Tidak mudah untuk menjadi anak perempuan pertama di sebuah keluarga yang bisa dikatakan sangat menunjung tinggi pendidikan dan bahkan sangat mementingkan pendapat atau opini publik. Selain itu, anak laki-laki dikeluarga ku sangat dimanja dan sangat dipuja-puja. Ya, karena memang marga keuarga ku akan diteruskan olehnya.
Hanya saja tidak semudah itu untuk menahan pandangan dan perasaan untuk tidak iri terhadap saudara sendiri. Dia yang selalu diutamakan dalam segala hal, namun tuntutan terbesar ditanggungkan di benakku. Jujur saja, tentu itu sangat tidak adil bukan?Banyak hal yang kerap kali membuat ku terluka. Sakit hati, kecewa, marah, bahkan aku menangis pun dianggap lemah bahkan dianggap itu hanya pura-pura. Lantas, harus kemana lagi aku bersandar? orang tua yang bahkan ku anggap rumah, kini bukan lagi tempat yang mampu menaungi ku. Rumah kini hanya sebagai tempat bernaung dari panas dan hujan, bukan tempat untuk pulang yang menyenangkan.
Ada satu kali dimana aku benar-benar frustasi dan ingin mengakhiri hidupku sendiri. Orang tua yang selalu menuruti keinginan dari saudara ku, tetapi tidak pernah mengganggap ku sekalipun itu mulai memperlakukan ku layaknya hewan. Sapu yang dipukulkan pada punggung ku, ataupun ikat pinggang yang di pecutkan pada kaki ku, atau bahkan tamparan yang sering dilayangkan pada pipiku, benar-benar membuatku frustasi.
Sebaik apapun aku berusaha, tidak ada yang mengerti perjuangan ku. Bahkan tidak sekalipun teman-teman ku. Ya, bagaimana juga aku tidak punya teman di kala itu. Aku tidak tahu mengapa, tapi sama sekali tidak ada seorang pun yang mau menjadi teman atau bahkan hanya sekedar berbicara dengan ku. Apakah aku se-aneh itu? Aku rasa mereka hanya memanfaatkan ku untuk mengerjakan tugas mereka, lalu mereka akan kembali asing pada ku setelah urusan mereka pada ku telah usai.
Ku rasa aku juga gagal dalam urusan percintaan, dimana pacar pertama ku saja menjadikan ku selingkuhannya. Dia menjadikan ku pelampiasan dengan melampiaskan nafsunya padaku. Hubungan jarak jauh yang ia jalani, membuatnya menjadikanku sebagai miliknya. Namun dibalik itu, aku tidak tahu bahwa dia masih memiliki hubungan khusus dengan orang lain.
Ku rasa aku tidak ingin menceritakan ini, tapi benar adanya aku bukan lagi perempuan yang dapat menjaga dirinya dengan benar. Fakta bahwa seseorang memperkosa ku dengan memperalat ku, menjadikan hal itu sebagai trauma dan luka besar dalam hidupku. Entah butuh beberapa tahun untuk bisa pulih, dimana aku sama sekali tidak bisa dan tidak ingin bertemu dengan lelaki manapun. Tragis sekali bukan?
Benarkah aku layak untuk hidup dengan keadaan yang cacat seperti ini? Apakah ini kehidupan yang diinginkan semua orang? Benar ini kah kehidupan yang layak untuk dijalani?
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck Life
Non-FictionI wanna explain that mmy life is not easy. This suck life killing me slowly inside