DUA

6 2 2
                                    

Dua

Raw duduk dengan wajah yang bertumpu dengan kedua tangannya, ia masih memikirkan apa yang baru saja terjadi. Raw ingat kalau dia tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan ini, lalu bagaimana hal ini bisa terjadi? Bukankah ini aneh? Ia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan begitu mudah meskipun tidak belajar.

Seseorang menghampiri Raw lalu menarik kursi yang tidak jauh dari meja Raw. "Lo bisa jawab semua pertanyaannya, Raw?" tanya Livi, teman sekelas Raw.

"Gue jawab semua, tapi nggak tau benar atau salah," jawab Raw, jawabannya tidak salah, kan? Ia memang menjawab semua pertanyaannya tetapi belum tentu benar.

"Maunya dikabari dulu biar ada persiapan," balas Livi dengan lesu.

"Walaupun dikabari, gue tetap nggak ngerti juga, sih," ucap Lina yang duduk di sebelah kiri Raw.

"Mau gimana lagi kan, Lin? Nggak paham," balas Ara.

Lina dan Ara menarik kursi mereka agar dekat dengan meja Raw, tujuannya tentu saja untuk bercerita.

"Nilai ulangan tadi udah dibagikan soalnya langsung dinilai," ucap seorang cowok yang kini berdiri di depan kelas.

"Tinggi nilai kita?" tanya orang yang duduk di pojok kanan.

"Rata-rata nilainya nol, sih," jawab cowok itu.

Sebagian dari mereka tertawa, tentu karena mereka sudah menduga hal itu sebelumnya.

"Untuk perbaikannya, kerjakan soal ini juga, yang salah aja yang diperbaiki, besok dikumpulkan."

Banyak yang berdecak mendengar hal itu, mereka tidak suka jika tugasnya bertambah.

"Nilai Livi lima puluh, ini yang paling tinggi kayaknya," ucap cowok itu seraya memberikan kertas ulangan milik Livi.

"Tetap aja remedial," balas Livi dengan kesal.

Raw diam saja seraya memperhatikan teman cowoknya itu membagikan kertas ulangan, Raw menunggu hasilnya, apa yang ia tulis tadi benar?

"Waw, nilai Raw seratus," ucap cowok itu dengan heboh, dia bahkan mengangkat kertas ulangan Raw tinggi-tinggi, seolah memamerkan nilai tersebut meskipun itu adalah milik Raw.

Raw mengulurkan tangannya agar kertas itu diberikan padanya. "Sini kertasnya Satya," pinta Raw pelan.

Satya memberikan kertas itu pada Raw dan ternyata benar, Satya tidak berbohong, nilai ulangan Raw memang seratus. Melihat itu Raw menjadi bingung, apa yang terjadi padanya? Meskipun begitu, tetap saja Raw merasa senang dengan pencapaiannya itu.

"Boleh lihat jawabannya, Raw? Nilai gue dua puluh, nyo," ucap Lina dengan memelas.

Raw mengangguk lalu memberikan kertas itu pada Lina, Raw mau memberikannya karena suasana hati cewek itu sedang baik. Lagipula nilai mereka tidak akan sama dengan dirinya, kan?

Livi, Lina dan Ara menyalin jawaban Raw, sedangkan pemiliknya sendiri asik berpikir untuk memahami apa yang terjadi padanya, sebelumnya hal ini tidak pernah terjadi, mana mungkin Raw bisa mendapatkan nilai seratus di ulangan fisika dengan begitu mudah.

"Semalam lo belajar, Raw?" tanya Livi di sela-sela kegiatannya untuk menyalin.

"Enggak, Liv, gue aja nggak tau kalau hari ini ulangan," jawab Raw tanpa pikir panjang karena itu memang hal yang sebenarnya terjadi.

Lalu kenapa dia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu? Tanpa perlu mengingat materi yang pernah diajarkan, seolah-olah jawaban itu sudah tersedia begitu saja di otaknya.

Raw benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya, ini adalah sesuatu yang aneh dan tidak pernah terjadi sebelumnya.

"Rawnie yang baik dan cantik, gue boleh nyalin jawaban lo? Gue sama sekali nggak paham," ucap Difa, dia salah satu teman sekelas Raw.

Raw tidak terlalu menyukai Difa karena temannya itu suka seenaknya sendiri dan jarang memikirkan perasaan orang lain.

"Liat ya, Raw," kata orang yang berada di sebelah Difa, dia adalah Fara.

Fara mengeluarkan handphone-nya dan langsung memotret kertas ulangan Raw tanpa izin dari pemiliknya, sama seperti pada Difa, Raw juga tidak terlalu menyukai Fara karena sifatnya yang semena-mena.

Livi menatap Raw yang wajahnya terlihat sangat kesal, apa yang dilakukan Fara itu memang keterlaluan bagi Livi, wajar saja jika Raw sampai kesal dengan hal itu.

"Makasih, ya," ucap Fara setelah selesai mengambil foto setiap lembar kertas ulangan Raw.

Raw mendengus, dia sangat kesal. Raw tidak ikhlas, padahal dia tidak memberi izin pada Fara untuk melihat jawabannya, tetapi dengan lancang dia langsung memotretnya.

"Sabar, Raw," kata Livi dan diangguki dengan teman-temannya yang lain.

Raw hanya diam, dia tidak mau menunjukkan emosinya di sini.

💡💡💡

Raw duduk di lantai yang dialasi karpet lalu mengambil sebuah buku paket dari dalam tasnya kemudian mengambil pensil. Raw ingin menguji apa yang terjadi di sekolah tadi, apa dia bisa menjawab soal-soal lainnya atau justru tidak bisa lagi.

Raw sengaja mencoba untuk menyelesaikan soal-soal pada bab yang belum dipelajarinya. Ketika membaca soal pertama, Raw memejamkan matanya karena kepalanya terasa pusing, deretan angka melintas begitu cepat di kepalanya, cewek itu meringis ketika deretan angka tersebut semakin cepat melintasi kepalanya. Sekitar tiga puluh lima detik Raw menahan pusing yang dialaminya secara tiba-tiba, dan di detik ke tiga puluh tiga, Raw berteriak karena kepalanya seolah akan meledak.

Raw terengah-engah di detik ke tiga puluh enam, rasa pusingnya seketika lenyap begitu saja, tidak menimbulkan bekas.

"Raw! Kenapa teriak?" teriak seorang wanita dari depan pintu kamar Raw.

"Enggak apa-apa, Ma. Cuma tadi kaget aja," jawab Raw lalu dia mengambil segelas air yang letaknya tidak jauh dari posisinya.

Setelah menghabiskan segelas air, Raw kembali mengambil buku yang tadinya ia lempar ke lantai, cewek itu membaca soal pertama dengan waspada, dia takut akan mengalami pusing lagi. Namun setelah selesai membaca soal itu, Raw tidak mengalami pusing lagi, justru seperti saat di sekolah tadi, dia bisa menjawabnya dengan cepat, padahal dia tidak pernah mempelajari materi itu.

Raw menutup bukunya lalu ia letakkan di sisi kanan, ketika ulangan tadi dia tidak merasa pusing sedikitpun ketika membaca soal-soal, tetapi barusan, dia mengalami pusing yang sangat kuat baru bisa mengerjakan soal.

Kenapa seperti itu? Apa yang terjadi?

Apa karena ketika ulangan tadi materi yang diujikan adalah materi yang pernah ia pelajari sebelumnya? Berbeda dengan soal barusan, soal itu berasal materi baru dan tidak pernah ia baca. Mungkin karena hal itu.

Rawnie mencoba untuk mengingat apa yang terjadi sebelum keanehan ini terjadi, ketika waktu istirahat, dia duduk di bawah pohon sambil berpikir, hanya itu yang ia lakukan dan menurutnya tidak ada hal aneh tentang itu.

Namun ... Raw ingat. Saat dia duduk tadi, kepalanya tiba-tiba terasa sangat pusing, sama seperti yang dia rasakan ketika membaca soal barusan.

Apakah hal ini berhubungan? Apa karena rasa pusing tiba-tiba ketika waktu istirahat tadi dia bisa mengerjakan soal-soal sulit?

Raw mengambil bindernya lalu mencatat hal tersebut, hal yang membuatnya bingung, mungkin dengan mencatat hal ini, bisa memberikan petunjuk untuknya suatu saat nanti.

💡💡💡

Sabtu, 23 Juli 2022

GemstonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang