BAB XXXIX : Panggil Namaku

154 30 8
                                    

Preticia menunggu dengan harap-harap cemas di kamarnya. Mau bagaimanapun kerajaan ini memiliki aturannya sendiri dan mereka tidak boleh pergi tanpa seizin dari Raja. Sebelum kepergian Eldrick tadi, Preticia disuruh mengenakan gaun yang terlihat biasa saja, agar mudah bergaul dengan penduduk kota nantinya. Dan ia pun menurut. Kini Preticia hanya tinggal menunggu kedatangan Eldrick dengan perasaan yang berdebar, takut mereka tak akan diizinkan untuk pergi keluar istana. Kalau tahu seperti ini, lebih baik Preticia tak terlalu banyak berharap.

Seketika telintas pikirannya tentang Lynch lagi. Preticia mulai berandai-andai, jika ia pergi bersama dengan Lynch, pasti tak akan serumit ini.

Lagipula ... mengapa ia menyetujui ajakan Eldrick kalau saja pada akhirnya ia tetap berharap bahwa Lynch yang akan datang dan membawanya pergi?

"Kau menungguku lama, ya?"

Preticia dikejutkan dengan kedatangan Eldrick yang secara tiba-tiba, ia duduk di sebelahnya sembari memakai pakaian seperti penduduk biasa, dari sana Preticia tahu kalau mereka mendapatkan izin untuk pergi keluar istana.

"Tidak juga,"

Eldrick tersenyum.

"Ayo kita pergi," Eldrick menarik tangannya dengan semangat untuk pergi keluar kamar.

"Haruskah kita cepat-cepat?" tanya Preticia ketika mereka sudah berada di lorong istana.

"Iya, jika tidak acaranya akan selesai."

"Memangnya kita mau ke mana?"

"Kalau kuberitahukan sekarang, nanti tidak akan jadi kejutan."

"Memangnya aku sedang berulang tahun pake ada acara kejutan segala?"

"Percayakan saja padaku. Kau pasti tidak akan menyesal karena mau ikut denganku."

Preticia mengulum bibir. Ia berusaha menyamakan langkahnya dengan Eldrick. Gerbang istana semakin dekat, namun di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh dua orang wanita yang Preticia tahu bahwa mereka adalah istri-istri Eldrick.

"Kami ingin ikut, El!"

El, adalah nama akrab panggilan Eldrick untuk orang yang memiliki hubungan yang dekat dengannya.

"Tidak bisa, Olies. Tidak sekarang!" jawab Eldrick.

"Tapi El, apa kata penduduk kota kalau saja mereka melihatmu berjalan dengan seorang gadis yang tidak terikat status denganmu,"

"Dia terikat status denganku, kami bertunangan kalau kau lupa!"

"Tapi kalian belum resmi menikah," kini Annalah yang berujar.

Eldrick menghela napas dengan kasar. Ia pun berjalan ke arah mereka lalu berbisik suatu hal yang tidak bisa Preticia dengar. Setelah itu secara ajaib mereka tidak lagi menghalangi jalannya dengan Eldrick. Mereka justru menepi dan memberi jalan untuk Eldrick dan juga Preticia lewat.

Ketika Preticia berpapasan dengan mereka, Preticia dapat melihat dengan jelas tatapan kebencian dari Olies dan juga Anna.

"Kau bilang apa pada mereka?" tanya Preticia ketika mereka sudah keluar melewati gerbang. Preticia terus menoleh ke belakang, di mana Olies dan Anna masih saja melihat ke arahnya.

"Bukan apa-apa. Jangan pedulikan mereka, lihat saja ke arah depan!"

"Kau tidak mengancam mereka, kan?"

"Tentu saja, tidak!"

Preticia mengangguk mengerti dan mulai kembali berjalan dengan menghadap ke arah depan. Setelah berjalan beberapa meter menjauhi istana, mereka menemukan kereta kuda yang sedang menangkring di bawah pohon rindang.

I Want To Be With You [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang