BAB XXXXV Pengorbanan

12 5 11
                                    

Eila menatap tajam orang-orang yang menodongkan senjata kepadanya. Rahangnya mengeras, wajahnya pun penuh dengan kebencian. Tatapannya semakin menajam takala matanya bertemu dengan Zeev. Rasa kecewa dan sakit hatinya kembali memuncak.

"Zeev–"

"Jangan ada yang bergerak sedikit pun!" perintah Zeev memotong ucapan Kavita.

"Jika, kalian berani menyentuhnya–," Zeev menarik pedangnya.

"Kalian harus melewati aku dulu!" tegas Zeev berganti posisi. Lelaki itu kini mengarahkan pedangnya pada para pengawalnya.

Mereka semua terdiam. Tatapan bingung terlihat jelas mereka, termasuk Eila. Gadis itu menyengit, tak mengerti dengan tindakan yang diambil kakak tingkatnya itu.

Kavita tiba-tiba turut berpindah posisi. Ia mengambil dua bilah pisau yang melingkar dipinggangnya.

"Aku akan selalu membantumu, pangeran."

Zeev perlahan memundurkan langkahnya. Mereka berjalan mendekati posisi Eila dan Varen yang berdiri di sudut ruangan.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Eila dengan nada datar.

"Maaf aku telah mengecewakan mu, tapi aku mempunyai alasan tersendiri untuk itu. Ini sebagai permohon maaf ku. Tolong sampaikan juga permohonan ini pada guru," balas Zeev.

Eila terdiam. Ia memandangi punggung Zeev yang berdiri tepat didepannya.

'Alasan apa yang lebih penting dari sumpahmu pada Chandramawa kak?'

"Kau harus menyampaikan itu sendiri kak. Jadi, bertahanlah," ucap Eila.

Mau seberapa kecewanya Eila pada Zeev. Ia pasti mengharapkan kebaikan bagi pemuda itu, karena Eila masih sangat menyayanginya seperti kakak kandungnya sendiri.

Ucapan Eila membuat seulas senyum terlihat diwajah Zeev. Meskipun Eila mengucapkannya dengan nada dingin Zeev masih dapat merasakan kehangatan pada ucapan sang gadis.

Para pengawal itu saling bertatapan. Mereka tampaknya bingung tetap menyerang atau diam saja, karena pangeran kedua memihak mereka.

"Kenapa kalian diam saja?"

Seorang prajurit tiba-tiba datang. Ia membuat pengawal yang berkumpul menyingkir, memberikan jalan

"Tunggu apa lagi?! Serang penghianat itu!"

Para pengawal mulai melayangkan aksinya. Mereka memainkan senjatanya melawat ke empat remaja itu.

Zeev dan Varen berada di depan melumpuhkan para pengawal dengan pedangnya. Sementara itu, Eila dan Kavita melemparkan serangan jarak jauh dengan panah dan pisaunya. Sebisa mungkin kedua gadis itu membuat para pengawal tak dapat menyerang Zeev dan Varen secara bersamaan.

Sesekali Eila dan Kavita juga harus melakukan bela diri saat pengawal menyerang dari jarak dekat. Meskipun mereka hanya pernah bertemu sekali, tapi mereka terlihat kompak. Bahkan Eila merasa nyaman bertarung bersama Kavita. Namun, perlakukan Kavita yang diterimanya masih menjadi tanda tanya.

Eila yang sibuk bertarung dan berpikir tidak menyadari seorang pengawal berada di dekatnya. Pengawal itu menyayat dalam lengan kanan Eila hingga membuatnya berteriak.

"Eila?!" pekik Varen dan Zeev secara bersamaan.

Kavita melemparkan pisaunya saat tahu pengawal itu hendak menyerang Eila lagi. Ia membuat pisaunya menancap di leher pengawal itu.

"Eila kau tak apa?" ucap Varen disela-sela pertarungan.

"Tetap dibelakang kami, Eila!" tambah Zeev.

Setelah melumpuhkan pengawal yang tersisa mereka berjalan menghampiri Eila. Dengan cepat Varen menyobek pakaiannya dan membalut luka sayatan Eila.

ARKARA, Kembalinya Sang KesatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang