Senja di penghujung hari begitu indah, semburat yang terpantul di lautan bagai lukisan yang tak pernah terceritakan maknanya.
Sama halnya dengan gadis yang menatap senja dengan rumit, kerinduan ada dalam manik samudra itu tapi kesedihan juga terpancar, bercampur padu dengan berbagai hal.
Bibir tipis itu, senantiasa menyenandungkan sebuah lagu.
Lirik yang menyayat hati bagi yang mendengarkan.
Entah apa yang ia alami, tiada yang tahu. Kecuali sang pencipta dan sang pencerita itu sendiri.
Kala langit senja tergantikan oleh malam, gadis itu baru melangkah pergi, dengan mobil hitam yang menjemput nya.
Siklus nya terus terulang begitu, datang berdiam diri dengan senandung lalu pulang.
Entah, apakan ia tiada tujuan.
Atau, Tersesat di jalan kehidupan?
Entahlah, tidak ada yang tahu akan cerita apa yang ia simpan. Tak selamanya yang sempurna kan terlihat sempurna.
Jika sudah mengetahui dalamnya, kalian akan tahu, kesempurnaan itu juga di ikuti oleh kecacatan.
Tiada yang tahu noda seperti apa yang sudah tertoreh di kertas putih sang gadis.
"Nona, ini sudah waktunya untuk kembali."
Seperti biasa, gadis itu masih berdiri ditempat yang sama. Mungkin, dengan penyesalan yang sama pula?
"Apa harus?"
"Ini perintah Tuan besar, Nona."
Deru napas lelah terdengar samar, sang gadis berbalik menghadap Bulter. Surai Emasnya melambai oleh terpaan angin laut.
Mata biru berlian itu menatap sayu, tidak ada cahaya terang di permata itu. "Apa aku tidak bisa disini lebih lama?" tanya nya.
Sang Bulter menggeleng kecil. "Nona Dina, ini sudah perintah. Saya tak bisa membantah."
Dina Madeline, Putri dari Mafia terkenal. Dina tidak bangga akan gelarnya, ia justru benci itu.
Yang ia mau hanya hidup biasa tanpa harus dikekang menjadi pewaris pengganti sang kakak, Ia hanya lah seorang pelayan yang kebetulan lahir bersama sang pewaris tahta.
Namun sayang dijadikan cadangan.
Padahal ia sudah senang jika akan dilupakan, tidak masalah dengan itu.
Dirinya selalu di bandingkan dengan sang kakak, Putri pewaris pertama.
Sang kakak hidup bergelimang harta dan kasih sayang, tapi sang adik hidup tertutup. Ia dijadikan boneka, di didik untuk tak memiliki makna juga rasa.
Hingga, rasanya ingin menghilang dari dunia.
Sudah bayak nyawa yang ia hilangkan, sudah banyak pula penyesalan yang ia bawa. Layaknya rantai yang membuat langkah nya kian berat, penyesalan akibat membunuh banyak nyawa selalu ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Self
FanfictionBelajarlah mencintai dirimu dan hargai semua yang kau punya sebelum, Semuanya sirna oleh waktu yang menua. Selesaikan apa yang kau mulai, Jangan menyesali apa yang kau tuai. Bersihkan luka itu, lalu balut dengan baik. Jangan sampai kau menyesali apa...