Bagian 26

140 20 0
                                    

"Sekeping Luka Di Melbourne"
Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia

Bab Dua Puluh Enam

***

Gabriel datang ke butik Hara pagi itu dan membawakan banyak paperbag berisi makanan dan minuman untuk para pegawai. Bahkan lelaki itu tidak segan membawa serta beberapa bunga mawar untuk dibagikan. Sehingga para gadis itu hari ini terlihat begitu berseri-seri. Bahkan juga termasuk Mutiara yang cenderung kalem. Saat itu mereka tengah asyik dengan pekerjaan masing-masing ketika Gabriel masuk, menaruh paperbag dan memeberikan satu per satu bunga mawar. Persis seperti seorang Santa Claus di hari Natal.

Agreea menatap Gabriel yang memasang senyum tipis dan sibuk dengan koran. "Halo, Tuan. Kau tampak begitu menawan," pujinya dengan wajah penuh senyum. Ia terlihat seperti seorang remaja perempuan yang sedang kasmaran.

Membuat saudara kembarnya, Anggi, menepuk dahi dan melotot ke arah Agreea. "Jangan terus menggodanya, bodoh! Tuan Asing itu kekasih bos kita!"

Sementara Gabriel hanya memandang kedua gadis itu dengan wajah penuh tanda tanya. Ia tidak terlalu mengerti apa yang tengah dibicarakan oleh kedua gadis itu. Namun, ia tetap tersenyum ketika Anggi melemparkan tatapan permintaan maaf kepadanya.

Elyana menepuk bahu kedua temannya. "Sudah-sudah ayo kembali bekerja!" katanya. Persis seperti seorang bos saja sehingga membuat saudara kembar itu mendengkus pelan. Namun, berhubung Elyana yang paling tua di antara mereka, maka keduanya memutuskan untuk bersikap lebih hormat.

Sementara Keeyla yang tengah sibuk menggoles bibirnya dengan liptint menoleh ke arah Gabriel, lalu mengedipkan bola mata dengan menggoda. Benar-benar tidak tahu diri sekali memang. Untungnya hari itu ia tidak kesiangan seperti biasa.

"Gue colok bola mata lo, ya!" tegur Elyana yang mengetahui gerak-gerik temannya.

Keeyla hanya mendengkus pelan dan memberikan tatapan tajam kepada Elyana.

Di antara mereka semua, memang hanya Mutiara yang paling kalem. Gadis itu asyik berada di balik konter. Tengah menghitung barang apa saja yang baru masuk hari itu. Seolah sudah terbiasa dan cukup kebal dengan kelakuan teman-temannya. Padahal ia termasuk yang cukup muda di situ. Tetapi secara perilaku justru terlihat lebih dewasa dari yang lain. Mungkin memang benar tolak ukur kedewasaan seseorang tidak bisa dilihat dari usia. Mutiara sudah menjadi salah satu contohnya.

"Permisi," kata Gabriel dengan nada pelan kepada Mutiara yang tengah sibuk dengan kalkulator. Ia berbicara dalam Bahasa Inggris tentu saja. "Pukul berapa Hara akan datang?" tanyanya seraya melirik jam tangan. Ia masih harus datang ke lokasi tempat pembuatan masjid. Lalu setelahnya masih harus melakukan rapat virtual dengan para karyawan di Australia.

Jika dulu waktu sangat berharga baginya, sekarang justru seolah tidak ada harganya. Benar-benar jatuh cinta membuat dirinya berubah seratus delapan puluh derajat.

"Kemungkinan sebentar lagi, Tuan." Sebenarnya bahasa Inggris Mutiara tidak terlalu lancar. Sehingga Gabriel pun agak kesulitan untuk mengerti.

Lelaki Australia itu hanya mengangguk pelan dan tersenyum. Ponselnya berbunyi ketika seorang pelanggan pertama masuk ke dalam butik. Gabriel menemukan nama Federick di sana. Ia mengangkat alis dan menggeser layar ponsel. "Ya, Sobat?" tanya Gabriel tanpa basa-basi lagi.

"Oh Demi Tuhan, Gabriel! Kau benar-benar menghilang seolah ditelan bumi!" Suara Federick segera terdengar.

Gabriel mengembuskan napas dan memijit pelipisnya dengan pelan.

Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang