Does Holland Really Care About His Child?
***
Helia ragu mengenai pepatah tentang seorang ayah adalah cinta pertama putrinya.
Ketika Helia berusia tiga tahun—satu-satunya memori masa kecil yang Helia ingat, Helia ingat jika di saat itulah ayahnya mulai muncul di setiap panorama yang Helia miliki.
Di sudut meja makan, berjalan di lorong Mansion Floral, menaiki kereta kuda di depan Mansion, duduk di ruang keluarga dengan seperangkat tea set, berlatih pedang di arena latihan, lalu duduk di balik meja kerjanya dengan setumpuk dokumen.
Namun, tidak ada dalam memori Helia jika mereka bertukar pembicaraan. Seolah, mereka adalah dua individu asing yang dipaksakan untuk tinggal di satu tempat yang sama.
Helia membenci itu.
Maka, Helia yang mengambil inisiatif.
Helia meminta kakak laki-lakinya, yang saat itu berusia sembilan tahun untuk mencarikannya guru etiket.
Demian Delano Floral langsung mengiakan permintaan Helia. Dengan bantuan kenalan Demian, Helia mendapatkan guru etiket yang baik.
Bersama guru etiket itu, Helia belajar cara menyapa ayahnya dengan sopan dan baik.
Helia puas setelah satu minggu berlatih salam, Helia mendapatkan hasil yang maksimal. Gurunya juga mengatakan bagaimana Helia sangat berbakat di usianya yang belia.
Lalu, esoknya Helia datang ke ruang kerja Holland.
Pelayan membukakan pintu bagi Helia, dan Helia bisa melihat tampilan rambut pirang ayahnya di balik meja kerja. Tetap menulis sesuatu di lembaran kertas tanpa henti meski mengetahui jika Helia telah memasuki ruangan.
Helia lalu membungkuk dan mengambil sedikit gaunnya, lalu memundurkan salah satu kakinya.
"Salam untuk Ayah dan selamat pagi. Bukankah ini hari yang cerah, Ayah?"
Suara kekanakan langsung mendominasi seluruh ruangan. Membuat ajudan Holland menganga mengenai betapa anggunnya Helia dalam memberi salam.
Helia lalu menatap Holland dengan menahan senyumannya, wajahnya memerah karena antusias, kemudian mata berwarna merah itu bersitatap dengan mata merah Holland.
Holland hanya mengernyitkan dahinya sebagai reaksi.
Dia lalu kembali menulis di dalam dokumennya. Mengabaikan salam pagi pertama bagi Helia.
Helia menggigit bibir, dia bahkan hampir menangis saat itu.
"Bawa anak itu pergi." Suara dingin Holland memenuhi ruangan. Membuat Helia dan pelayan yang ada di samping pintu tersentak.
Holland mengatakan 'anak itu', bahkan tidak memanggil nama 'Helia'.
"Serangga di pagi hari. Sangat mengganggu."
Helia lalu berlari di lorong sambil menangis, membuat seluruh pelayan yang bekerja khawatir dan mencoba untuk menenangkan nona muda mereka.
Ketika Demian tiba untuk menanyakan apa yang menjadi penyebabnya, Demian langsung dipeluk erat oleh tubuh mungil Helia.
"Ayah tidak mencintaiku!" jerit Helia dengan keras. Suaranya yang terdengar sangat pilu membuat para pelayan ikut meneteskan air mata.
Demian ikut tersentak sebelum membalas pelukan Helia dengn sama eratnya.
Mata merah Demian mengilat tajam, layaknya laser yang akan menembus sesuatu.
"Ayah mengatakan tentang serangga dan aku adalah pengganggu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Look at Me, Your Majesty! [E-book]
Исторические романыAllan Edelbert Teratia adalah raja dari kerajaan Teratia. Dia dikenal sebagai tiran kejam yang mampu memukul mundur ratusan pasukan musuh sendirian dan selalu menyiksa orang dengan sadis. Belum lagi, dia mengambil tahta dengan membunuh seluruh Kelua...