BAB XXXII Pertarungan Kota Brata

8 6 7
                                    

Suasana Kota Brata yang hening kini diselimuti dengan teriakan. Para warga berlarian menghindari amukan dari mahluk misterius itu. Mereka meninggalkan rumahnya menjauh dari mahluk yang telah menghancurkan beberapa rumah warga.

Mahluk itu memiliki bentuk yang aneh. Ia seperti perpaduan dari berbagai jenis binatang. Tubuhnya seperti seekor lembu, namun ia memiliki kepala yang seperti singa dengan belalai yang menggantung. Ia juga memiliki gading dan mahkota dikepalanya. Mahluk itu ialah Lembuswana.

Eila berlari melawan arus warga yang berlari menjauh. Ia berusaha mendekati mahluk besar itu. Gadis juga meninggalkan rekan-rekannya yang berlari menyusulnya.

Eila kini berada tak jauh dari tempat Lembuswana. Ia melihat sekelompok orang dengan pakaian serba hitam tengah mengepung sang mahluk. Dalam sekali hentakan, mereka membuat Lembuswana tersungkur dihadapannya.

Eila berlari mendekati mahluk itu takala seorang pria mengangkat pedangnya dengan tinggi. "Berhenti!!" teriak Eila menghadang lelaki berpedang itu.

"Kalian tak boleh melukainya!!" ujar Eila lagi. Gadis itu kini menatap sekelompok orang itu dengan tatapan tajamnya.

Mereka terdiam. Tatapan sinis dan bingung kini mengarah padanya.

"Siapa kau?! Apa hak mu melarang kami?!" balas Ettan.

Penyamaran gadis itu membuahkan hasil. Tidak satu pun dari mereka yang berhasil mengenalinya.

"Menyingkirlah!!" teriak Ettan seraya mengayunkan pedangnya padanya.

Beruntungnya Varen datang tepat waktu. Pedang yang digenggamnya pun berhasil menghadang ayunan pedang dari Ettan.

"Kau?" ucap Ettan di sela-sela pertarungan.

"Dengar!! Kalian bisa membunuh kedua manusia ini!! Terutama gadis itu!! Dia adalah buronan!!" teriak Ettan pada rekan-rekannya.

Eila mengepalkan tangannya dengan kuat. Tatapan mata semakin tajam takala rekan-rekan Ettan berseru. Senjata mereka kini digenggamnya dengan erat. Dapat Eila tebak mereka memang telah berniat membunuhnya bahkan sebelum Ettan mengatakan hal ini dihadapannya.

Disaat bersamaan Radev dan rekan lainnya datang. Mereka berdiri di depan Eila seraya mengarahkan senjatanya pada pihak lawan. Mata Eila juga menangkap bayangan Jazziel dan anggota Chitesh lainnya yang masih dalam penyamaran berdiri di belakang kelompok Ettan. Dibalik wajah tak berdaya anggota Chitesh, ada senjata tersembunyi yang telah mereka siapkan.

Pertarungan dua kubu pun dimulai, menambah suasana gaduh kota tambang itu. Pertarungan mereka ini telah keluar dari aturan yang selama ini digenggam. Menyerang dengan membabi buta tanpa peduli siapa yang diserangnya.

Setelah ada kesempatan Eila perlahan keluar dari pertarungan itu. Ia mengendap-endap mendekati sang mahluk yang tersungkur. Diusapnya pelan kepala Lembuswana, membuat mahluk itu perlahan membuka matanya.

Mahluk itu sepertinya terkejut dengan kehadiran Eila. Ia seketika bangkit karena menganggap Eila adalah musuhnya. Ditambah lagi suasana yang tak karuan membuatnya merasa terancam. Ia lantas mengeluarkan suara melengkingnya, membuat mereka kini mengalihkan perhatiannya.

'Ah sial! Dia juga tak mengenaliku.'

"Tidak!! Tenanglah!! Aku tak akan melukaimu!!" teriak Eila. Lembuswana tak menggubrisnya dan malah menyerang orang-orang yang ada di sekitar.

Kelompok berbaju hitam itu lantas berlari, meninggalkan musuhnya. Mereka memilih untuk mnyerang Lembuswana demi mendapatkan berlian yang mereka cari. Namun, Varen dan rekan-rekannya pun tak tinggal diam. Mereka berlari, menghadang aksi yang akan dilakukan kelompok itu.

ARKARA, Kembalinya Sang KesatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang