Bagian 27

134 21 2
                                    

"Sekeping Luka Di Melbourne"
Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia

Bab Dua Puluh Tujuh

***

Hari ini Gabriel sudah masuk Islam.

Ia sudah mengucapkan syahadat dan sudah melakukan salat untuk pertama kalinya. Memang, sebelumnya pun ia telah belajar bagaimana gerakan salat lewat beberapa buku dan mengamati orang-orang muslim di masjid ketika tengah beribadah.

Lelaki itu meletakkan benda hitam yang dinamakan peci ke atas meja. Lalu melangkah ke ruang tengah untuk mengambil ponsel. Benda pipih itu beberapa kali berkedip saat dirinya tengah menghafal bacaan salat tadi. Ternyata ada panggilan dari Australia. Seorang pelayan mengatakan kalau kakeknya rindu. Aneh saja memang kakeknya itu. Rindu dengan cucunya pun harus mengatakan lewat orang lain.

"Katakan kepada Kakek kalau diriku masih harus melakukan beberapa hal di sini. Mungkin aku akan kembali satu bulan lagi ke Australia."

"Baik, Tuan."

Gabriel memutuskan panggilan dengan cepat. Ia bangkit berdiri dan melangkah menuju dapur. Mungkin sekarang saatnya ia kembali membuat panekuk untuk sarapan. Demi seorang wanita, ia harus tinggal sendirian seperti ini. Dan anehnya ia sama sekali tidak merasa keberatan. Gabriel mulai mengenakan apron untuk melindungi kemeja yang dikenakan. Lalu membuat panekuk yang memang sudah cukup sering ia buat.

Hari ini ia masih harus pergi ke tempat pembuatan masjid. Mungkin jam dua siang nanti ia pun akan kembali melakukan rapat virtual dengan para pegawai di kantor. Dan sebelum pergi ke tempat pembangunan itu, ia akan mampir ke butik milik Hara dengan membawa panekuk yang dibuatnya. Wanita itu pasti akan suka dengan masakannya.

Hampir pukul tujuh pagi ketika Gabriel selesai sarapan dan memasukkan panekuk ke dalam wadah. Lelaki itu bergegas meraih jas, memakainya dan menambahkan dasi pada bagian kerah. Ia mematut tampilan dirinya di depan cermin besar, lalu merapikan rambut dan memakai minyak wangi dengan aroma musk dan campuran mint yang membuat dirinya terasa lebih segar.

Setelah selesai dengan penampilan, lelaki itu meraih wadah berisi panekuk dan menaruh ke dalam paperbag sebelum melangkah ke keluar menuju basement tempat mobilnya terparkir. Rasanya ia sudah bersikap seperti seorang suami saja sekarang. Pergi menemui perempuan untuk memberikannya sarapan pagi. Ah, sejak kapan dirinya menjadi seperti ini?

Butik sudah dibuka seperti biasa dan kali itu ia menemukan Hara yang baru saja turun dari dalam mobil. Gabriel pun turut keluar dari mobilnya. Dan ia baru tahu kalau ternyata wanita Asia yang satu itu bisa menyetir. "Selamat pagi, Hara," sapa Gabriel dengan nada santai. Ia tidak terlalu ingin terlihat antusias. Menjaga image tetap nomor satu.

Hara terlonjak kaget melihat kehadiran Gabriel pagi itu. "Kau?" katanya dengan nada tidak percaya. "Kenapa kau datang lagi ke sini?" Ia bahkan memutar bola mata dengan wajah jengah.

Namun, Gabriel dengan santai menyerahkan benda yang dibawanya. "Aku sudah membuat sarapan untukmu."

Alis Hara terangkat sebelah. Wanita itu memandang Gabriel dengan heran sekaligus takjub. "Apa?"

"Hanya sebuah panekuk."

"Untuk apa kau melakukan ini, Gabriel?" Hara memandang lelaki dengan wajah nyaris sempurna itu. Jantungnya berdegup kuat sekarang. Ia tidak percaya bagaimana lelaki dingin seperti Gabriel mendadak bisa berubah menjadi malaikat seperti sekarang.

Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang