0.3 Mention Each Other

2.4K 133 17
                                    

Arsen membuka pintu ruang khusus milik Alana yang ia gunakan untuk bersemedi, di rumah ini Alana lebih sering mengunjungi ruangan tersebut dibanding ruangan lainnya. Berada di ruangan tersebut membuat Alana seakan masuk ke dalam dunia yang ia buat sendiri.

Ruangan tersebut memang tidak seluas kamar yang ditempati mereka, namun bagi Alana justru cukup. Karena semua buku-buku koleksinya bisa terjajar rapi di segala sudut dinding, ada meja yang ia gunakan untuk kencan dengan laptop, bahkan Arsen meletakkan kulkas juga di sana karena pernah suatu hari saat ia sedang ada kerjaan dan Alana melewatkan makan siangnya karena terlalu asik dengan dunianya sendiri.

Bagi Alana yang love language nya adalah act of service, perlakuan Arsen benar-benar menyentuh perasaannya. Dari semua kejadian yang tidak dapat dibenarkan diantara mereka berdua, berada dalam garis singgung yang sama dengan Arsen adalah suatu hal yang benar.

"Nana, kamu belum mau istirahat?" tanya Arsen. Ia lalu bersandar di tembok sebelah sofa yang Alana duduki dengan kedua tangan bersedekap di depan dada.

"Aku harus submit jurnal dulu kak, sebentar ya. Sepuluh menit lagi!" jawab Alana yang fokus ke laptopnya, bahkan sejak Arsen masuk ia belum sempat menoleh ke arah suaminya tersebut.

Arsen hanya memperhatikan Alana dari tempatnya berdiri, Alana terlihat sederhana namun cantik dengan tampilan rumahan memakai piyama bergambar Pororo, rambut dicepol asal dengan beberapa anak rambut berjatuhan, dan kacamata yang bertengger di wajahnya.

"Kak Arsen?" panggil Alana, masih tanpa menoleh karena matanya terlalu fokus dengan layar laptop, sementara tangannya dengan lincah menari di atas keyboard.

"Iya?"

"Aku haus, boleh minta tolong ambil minum?"

Arsen segera berjalan membuka kulkas yang keberadaannya sebenarnya ada di sebelah Alana, namun Arsen paham bahwa istrinya terlalu fokus sampai tidak sempat untuk beranjak.

Arsen lalu meletakkan gelas yang sudah ia isi air mineral ke sebelah laptop Alana. Hal tersebut baru membuat Alana menoleh ke arahnya, dengan sebuah senyuman, "makasih banyak Kak." ucapnya.

"Kalau kamu udah capek, jangan terlalu maksa ya Na."

"Aku justru capek kalau nggak ngapa-ngapain kak."

Jawaban yang baru saja diucapkan oleh Alana mungkin hanya sekitar 10% dari seluruh populasi wanita yang akan menjawab hal serupa. Umumnya orang-orang akan merasa lelah jika terlalu banyak melakukan sesuatu, namun Alana justru sebaliknya, akan merasa lelah jika tidak melakukan apapun.

Arsen ingin heran, tapi itu Alana.

"Kak Arsen gimana tadi shootingnya? Aman?" tanya Alana menoleh ke arah Arsen sebentar sebelum kemudian melanjutkan kegiatannya.

"Begitu-begitu aja Na." jawab Arsen.

Alana kali ini memperhatikan Arsen, ia lalu menggeser duduknya, "duduk di sini aja kak, capek berdiri. Kebetulan aku nggak mau menawarkan diri untuk pijat kamu." ujarnya diakhiri dengan senyuman sambil menepuk-nepuk ruang tersisa di sebelahnya duduk.

Arsen hanya tersenyum mendengar ucapan Alana, namun begitu ia tetap memilih untuk duduk disamping istrinya. Jarak mereka dekat sekali bahkan tidak ada ruang antara mereka berdua.

"Kak aku tadi daftar kelas untuk ibu hamil, kelas psikologi gitu. Belajarnya mulai Minggu depan, kayaknya seru deh. Jadi aku daftar dulu baru izin, tapi kamu pasti ngasih izin kan?"

Tangan Arsen refleks tergerak untuk mengusap rambut Alana, ada senyum dari sudut bibirnya pada apa yang Alana sampaikan. "Kamu boleh kok melakukan apapun yang kamu suka, do what you want to do, Na. Aku pasti support kamu."

Plot Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang