03. Cemas

737 173 66
                                    

Tok tok!

"Mas, maaf nggak boleh parkir di sini." Byan menurunkan jendela mobil ketika satpam lobi rumah sakit mengetuk dan memberikan peringatan padanya.

Byan menjawab dengan ramah, "oh iya maaf Pak! Saya soalnya lagi nungguin orang. Sekali lagi maaf ya Pak!"

"Kalau nggak ke parkiran aja, Mas."

Sesuai dengan perintah Pak Satpam, dia menepikan mobilnya di parkiran terdekat. Memang sudah hampir setengah jam Byan menunggu kedatangan Rosel. Mau tidak mau, dia yang turun untuk mencari keberadaan tunangannya.

Bisa terhitung berapa kali Byan mampir ke RS tempat Rosel residen. Karena pusat kerja Byan ada di San Fransisco, jadi dia pulang 1-2 kali tiap 2 bulan. Dia sampai harus bertanya ke customer service tepat berhadapan dengan pintu lobi.

Semua tampak asing baginya. Baru kali ini Byan menyesali mengapa dia tidak pernah mampir ke tempat 4 tahun pacarnya belajar.

"Mas Byan...?" Byan kenal dia, Lalita, salah satu teman residen Rosel. "Lalita bukan?"

"Iya, Mas. Gue Lita. Pacarnya Rosel kan? Gue sering liat lo di post-an Rosel." Basa-basinya sambil menjabati tangan Byan.

"Haha iya itu gue. Btw, liat Rosel nggak? Gue udah nunggu di lobi tapi dianya nggak keluar-keluar." Tanya Byan.

"Mungkin dia pulang sama Jeffar?

Byan mengerutkan alisnya. Seperti kenal dengan nama itu. "Jef—itu siapa?"

"Jeffar residen bedah. Tadi sih dia ke sini gendong anak kecil sama Jeffar. Kita semua juga kaget. Eh, tapi menurut gue jangan salah paham dulu ya soalnya Jeffar punya pacar juga. Mungkin lo bisa tanya Roselnya dulu."

Byan tersenyum tipis dan mengangguk, "oke makasih banyak, Lita."

Daripada banyak pikiran, lebih baik dia langsung chat to the point saja. Dia bukan anak ABG yang suka memendam.

Byan
Aku udh di poli anak tp kamu gaada
Ke mana kamu?
Kita ketemu ya sebelum aku mikir yg aneh2

ᴍᴀʀᴋᴀʜ ʜᴀᴛɪ ☘︎︎

Jeffar membersihkan sisa bubur yang berserakan di sekitar kasur yang sudah ia beri alas matras tipis untuk membiarkan bayi itu berguling-guling tanpa mengotori ranjangnya.

Sembari menepuk-nepuk bokong bayi yang hendak ditidurkan... matanya tidak lepas ke celah pintu kamar, menampakkan Rosel yang sedang berdebat dengan ponsel yang tertempel di telinga. Jika saja tadi cewek itu tidak minta ikut tidak akan serumit ini.

Rosel masuk ke dalam kamar dengan raut wajah penuh amarah. Ekspresi Jeffar pun menunjukkan bahwa ia juga penasaran dengan apa saja yang dikatakan pacar Rosel perkara dia kabur darinya.

"Gimana gue mau jujur kalo dia ngomel kayak gitu coba! Mau seribu alasan juga dia nggak bakal percaya kalo ini bayi bukan anak gue!" Omelnya dengan suara pelan tetapi penuh penekanan.

"Mau tes DNA buat proof?"

Rosel menggelengkan kepalanya, "gue nggak segila itu cuma buat buktiin ke cowok nggak percayaan."

Rosel salah fokus dengan meja yang dipenuhi tumpukan beberapa buku kuliah bidangnya Jeffar dan laptop dengan lampu kecil ditepi yang masih menyala.

Rosel teringat kata-kata Ratu tentang Jeffar bahwa dia sedang berada di titik terendah hidupnya semenjak 3 tahun yang lalu ditinggal sendirian oleh orang tuanya. Ratu ingat betapa beruntungnya dia mendapatkan pacar tampan dan romantis sampai tiba-tiba sifatnya berubah drastis menjadi pribadi yang Ratu tidak suka. Itu yang Rosel dengar dari curhatan Ratu yang lalu-lalu.

Markah hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang