👑
"Lo sih! Ngapain sih pake manjat-manjat pohon! Lo tuh cewek, kalem dikit kek! Kesel banget gue sama lo!" omel Lio, walaupun ia sedang marah ia tetap menggendong Clarissa ala bridal style membawanya ke dalam rumahnya.
Clarissa tersenyum tipis, ia mengalungkan lengannya ke leher Lio. "Cih, marah aja masih tetap perhatian sama gue, sesayang itu ya lo sama gue?"
Lio menatap mata Clarissa. "Iya, jadi jangan sampai lo terluka karena gue gak suka liatnya," ucapnya, pelan.
Lio mengecup kening Clarissa. "Jangan terluka Sa," lanjutnya.
Clara tersenyum miris, bagaimana bisa dengan wajah babak belur Lio mengatakan itu? Harusnya ia yang berkata seperti itu untuk Lio.
Cup!
Clara mencium pipi kanan Lio yang lebam. "Cepet sembuh Li, jangan terluka lagi, gue juga gak suka ngeliat lo terluka," ucap Clarissa.
Dengan hati-hati Lio mendudukan Clarissa di sofa panjang yang ada di ruang tamu rumahnya. "Gue ambil kotak P3K dulu ya, lo jangan kemana-mana, bilang gue aja kalau butuh sesuatu," ujar Lio.
Clarissa menatap lekat punggung Lio yang berjalan ke arah dapur, Clarissa masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Lio, ia berniat untuk mencari tahu.
Lio kembali dengan membawa kotak P3K di tangan kanannya, ia juga membawakan air putih untuk Clarissa. "Ini minum dulu Sa," Lio menyodorkan air putih itu kepada Clarissa.
Tanpa ragu Clarissa mengambil gelas yang berada di genggaman Lio, Clarissa tersenyum saat Lio duduk di bawahnya. Lio membuka kotak P3K lalu mengambil cotton bud dan betadine.
Lio meneteskan betadine itu ke cotton bud lalu ia mengobati lutut Clarissa, Lio meniup-niup lutut Clarissa saat Clarissa meringis kesakitan.
Setelah mengolesi luka Clarissa dengan betadine Lio mengambil hansaplast dengan gambar karakter barbie dan berwarna pink, ia memasangkan hansaplast itu ke lutut Clarissa yang terluka.
"Lo kok punya hansaplast warna pink terus karakter barbie lagi, hansaplastnya lo siapin buat siapa? Buat cewek ya?" tanya Clarissa.
"Buat siapa lagi kalau bukan buat lo Sa? Gue beli ini waktu lo pindah ke sini, gue tahu lo itu suka banget terluka, jadi biar gue obatin pas lo terluka," jawab Lio.
Clarissa tersenyum, Lio memang sangat tahu mengenai dirinya, tapi ada satu hal yang tidak boleh diketahui Lio tentang dirinya. Kotor, dirinya yang kotor tidak boleh diketahui oleh Lio.
"Sini, gantian gue yang ngobatin luka lo," Clarissa menepuk-nepuk sofa di sebelahnya, ia menyuruh Lio untuk duduk di sampingnya.
Lio langsung menurut, ia berdiri lalu duduk di samping Clarissa. Clarissa menatap wajah Lio yang tampak berantakan, pipi kanan dan kirinya memar, sudut bibirnya terluka, dan terdapat juga luka goresan di dahinya.
"Apa sih yang terjadi Li? Lo gak mau cerita sama gue? Gue kesel banget ngeliat lo kaya gini, lo bukan orang lemah sampai bisa babak belur kek gini, pasti lo diem aja kan pas dipukulin?" oceh Clarissa.
Clarissa tersentak saat Lio memeluknya. "Kek gini dulu ya Sa, 1 menit aja," Lio memeluk Clarissa dengan erat, ia ingin menumpahkan rasa lelahnya dengan memeluk Clarissa.
Clarissa menghembuskan napas kasar, ia membalas pelukan Lio lalu menepuk-nepuk punggung Lio. "Mau 1 jam ataupun sehari gue rela lo meluk gue selama itu Li, gue pengen lo luapin rasa sakit lo ke gue, gue harap rasa sakit lo bisa terobati dengan meluk gue. Lo bisa cerita ke gue kapan aja Li, gue bakal selalu ada buat lo," ujar Clarissa.
"Wah, enak banget ya pelukan di sore hari kaya gini," ujar Alex yang baru saja masuk ke dalam rumah.
Alex menatap kesal ke arah Lio, ia tidak mengerti mengapa Clarissa bisa membiarkan Lio memeluknya, menjijikkan sekali.
"Terus kenapa? Lo iri ya?" balas Lio, ia tersenyum sinis kepada Alex.
"Ayo Sa kita pergi, kalau tetap di sini kasian ada yang iri," Lio mengangkat Clarissa ala bridal style lalu membawanya ke dalam kamarnya.
Alex berdecak kesal. "Sialan, awas aja lo Lio," gumamnya.
Lio merebahkan Clarissa di kasurnya. "Lo istirahat aja dulu, nanti gue anterin pulang," ujar Lio.
Clarissa menatap kamar Lio yang tampak tidak jauh berbeda saat mereka masih kecil, Clarissa menatap satu foto besar yang terpajang di tembok kamar Lio, di foto itu terdapat Papa dan Mamanya Lio.
"Li, mumpung besok libur ayo kita ke makan Mama lo, gue kangen sama Mama lo," ujar Clarissa.
Lio Tersenyum tipis, ia duduk di samping Clarissa lalu ikut memandangi foto yang terpajang di tembok itu. "Ayo, gue juga kangen sama Mama," jawab Lio.
"Li, gue pengen nonton drakor deh, temanin gue nonton ya gue gak mau nonton sendirian," ajak Clarissa.
Saat Clarissa LDR dengan Lio, Lio selalu menemani Clarissa menonton drakor, ia tidak pernah menolak permintaan Clarissa sekalipun.
"Ayo, tapi satu episode dulu ya, bentar lagi magrib lo gak boleh pulang malem takutnya dicariin Mama sama Papa lo. Nanti kita lanjut nontonnya besok," jawab Lio.
Clarissa dan Lio menonton drakor yang berjudul Queen Of Tears, Clarissa tidak mengalihkan sedikitpun pandangannya dari laptop sementara Lio tidak mengalihkan sedikitpun pandangannya dari Clarissa, ia tersenyum tipis saat menatap wajah Clarissa. "Cantik," batin Lio.
Alex mengintip Lio dan Clarissa melalui pintu kamar Lio yang tidak tertutup rapat. "Gue gak bakal biarin Clarissa terus deket sama lo Lio, dia milik gue," gumam Alex.
👑
Semoga suka ya sama part kali ini😃❤
25 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelio
Ficção AdolescenteAdelio merupakan cowok yang selalu menyimpan lukanya sendirian. Ia tidak pernah bercerita tentang luka yang ada di dalam hatinya pada siapapun. Kehidupannya begitu hitam, tidak ada yang menyenangkan, tidak ada yang memberi warna pada kehidupannya, i...