Cahaya lampu menyinari setiap jalan yang ada di Kota Brata. Langit gelap terlihat menyelimuti kota tambang emas itu. Sekelompok orang terlihat sibuk dengan diri nereka masing-masing.
"Semuanya berkumpul," ujar Ettan.
"Dengar, para penjaga perdamaian berkerja lebih ketat di kota ini. Kita tak bisa berjalan melalui jalan utama, jadi kita akan mengendap-endap melewati setiap rumah. Mengerti?"
"Tapi kenapa? Bukankah kita berada di bawah utusan yuwaraja?" tanya Gyan.
"Apa kau lupa? Kita ini diutus secara rahasia," ujar Nanda seraya memukul kepala Gyan. Gyan mengusap kepalanya seraya mengangguk.
Lelaki berpenutup wajah masuk melalui jendela ruangan. Matanya menatap tajam mereka yang berada di ruangan itu.
"Ada berapa penjaga yang ada di pusat kota?" tanya Ettan. Lelaki itu pun mulai menggerakkan memberikan isyarat kepada pemimpinnya.
"Dia bilang ada sekitar lima belas penjaga di bagian gerbang pusat, namun tidak ada yang berjaga di dalam," ujar Kavita menerjemahkan.
"Baiklah, ayo!" ujar Ettan lagi.
Satu per satu dari mereka keluar meninggalkan penginapan itu. Menyusuri jalanan kota tanpa suara. Tak jarang mereka harus menghentikan langkahnya, karena para penjaga perdamaian yang berkeliaran.
Masyarakat di kota itu masih belum terlelap. Mereka hanya diam dan melakukan aktivitasnya dari dalam rumah. Tak ada satu pun dari mereka yang berani keluar atau bahkan membuka pintu mau pun jendela.
Ettan memberikan aba-aba pada rekannya untuk bersembunyi. Di balik sebuah rumah ia menatap gerbang besar dengan beberapa penjaga didepannya.
"Mereka mengelilingi gerbang utama. Apa kita harus melumpuhkannya?" tanya Kavita.
Ettan menggeleng. "Jika kita melumpuhkan mereka penjaga perdamaian yang lain akan segera mengetahui rencana kita," ujar Ettan.
"Lalu?"
"Kurasa kita bisa melompati dinding samping," sahut Zeev.
Mereka menatap Zeev bingung. Bagaimana mereka bisa melompati dinding yang setinggi itu.
"Ada tumpukan peti disana, kita bisa menggunakannya," ujar Zeev seraya menunjuk ke arah peti itu berada.
Tanpa berpikir lagi, mereka pun mengikuti saran dari Zeev. Mereka mulai menyusun peti itu satu per satu hingga membentuk tanjakan. Seperti biasa, Sagara memanjat lebih dulu. Lelaki itu memastikan keadaan sekitar sebelum memberi kode pada rekannya.
Setelah melompati dinding tinggi itu mereka pun mengendap-endap masuk ke dalam gedung besar itu. Gedung itu memiliki desain yang begitu megah dengan lampu-lampu kaca yang menyinarinya. Ruangan utama gedung itu juga begitu luas.
"Kita harus kemana sekarang?" tanya Kavita.
"Kurasa kita harus mencari tahu tentang mahluk itu! Peta ini hanya menunjukan wilayah," ujar Ettan.
"Semuanya berpencar!", perintah Ettan.
Mereka mulai berpencar, mengelilingi setiap sudut gedung itu. Mereka tak ragu untuk membuka pintu-pintu ruangan yang ada di gedung kosong itu.
Zeev perlahan mendekati sebuah pintu yang tampak berbeda. Pintu itu tidak seindah dan semewah pintu lainnya. Zeev semakin dibuat penasaran ketika melihat tiga ornamen unik terlihat menempel pada pintu itu.
"Ornamen ini?" ucap Zeev lirih. Zeev yakin ornamen itu mirip dengan ornamen yang dipajang penduduk di setiap rumah.
Ia tak bisa melihat apapun saat pintu itu terbuka, semuanya begitu gelap. Hanya beberapa anak tangga yang dapat ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKARA, Kembalinya Sang Kesatria
FantasyEila yang bertemu dengan Varen mencuri sebuah berlian dari dalam gua misterius. Ia tak menyangka apa yang dilakukanya ini akan membawa dirinya dan Varen masuk ke dalam petualangan panjang. Tanpa sadar petualangan ini juga mengungkap fakta tentang d...