Di depan pintu. Ara menemukan sebuah kardus aqua.
Ara berjongkok. Menatapi kertas putih yang di tempel di atas kardus itu. Ada nama mama nya beserta alamat rumah.
Mata Ara menjelajahi isi tulisan di kertas itu. Sampai akhir. Ia tidak menemukan nama barang yang ada di dalam kardus tersebut. "Mama beli apa ya? gumam nya mencoba menerka isi barang yang di pesan mama nya.
Tak ingin berlama-lama di luar. Ara mengeluarkan kunci rumah dari dalam saku, lalu membuka pintu rumahnya. Di bukanya lebar-lebar. Ara mengangkat kardus dan melenggang masuk ke dalam rumah.
"Nggak bom kan isi nya?" tanya Ara khawatir saat kardus itu terasa berat.
Ara meletakkan kardus itu di atas meja ruang tamu. Baru terduduk di sofa. Terdengar dering telpon.
Ara buru-buru mengambil ponsel yang ia simpan di dalam tas.
"Ra. Kamu udah liat belum paket yang tergeletak di depan pintu?" tanpa basa-basi mama nya langsung menanyakan paketnya setelah telpon nya di angkat.
"Malah udah Ara bawa masuk ke rumah paket nya, ma." jelas Ara yang artinya ia sudah melihat paket mama nya.
"Bagus. Sekarang langsung kamu eksekusi aja ya, Ra."
Ara mengernyit. "Di eksekusi?"
"Ooh. Kamu nggak tau ya isi paketnya apa?"
"Nggak tau. Di kertas ini nggak disebutin nama barang pesanan mama."
"Ah! Itu jengkol kiriman dari teman mama, Ra. Kata nya nggak banyak, cuma 10 kilo."
"Defisini banyak menurut teman mama itu berapa kilo sih? Di kasih 10 kilo itu udah banyak banget, ma." protes Ara.
Mama Ara terpingkal di ujung telpon. "Biasalah. Orang kaya mah bebas mau ngomong gimana aja."
"Oh iya. Jangan lupa. Itu jengkol langsung kamu eksekusi di dapur. Di jadiin rendang jengkol ya anak mama yang cantik se rt. Siap masak, hubungi sahabat-sahabat kamu."
"Hmm.. Buat apa nelpon mereka, ma?"
"Sahabat apaan sih kamu ini. Kayak gitu aja masih di tanya. Telpon mereka terus suruh mereka datang kerumah. Mereka pasti suka kalau di masakin rendang jengkol. Apalagi Gara, itukan makanan favorite nya. Khusus Gara tolong di banyakin untuk dia ya, sayang."
"Iyaa. Ma." jawab Ara dengan suara memelas. Bagaimana nggak melas kalau mama nya sendiri lebih ingat dengan selera anak orang lain.
"Udah ya, Ra. Mama lagi sibuk nih. Mama telpon kamu cuma mau ngasih tau itu aja."
Klik. Panggilan di putus sepihak oleh mama nya.
"Ck." Ara berdecK. "Ini beneran mama gue nggak sih? Jangan jangan bener lagi. Gue sama Gara anak yang tertukar?"
^^^
Sesuai request sang mama. Ara memasak rendang jengkol. Dan menelpon sahabat nya untuk datang kerumahnya jam tujuh malam.
Tujuh kurang lima menit. Kevin, Valdo, Gara, Naldi dan Rian sudah berdiri di depan pintu rumah Ara. Karena Valdo cuma menenteng satu plastik. Jadi dia yang memegang kenop pintu. Sekali kenop di putar, pintu nya terbuka.
"Pintunya nggak di kunci, brother." Valdo masuk dan membuka pintu itu lebar-lebar. Ia berdiri di pinggir pintu dan menyuruh sahabatnya masuk ke dalam rumah. Ia seperti tuan rumah yang menyambut tamu nya.
"Ara ceroboh banget. Untung kita yang masuk." gerutu Kevin menyayangkan kecerobohan Ara.
"Mungkin karena kita yang datang. Makanya pintu ini nggak di kunci." Naldi yakin, Ara nggak ceroboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ultimate Happines
Teen FictionPacaran harus minta persetujuan. Sudah minta persetujuan di suruh nolak. Pacaran tanpa persetujuan disuruh putus. Di kisah hidup orang lain, ada abang yang tukang ngatur dan nggak ngebolehin adiknya pacaran. Di kehidupan Ara ada kelima sahabatnya...