Benih

625 73 14
                                    

"A-aku bunga Peony-nya? Yang benar saja!"

Wajah dari seorang gadis bernama Floryn mendadak memerah. Terlalu malu untuk menatap lawan bicara membuatnya harus berbalik sambil mencoba menenangkan debaran pada dadanya.

Gila, serangan mendadak! Mana tadi aku tak sengaja terfokus pada kedua matanya!

Xavier hanya menatapi punggung mungil Floryn dengan gemas, ingin sekali pria itu kembali menggoda namun ia harus mengurungkan niatnya karena merasakan sesuatu yang seharusnya tidak ada di dalam ruangan itu.

"Tidak sopan menguping apa lagi berani menggunakan kekuatanmu di area sekolah." ucap Xavier tanpa menoleh, dia menaruh kuas pada meja. "Bahkan seorang ketua OSIS yang melanggarnya."

Floryn memiringkan kepala lantaran bingung terhadap pria bersamanya yang tiba-tiba berbicara tanpa tahu apa konteksnya. Dia bahkan mencoba mengecek keadaan sekitar apa mungkin ada seseorang yang sedang mengintip, namun hasilnya nihil. Di ruangan itu hanya ada mereka berdua.

"Kakak bicara pada siapa...?" Floryn memberanikan diri untuk bertanya.

Xavier memutar kepala, pandangannya tertuju pada sudut ruangan kosong yang ditempati oleh meja yang tertata oleh peralatan melukis. Perlahan namun pasti, dua pasa mata menyala terlihat disana secara tiba-tiba. Floryn melotot sampai tubuhnya melemas takut, dia mulai teringat dengan cerita horor yang katanya adalah turun-menurun bahwa sekolah ini dulunya adalah tempat pemujaan iblis dan setiap sore menjelang malam apa lagi dengan cuaca hujan, akan ada penampakan yang tanda-tandanya muncul sepasang mata tanpa.

Cerita di luar nalar, namun untuk kali ini Floryn oelan-pelan percaya.

"HUWAAAAA!! HANTUUUU!"

Karena takut secara reflek Floryn bersembunyi di belakang badan pemuda bermanik safir. Gadis itu sedikit mengintip, sosok hantu itu mulai menampakan diri.

"Seperti biasa instingmu selalu kuat ya."

Akhirnya Floryn mengerti mengapa Xavier berkata demikian, namun di satu sisi gadis itu terpongah bahwasan sosok tersebut bukanlah hantu, melainkan seseorang yang sangat dia kenal bahkan Floryn sendiripun agak jengkel bila bertatap dengan wajahnya.

"Kak Aamon? Sepasang dua mata itu ternyata kakak?" Floryn keluar dari persembunyian. "Itu berati... Kemampuanmu bisa menghilang?"

Xavier terkekeh kecil sebelum menimpa. "Sifat dan kemampuannya sama, suka menghilang. Apa lagi meng-ghosting seseorang."

"Aku disini tidak untuk membicarakan masa lalu." suara Aamon terdengar dingin, pemuda dengan rambut silver itu melangkah mendekat.

"Maaf jika itu membuatmu tersinggung." Xavier menyeringai, ujung jari telunjuknya mengeluarkan cahaya kebiruan yang tidak begitu terang saat Aamon telah berdiri di depannya.

"Jadi, ada gerangan apa kau kemari? Tidak mungkin kau hanya kebetulan lewat sampai repot-repot menjadi tak terlihat."

"Jika aku menjawab bahwa benar aku menguping.. Apa yang akan kau lakukan?" Aamon menantang.

Kedua netra Xavier perlahan menyala, cahaya biru dari ujung jarinya semakin menerang. Aamon pun tak kalah, dari balik pakaian lengannya muncul sebilah benda tajam seperti pisau tanpa gagang, pisau itu tak terlihat namun seperti ada 'kaitan' pada pisau itu agar bisa melayang memutari tangan Aamon.

Floryn bergidik ngeri, walau dia tak tahu apa yang terjadi namun dia dapat merasakan bahwa dua orang lawan jenisnya sedang tidak dalam kondisi bersahabat. Dia dapat merasakan tekanan serta atmosfer yang tak mengenakan, getaran kecil menggerakan benda apapun dalam ruangan tersebut. Floryn menyadarinya, dia sempat panik dan tak berani untuk menegur. Toh, tidak ada cara lain, hanya Floryn seorang dalam keadaan waras.

I'm Not Your Babu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang