•••••
Diantara gelapnya malam, masih ada satu sudut ruang dimana penghuninya masih terjaga. Suara hewan-hewan nocturnal menjadi background syahdu ditengah suasana yang begitu hening.
Kevin tengah berbaring di atas kasur ternyamannya. Selain tubuh lelahnya, masih ada benda lain yang berserakan ikut memenuhi kasur tersebut. Salah satunya sebuah ransel besar yang masih melompong padahal lusa ia mesti ikut acara camping di puncak.
Tak bisa di pungkiri ditengah malam begini merupakan jam-jam rawan dimana pikirannya tengah berseluncur bebas kemana-mana. Bukan hanya dia, bahkan ini terjadi pada setiap anak manusia yang memulai proses dewasa.
Daripada overthinking tidak jelas hampir sinting mending telpon doi sekedar talk to talk mengenai hal random sekalipun sebagai momen penghantar tidur. Ya, begitu lebih baik sepertinya.
Tak berselang lama, Rain mengangkat panggilannya.
“Hallo.”
Oke. Seperti dugaannya, Rain belum tidur.
“Hai Rain, sorry ganggu lo malem-malem gini.” Kevin menggaruk kepalanya karena merasa tidak enak meski Rain tak melihatnya.
“Woles aja, kenapa? Mau di temenin ngobrol lagi?”
Yes, Rain sudah khatam kebiasaan Kevin mengganggunya tengah malam.
"Ya begitulah, lo gak keberatan kan?”
“Kapan gue pernah keberatan?”
Kevin diam sejenak. Iya juga pikirnya.
“Lagian akhir-akhir ini gue susah tidur.”
"Insomnia?”
“Maybe.”
“Oh God, sekarang lo ngapain?”
“Lagi sibuk lihatin langit.”
“Kenapa? Langitnya pasti gelap banget.”
“Enggak kok. Cuaca malam ini lagi cerah, langit lagi banyak bintang. Coba aja lo lihat.”
Kevin segera membuka jendela di kamarnya dan mendongak menatap langit. Dan benar saja, atap dunia tengah cantik-cantiknya dengan kilauan rasi bintang yang bersinar cerah.
“Lo suka?”
“Apanya?”
“Langitnya.”
“Iya gue suka. Lo tau gak momen apa yang lagi gue tunggu-tunggu sekarang?”
“Apa?”
“Momen bintang jatuh.”
Kevin tertawa sebentar meski tak lucu. Di sadari atau tidak, bersama Rain ia tak perlu ada alasan untuk tertawa. “Mau buat permohonan?” Ia kembali terkekeh kemudian melanjutkan, “Rain, bintang jatuh itu cuma mitos.”
Rain mendadak diam. Hening beberapa menit, kemudian ia kembali bersuara, “gue cuma pengen hilang sebentar, pengen di jemput sama alien buat pindah planet. Sumpah ya, gue sumpek banget hidup di bumi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Desember, hujan, dan lukanya
Teen FictionDia yang berpulang ketika hujan datang. *** (Sejak awal memutuskan untuk mencintainya, maka ia telah bersepakat pada semesta untuk menciptakan luka.) Kevin itu batu, sementara Rain air. Batu jika ditetesi air terus-terusan, lama-lama akan berlubang...