part-10

7.1K 362 19
                                    

Jangan lupa voment 😚



Suara cicitan burung, mengawali pagi hari ini. Asya yang sejak tadi bersiap-siap karena hari minggu, akan kepasar untuk membeli keperluan dapur.

"Zhe sudah siap?" Tanyanya.

"Siap! Zhe tidak sabar kepasar, Pasti banyak cogan!" Ucapnya dengan mengebu-ngebu.

Asya tersenyum getir mendengarnya, cogan apanya! Yang ada disana didominasi oleh kaum emak-emak rempong sang lord dunia.

"Kalau Zhe cuma mau lihat cogan, kejalan Sudirman aja. Dijamin disana banyak cogan, beroutfit lagi, dijamin Zhe nggak bakal nyesal."

"Umm, gantengkan? Kalau tidak mirip Manu Rios Zhe tidak mau. Mama tau? Zhe ini seleranya tinggi loh."

"Jangan ditanya lagi, kamu mau kayak bagaimana? Yang rambut botak sampai poni panjang semuanya ada!"

Mata Zhela berbinar mendengarnya. "Memang boleh request?"

"Boleh donk."

"Oh kalian sudah siap?"

Keduanya tersentak dan segera menoleh kesamping, dimana ada Jia li berdiri didepan pintu kamar.
"Sudah Kak, tinggal gas."

"Aunty-Aunty! Zhe sudah cantik belum?" Zhela berpose ala-ala model kuda lumping.

Jia li tersenyum menatap keponakannya.
"Cantik sayang," Memberikan dua jempol untuk Zhela. Sedangkan Zhela jangan ditanya, dia sudah mirip kecebong.

"Asya juga sudah cantik kan Kak Jia?" Asya ikut bertanya dan bergaya ala-ala Cherrybelle.

"Cantik."

"Hahaha makasih, dari 1/10 ratingnya berapa?"

"2"

Asya menatap datar wanita didepannya, sedangkan Jia li sedari tadi menahan tawanya.
"Kak Jia cuma bercanda, kalian lama banget sih, jemputan kalian lama loh nungguin."

Keduanya terdiam, jemputan? Perasaan Asya tidak memesan ojol.
"Jemputan? Asya nggak pesan apa-apa tuh?"

"Kakak tidak tau, itu teman kamu kali." Mengedihkan bahu.

Mereka bertiga segera melangkah kebawah, dan mata Asya seketika terbelalak melihat siapa diruang tamu.
"Ariz." Gumamnya, laki-laki itu terlihat santai. Matanya sibuk melihat handphone dengan sekali-kali meminum teh didepannya.

"Papa!" Zhela segera berlari menghampiri laki-laki itu.

Ariz tersenyum dan membawa tubuh kecil itu keatas pangkuannya. Ia mengecup seluruh wajah Zhela.
"Zhe, Papa rindu sama kamu."

"Hihihi Zhe juga rindu, kenapa Papa tidak telfon Zhe semalam?" Anak itu menatap Ariz cemberut.

"Papa ketiduran sayang." Ucapnya lemah lembut, tangannya sedari tadi mengusap kepala Zhela sayang.

Sedangkan disisi lain Asya yang melihat mereka tidak jauh tersenyum sinis, dulu saja laki-laki itu menyuruhnya menggugurkan bayinya, tapi lihat sekarang? Asya pastikan Ariz tidak akan bisa hidup tanpa mereka berdua. Lalu jika sudah seperti itu, ia akan meninggalkan Ariz dengan segala kesengsaraan.

Asya beralih menatap Jia li dengan tatapan gelisah.
"Kak Bagas mana?"

Bisa berabe jika Kakaknya tau ada Ariz disini, bisa-bisa peran dunia ketiga akan tercipta.

Jia li menoleh menatap adik iparnya.
"Dia masih tidur, biasa, hari minggu. Terus dia siapa? Kenapa Zhe manggil dia Papa?"

Asya meringis mendengarnya.
"Kak Jia jangan kasik tau Kak Bagas ya? Dia itu... Um, Ariz." Cicitnya dikalimat terakhir.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang