26. 🌵Arki Tetaplah Arki🌵

84 21 5
                                    

Ketika bel istirahat berbunyi beberapa menit yang lalu, Mika terburu-buru membereskan alat tulisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika bel istirahat berbunyi beberapa menit yang lalu, Mika terburu-buru membereskan alat tulisnya. Kemudian ia menghampiri Willa. "Will, cepetan. Nanti kita gak kebagian tempat buat duduk di tribun."

Willa mengerutkan keningnya heran. "Tumben lo semangat banget nonton Basket."

Mika sadar terlalu memperlihatkan keantusiasannya. "Oh, iya gue semangat karena mau liat cogan-cogan."

Mata Willa memicing curiga, tak begitu yakin dengan perkataan Mika. "Lo mau liat siapa? Rakhen atau Arki?"

Mika tertawa hambar. "Jelas Rakhen dong," bohongnya. Ia langsung menggaet lengan Willa agar segera keluar dari kelas. "Ayo, cepetan!"

Mika belum memberitahu Willa tentang dirinya yang menerima Arki sebagai pacarnya. Seluruh orang tahu bahwa Mika adalah pacar Arki, sedangkan yang mengetahui kenyataannya adalah Willa. Namun, saat ini Willa tak mengetahui pasti kenyataan lain, bahwa Mika mempunyai perasaan untuk Arki.

Mereka berdua duduk di tribun, di antara banyaknya siswi-siswi SMA Garwana yang menyaksikan Arki, Rakhen, dan yang lainnya latihan Basket di jam istirahat ini. Kantin sudah jelas sepi, karena rata-rata mereka langsung ke gedung olahraga. Untungnya, Willa dan Mika masih sempat membeli cemilan.

Gelagat Mika sekarang tak biasa. Ia terus mengukir senyum sambil memandang satu objek yang sangat mencolok dari pada yang lain. Objek itu bukan Rakhen yang menjadi idolanya kemarin-kemarin, melainkan satu cowok dengan headband hitam di keningnya.

Lebih jelasnya, yang menjadi objek pandang Mika saat ini adalah Arki. Arki menoleh pada Mika, satu kerlingan mata membuat Mika nyaris berteriak saat itu juga. Melihat Mika yang tersipu malu, membuat Arki tersenyum gemas.

Namun, yang berteriak histeris malah para siswi yang mengira kerlingan mata itu untuk mereka, ditambah lagi Arki terus mengukir senyum sambil melihat kearah tribun, padahal ia hanya melihat Mika.

Tanpa sadar, Willa bergantian melirik Mika dan Arki. Sesaat kemudian, Willa tersenyum paham. Lalu, ia menghembuskan napasnya sambil geleng-geleng kepala.

"Apa lagi nih yang lo sembunyiin dari gue?" tanya Willa tiba-tiba di depan telinga Mika.

Mika yang kaget langsung menoleh pada Willa. "Apaan sih, Will?"

Willa menunjuk kearah Arki dengan dagunya. "Ada apa lo sama Arki? Muka lo kayak kesemsem gitu sama dia."

Mika langsung menghindari kontak mata dengan mata yang berkedip-kedip gugup. "G-gue gak ada apa-apa."

"Bohong." Willa menunjuk matanya sendiri. "Gue liat dengan mata gue yang tajam ini kalo kalian ada sesuatu."

"Gue mau kasih tau lo sebenernya, tapi-."

"Mentang-mentang gue ini sering sibuk, lo jahat banget sampe gak kasih tau gue kalo lo sama Arki beneran paca- hmmftt!"

Mika langsung menutup mulut Willa yang nyerocos dengan suara lantang. Untungnya suara riuh di tribun mengalahkan suara obrolan mereka. "Ish! Suara lo gak bisa lebih keras lagi apa?"

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang