Ayo.. spam komennya. Biar besok update lagi...
------------------------------------------
Mungkin ini bukanlah rumah. Tapi orang-orang di sekelilingnya sudah seperti orang rumah.
Natta menarik tuas rem ketika mobil yang ia kemudikan sampai di depan pagar berwarna hitam tinggi menjulang. Sambil melirik Fla yang duduk di sampingnya, Natta sebenarnya bingung bagaimana ia harus bersikap saat ini. Berada didalam posisi terjepit, dengan adanya perang dingin antara Dara dan juga Dani, serta kondisi Fla yang merasa tidak enak, membuatnya menjadi serba salah. Karena itulah setelah sampai di depan rumah kost, di mana Dara, Fla dan Dani sempat tinggal, dia tidak berani menunjukkan reaksi lebih dulu. Tubuhnya memilih diam, membeku, dengan pikiran yang bergentayangan, menerka-nerka kondisi selanjutnya.
"Enggak mau turun?" tegur Dani memecah suasana.
Dara mendiamkannya. Seperti seorang kekasih yang sedang marah dengan pacarnya, tanpa suara Dara memilih turun. Bahkan tas tangan yang tadi selalu Dani bantu bawakan sejak dari kampungnya hingga ke Jakarta, Dara memilih membawanya sendiri. Gerakannya yang bergerak secara tiba-tiba membuat reaksi Dani bertanya-tanya, sebegitu salahnya kah dia? Sampai Dara bersikap marah seperti ini kepadanya.
Namun karena tidak ingin menambah masalah, Dani hanya diam, lebih ke arah mengalah. Dia tahu mungkin Dara kecewa padanya. Padahal sejak di kampung kemarin, mereka sudah sangat dekat selayaknya sahabat. Tapi karena ada satu hal yang Dani tutupi, malah membuat jarak baru di antara keduanya.
"Kenapa enggak masuk?" tanya Fla disaat ia hanya melihat Dara terdiam berdiri di depan pagar.
"Gue masih bisa masuk enggak, ya?" tanya Dara panik.
"Loh kenapa enggak bisa masuk?"
"Udah sebulan gue enggak di sini. Mungkin si ibu kost mikirnya gue mau out dari sini padahal ...."
"Pikiran lo, Dar. Udah masuk dulu. Lo coba dulu. Kalau belum dicoba jangan mikir macem-macem," sahut Natta sambil mengawali untuk membuka pintu pagar. Mempersilakan dua perempuan itu masuk terlebih dahulu, baru dirinya dan disusul langkah Dani di belakang.
Pada lahan parkir yang tidak seberapa besar, karena biasanya yang akan mengekost diwajibkan melampirkan jenis kendaraan yang dipakai memperhitungkan lahan parkir, terlihat cukup lowong dari biasanya. Padahal baru satu bulan Dara tidak di sini, tapi entah mengapa rasanya sangat berbeda.
Membuka pintu utama, kondisinya masih sama. Tata letaknya tidak ada yang berbeda. Hanya saja biasanya ia akan melihat helm mahal Dani dalam lemari kaca, dekat pintu masuk, namun kali ini helm itu tidak terlihat. Tebak Dara, mungkin Dani sudah tidak mengekost di sini lagi, atau bisa jadi Dani pulang ke apartemennya dalam beberapa waktu terakhir.
"Lo masih inget kan kamar lo di lantai 2," goda Fla, lagi-lagi demi mencairkan suasana. Akan tetapi sayangnya Dara tidak menggubrisnya sedikitpun. Bibirnya terkunci rapat sampai langkah mereka tiba di lantai 2, depan kamar Dara dan juga Fla.
Memilih bersandar pada besi tangga, Dani bersidekap, menatap gerak gerik Dara disaat tangan perempuan itu sibuk membuka kunci kamar kostnya. Disaat pintu terbuka, Dara malah terlihat mematung. Gerakannya menggambarkan kebingungan, sampai arah tatapannya dia putar menuju Fla dan Natta yang berdiri di depan pintu kamar kost Fla.
"Kenapa?" tanya Fla penasaran.
"Siapa yang beresin kamar kost gue?"
"Ah? Maksudnya?" Fla mendekati, dan melihat semuanya dengan cermat sambil mengingat-ingat terakhir kali dirinya membantu Dara untuk merapikan pakaian ke dalam tas sebelum Natta mengantarkan Dara pulang ke kampungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPOSAMI! DANTE
RomancePerkara uang 100 Juta, aku pikir kami akan terikat dan menjadi dekat setelahnya. Namun nyatanya tidak. Setelah membaca-baca berbagai macam berita, akhirnya aku sadar, salah satu negara di dunia ini yang mayoritas pendudukanya terlambat menikah adala...