Baca selagi ongoin yee.. kalau udah selesai, gue tarik jangan misuh-misuh.
Lelah hayati, minta dikomen aja susah...Di karyakarsa Dante lagi makan hati tuh, jangan lupa pada bawain teh botol sisrinya...
eh, sosro...
------------------------------
Kesempatan memang tidak pernah datang dua kali, tapi aku yakin Tuhan sudah menyiapkan takdir yang pasti.
Melewatkan acara kumpul bersama Fla dan juga Dani malam ini, Dara lebih memilih tenggelam bersama komputernya. Tatapannya begitu fokus mengubah beberapa bagian dari CV miliknya untuk kemudian akan Dara pakai kembali dalam melamar pekerjaan. Sekalipun ia sadar akan amat sulit mendapatkan pekerjaan baru dalam kondisi umurnya yang sudah tidak muda lagi, seperti sebelumnya, namun semangat Dara tidak sedikitpun pudar.
Ia sangat menyadari jika bukan dirinya yang berjuang, untuk kedua orangtua serta adiknya, lalu siapa lagi yang Dara harapkan akan memperjuangkan semua itu?
Dante? Tidak akan mungkin. Apalagi berkaca dari kejadian sebelumnya, dimana harapan bodoh Dara malah dibalas dengan kondisi tanpa kabar dari Dante, semakin membuatnya yakin bila dirinya tidak ada beda dengan wanita-wanita satu malam koleksi dari laki-laki itu.
Karena itulah, setelah dirinya kembali ke Jakarta, Dara tidak boleh main-main lagi. Uang sisa yang dia miliki wajib dia pergunakan dengan bijak saat ini. Bahkan entah mengapa rasanya Dara ingin menagih hutang kepada Fla mengenai 100juta yang perempuan itu janjikan sebelumnya.
Berhasil membuat Dante kembali ke Italia, bukankah itu misi utama yang Fla janjikan kepadanya? Lalu mengapa uang tersebut belum juga Fla berikan?
Ingin menagihnya langsung, rasakanya Dara juga merasa sungkan. Sebagai sahabat, rasanya Fla sudah memberikan banyak bantuan selama ini. Bahkan berkat jalannya juga Dara bisa mendapatkan uang 100Juta dari Dante. Jika tidak, mana mungkin Dara bisa mendapatkan uang sebesar itu?
Sambil menaikkan kedua kakinya ke atas kursi komputer yang sedang Dara duduki, ia memeluk erat kedua kakinya itu. Tatapan mata Dara tidak lepas dari website lowongan pekerjaan yang kini sedang dia selami. Rasanya banyak sekali yang menarik perhatiannya, namun sayang mayoritas usia yang diterima 22-25 tahun. Bahkan amat sangat jarang yang mencantumkan batas usia maksimal yakni 27 tahun.
Namun dengan latar belakang yang pernah dia miliki, Dara berharap ada perusahaan yang bersedia menerimanya. Setidaknya memberikannya kesempatan untuk membuktikan bila perempuan berusia 31 tahun masih layak menjadi seorang karyawan produktif di sebuah perusahaan.
"Semoga salah satunya ada yang berhasil," gumam Dara dengan kondisi tangannya terus mengklik beberapa list perusahaan yang kemungkinan bisa menerimanya.
***
"Dih ... semalam ditungguin juga, malah enggak muncul. Kenapa deh?" tanya Fla ketika tidak sengaja berpapasan dengan Dara keluar kamar untuk turun ke lantai bawah.
"Capek banget gue. Nanti malam deh, ya."
"Padahal lo naik pesawat sama Dani, ye. Bukan naik kereta kayak pulang dulu. Tapi masih aja capek."
Dara tersenyum. Merangkul lengan Fla, sambil terus melangkah ke lantai dasar. "Yah, gimana. Gue kan udah tua," kekehnya.
Fla mencibir. Diperhatikan dengan seksama bentuk tubuh Dara. Menggunakan celana pendek sebatas paha dengan baju rumah ukuran M, yang dipakai terlihat Dara kebesaran, membuat perempuan itu seperti anak SMA saja. Mungkin jika dia tidak menyebutkan usia sebenarnya, tidak akan ada yang percaya bila Dara sudah berusia 31 tahun.
"Lo enggak makan?" tegur Dara disaat ia malah melihat Fla mematung sambil melamun.
"Ah?"
"Ngelamun aja. Barusan gue tanya lo enggak makan? Sumpah kangen banget gue sama masakan si ibu kost."
KAMU SEDANG MEMBACA
SPOSAMI! DANTE
RomancePerkara uang 100 Juta, aku pikir kami akan terikat dan menjadi dekat setelahnya. Namun nyatanya tidak. Setelah membaca-baca berbagai macam berita, akhirnya aku sadar, salah satu negara di dunia ini yang mayoritas pendudukanya terlambat menikah adala...