Latif dengan menyamankan posisi nya.

"Mas kira Mama bakal kasih izin gitu aja, ternyata ada syaratnya. Di sana juga ada papa kamu, Mama tiri kamu dan seorang gadis. Mungkin terpaut 2 tahun dibawah mu. Awalnya Mas menyamar sebagai Gus Latif yang cuma anak dari pemilik pesantren, ternyata mereka lebih pintar. Mereka sudah tau seluk-beluk Mas. Mas dibujuk untuk menikahi gadis itu, tapi saya tidak mau hingga Mas menempuh syarat kedua. Mereka mau melakukan apapun tapi dengan syarat meminta imbalan yang cukup fantastis."

Ayna melongo, dia meneteskan air matanya. Jadi Ayna dijual oleh orang tua nya? Kurang apa Ayna? Dia dibuang, anak tidak diharapkan, ditelantarkan. Tapi dengan enaknya mereka menjual Ayna lagi?

"Ayna dijual gitu?" Tanya Ayna dengan air matanya yang tidak berhenti menetes, suara lirih nya mampu mengisyaratkan betapa sakit dirinya.

"Sayang... Udah yaa, kan masih ada keluarga Mas Latif disini yang menyayangi bunny setulus hati. Jangan pikirkan mereka. Yang terpenting bunny sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan mereka yang serakah itu."

"Lanjutin aja Mas, Ayna kuat kok."

"Yakin? Udah aja ya? Mas ngga tega liat istri Mas kayak gini, makannya Mas nggak cerita soal ini."

"Tapi Ayna pengen tau Mas, tolong." Ayna menatap lekat manik mata Gus Latif, tak lama mata itu berair dan meneteskan kembali berliannya.

"Heumm. Pertama mereka menikah kan rahasia waktu lalu minta imbalan 200 juta masing-masing. Mas kira dengan itu mereka mau menghadiri acara pernikahan kita untuk yang kedua kali, ternyata salah. Mereka kembali meminta imbalan sebesar 400 juta. Bahkan mereka tidak mau menemui mu, mereka langsung pulang waktu ijab kabul selesai. Jangan dipikirkan, Mas sayang sama bunny, Abi, Ummi si kembar juga sangat sayang sama bunny."

Ayna tak kuasa membendung air matanya, dia menangis histeris yang langsung mendapatkan pelukan Gus Latif. Ayna tidak habis pikir dengan orang tuanya, setega itu mereka dengan darah dagingnya sendiri? Bahkan singa yang terlihat kejam tidak pernah memakan anaknya sendiri. Lantas julukan apa yang cocok untuk orang tua Ayna?

Gus Latif memeluk Ayna sekitar satu jam, saat Gus Latif ingin melihat Ayna apakah tangis nya sudah reda, ternyata Ayna ketiduran.

"Sayang, sesakit itu kah sampai kamu tertidur oleh tangis mu? Sehancur apa hatimu sayang? Mas akan berusaha agar kamu tidak meneteskan air mata lagi. Mungkin tidak mudah berada di posisi kamu. Tapi Mas sangat bangga kepadamu istriku, Kamu kuat, sangat kuat. Mas beruntung bisa memilikimu."

Gus Latif mengecup kening Ayna, lalu merebahkan Ayna di ranjang dengan hati-hati agar tidak membangunkan nya. Lantas Gus Latif ikut merebahkan tubuhnya di samping istrinya itu sambil berdzikir dan murojaah hafalan Al-Qur'an nya hingga Gus Latif ikut terlelap.

Azan subuh membangunkan Ayna, buru-buru Ayna membangunkan suaminya yang berada di pelukannya itu. Saat mencium wangi Gus Latif, perut Ayna terasa bergejolak. Seperti baling-baling yang berputar secara cepat, Ayna langsung berlari ke kamar mandi. Memuntahkan cairan putih itu di wastafel disusul Gus Latif dibelakangnya dengan rasa panik.

"Sayang, kenapa hm?" Tanya Gus Latif kawatir, Gus Latif berlari mengambil air mineral yang berada di nakas.

"Huekkk." Suara itu mampu menambah kekawatiran Gus Latif, dengan cepat Gus Latif berlari memijit tekuk Ayna agar lebih mendingan. Ayna sendiri malah tambah mual karna mencium bau wangi Gus Latif, Ayna sampai lemas karna perutnya yang terus memaksa untuk memuntahkan isinya.

"Bunny, bunny kenapa? Ke dokter aja yuk, sayang. Yang, aduh gimana ya ini." Gus Latif panik seribu panik, dengan entengnya Ayna meminta Gus Latif menjauh dari nya.

"Mas, agak jauhan. Ayna mual kalau mencium bau Mas Latif. Huekkk." Kembali, Ayna memuntahkan nya kembali, dengan perasaan yang tidak tega terpaksa Gus Latif berjaga jarak dengan Ayna. Setelah cukup berjaga jarak, Ayna mulai membaik. Dia tidak mual-mual lagi, tapi dia lemas dan duduk dibawah wastafel.

Lantas Gus Latif membuka bajunya, dia mengambil sarung yang baru dari lemari dengan cepat Gus Latif memakainya, setelah itu Gus Latif menggendong Ayna ke ranjang.

"Masih mual mencium bau Mas?" Tanya Gus Latif dengan mengusap pucuk kepala istrinya itu.

"Sudah nggak Mas, kayanya parfumnya yang bikin mual."

"Yaudah sekarang istirahat dulu, Mas ambilin makanan dulu."

Gus Latif membuat bubur untuk Ayna dengan susu kedelai yang sudah tersedia di kulkas, Gus Latif hanya melilitkan surban dibadan nya selanjutnya dia menyuapkan makanan itu ke Ayna dengan masih telanjang dada.

Oh tuhan iman Ayna terasa sangat diuji, apalagi dengan tubuh Gus Latif yang sedikit terlihat atletis itu. Astagfirullahallazim!

Keadaan Ayna membaik, kedua pasutri itu menjalankan ibadah sholat nya yang beberapa menit lalu tertunda. Setelah itu Ayna turun kedapur untuk memasak, sedangkan Gus Latif sudah pergi mengajar para santri yang sudah menunggunya.

Ummi dan beberapa santri dalem sudah berada di sana, sesekali Ayna mendengar gelak tawanya. Ummi yang melihat Ayna turun dari tangga kini tersenyum, tapi senyum itu pudar kala Ummi melihat raut wajah Ayna yang terlihat pucat.

"Anak Ummi kenapa? Kok pucet banget, sakit ya? Ummi telfonin Dokter ya?" Tanya Ummi dengan menarik bangku agar Ayna bisa duduk.

"Ayna baik-baik aja kok Ummi, mungkin hanya masuk angin."

"Latif udah tau?"

"Sudah kok Ummi, tadi juga nawarin ke Dokter tapi Ayna aja yang nggak mau. Udah Ummi, Ayna baik-baik aja kok ayok masak buruan pagi nanti." Senyum tulus Ayna, Ayna tidak mau membuat Ibu mertua nya ini kawatir, sejak dulu Ibu mertuanya ini selalu perhatian sama Ayna. Ayna bangga memiliki Ibu mertua seperti Ummi Ima. Beliau baik, penyayang, sabar, dan selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik kala Ayna lelah dengan hidup. Terimakasih Ummi, terimakasih sudah hadir di hidup Ayna, Ayna beruntung, sangat beruntung mengenal Ummi apalagi menjadi anak Ummi sekarang.

TBC...


Aqidatul09
boleh  follo Ig author juga ya xixiii.
@nanayy_naa

- Sabtu, 23 Juli 2022 -

Revisi senin, 23 januari 2024

Untukmu Humairaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang