07 || Tujuh

9.9K 898 44
                                    

Kantung infus tergantung di tiang dekat nakas, di sana terdapat perawat perempuan yang merapikan peralatan kesehatan milik dokter yang ia dampingi.

Kamar besar dan terkesan sangat mewah itu di isi oleh beberapa orang yang setia menatap tubuh kecil yang terpejam dengan wajah pucat dan jarum infus tertancap di tangan kanannya.

"Kasihan sekali anak ini, bagaimana bisa ada ibu yang tega menyiksa anaknya seperti ini,"ucap Jessica terdengar iba.

"Tidak ada ibu yang benar-benar membenci anaknya Mom, orang seperti mereka hanya terpaksa karena keadaan,"ucap Rabella pelan yang di setujui dalam diam oleh Jihan dan Jessica. Bagaimanapun mereka juga perempuan, sedikit banyaknya mengerti perasaan sesama.

"Mommy, bantu aku untuk membujuk Sehran agar ia mau mengizinkan kami mengadopsi nya,"pinta Jihan sambil memegang lengan ibu mertuanya.

"Kamu yakin? Kalian baru bertemu dua kali, apakah tidak terlalu cepat untuk kamu mengambil keputusan. Jihan, merawat anak yang bukan terlahir dari rahim kita itu tidak mudah. Perlu memiliki rasa sayang dan ikatan yang benar-benar kuat, bukan hanya sekedar kasihan. Agar suatu saat tidak berakhir menyakiti anak ini,"ucap Jessica yang membuat Jihan beralih menatap dalam wajah Hesa.

"Aku sangat yakin Mom, ini bukan perasaan kasihan. Setelah pertemuan dengan anak ini tempo hari, aku jadi terus terbayang dirinya. Aku merasa cemas karena anak ini tidak ada di jarak pandang ku, aku benar-benar ingin melindungi nya,"

Jessica menghela nafas pelan. Ia bukannya tidak suka dengan Hesa, tapi mengingat bagaimana Jihan membawa anak itu membuat Jessica khawatir bahwa Hesa akan menangis mencari ibunya. Ia juga takut ibu dari Hesa akan mengambil anak itu lagi dan membuat menantunya kembali terpuruk. Meski dalam hal ini keluarga Alton mampu mengambil Hesa secara paksa, tapi sulit untuk mereka mendapat persetujuan Yuzar dan Sehran.

Dokter yang sejak tadi menulis sesuatu di buku kecilnya kini mendekat ke tempat tiga wanita Alton menunggu.

"Demamnya sangat tinggi Bu, untungnya sekarang sudah mulai turun. Saya juga mencurigai bekas kebiruan di lehernya itu disebabkan cekikan tangan, mungkin hal ini yang membuat nya demam karena terlalu shock dan kondisi tubuh yang tidak vit,"terang dokter pria yang menggunakan snelli dengan stetoskop yang dikalungkan di leher.

"Apa dia akan segera bangun?"

"Saya masih belum bisa memastikan Nyonya. Maka dari itu jika anak ini bangun tolong hubungi saya, suster juga akan siaga disini bila diperlukan,"

"Ya, biarkan suster berjaga disini. Dan setelah ini tolong buatkan surat pernyataan kesehatan atas nama Hesa, takutnya kami memerlukan itu nanti."pinta Jessica.

"Baik Bu, saya juga meresepkan beberapa obat untuk berjaga-jaga jika saya tidak sampai tepat waktu kemari. Kalau begitu saya permisi,"setelah mendapatkan ucapan terimakasih dari para Nyonya besar, Dokter muda ber-nametag Erza itupun pergi meninggalkan kediaman Alton.

"Biarkan ia istirahat dan di jaga oleh perawat, kalian bisa pergi ke kamar masing-masing,"Jessica mengintrupsi sambil berlalu dari kamar itu.

"Aku keluar dulu ya kak, sepertinya Jeffran sudah pulang,"

"Iya keluarlah lebih dulu, aku akan disini sebentar lagi."sahut Jihan.

Setelah kamar hanya menyisakan dirinya dan juga perawat yang pergi ke toilet, Jihan mendekati Hesa. Anak itu nampak tidur dengan nyenyak karena pengaruh bius yang ada dalam cairan infus nya. Sorot mata teduh milik Jihan menggambarkan bahwa wanita itu berharap bisa mendengar suara anak itu.

°

°

°

"Jeff, kapan kamu sampai?"tanya Rabella yang baru saja masuk ke kamarnya.

【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang