Part 11

1.2K 69 2
                                    

Hari Lamaran

Siang itu berkumpul keluarga inti Hanum dan keluarga Mama Ina yang mewakili Andre di salah satu restoran tak jauh dari rumah Hanum, cincin berwarna hitam pilihan Hanumk dengan desain yang unik menghias jari manis kiri Andre dan Hanum menandakan keduanya telah terikat untuk sampai menjadi satu di gerbang pernikahan.

***

"Num, mau ikut nggak beli makan?" Tanya Lani yang berdiri sambil mendongak ke arah Hanum di seberangnya yang sedari tadi fokus ke layar komputer.

"Mau ka, tungguin sebentar lagi kirim data dulu."

"Oke."

Di luar kantor, tempat makan.

"Num, kayanya gue nggak pernah liat lo pake cincin itu deh, cincin baru ya?" Tanya Lani.

Hanum kaget dan dengan perlahan menutup cincin yang ada di jari manis kirinya, ia tahu kalau reaksinya berlebihan pasti akan mengundang pertanyaan menjurus.

"Jangan-jangan cincin tunangan? Gila masa gue mau dilangkahin lagi sih." Nina membuka matanya lebar ke arah Hanum.

"Coba liat Num, kalau hitam kaya gini kayaknya jarang deh buat cincin tunangan." Lani menarik tangan Hanum dan melihat dengan seksama cincin artistik yang sangat Hanum kagumi itu.

"Buatlah asumsi sesuka kalian guys..." Kata Hanum santai, membuat Lani dan Nina juga tidak bertanya lebih lanjut, untunglah Hanum sangat terampil dalam berkomunikasi, termasuk menutupi sesuatu, walaupun berbohong pun bukan kebiasaannya.

***

Mas jadi bisa ikut ukur jas nanti sore?

Sesampainya di ruangan Hanum mengirim chat kepada Andre yang sejak tadi tak dilihatnya di kantor.

10 menit kemudian pesan masuk ke handphone Hanum.

Bisa kok, mas lagi meeting keluar mungkin sampai jam 4. Nanti mas ke kantor dulu jemput kamu.

Hanum melihat pesan Andre sambil menggigit ujung bibirnya.

Mmm mas nggak usah jemput ya, nanti langsung ketemu disana aja gimana, biar mas nggak usah muter-muter.

Kamu yakin? Jawab Andre.

Iya mas, mas nyusul aja ya, biar aku kesana duluan.

Ok. See u.

***

Handphone Hanum berbunyi menampilkan nama Andre di layar, membuatnya seketika berdiri dan minta izin ke Amira, pihak WO yang sedang berbicara dengannya tadi.

"Assalamualaikum, mas dimana?"

"Waalaikumussalam. Mas lagi cari parkir, di lantai 5 kan ya?"

"Iya mas."

"Oke, maaf ya kamu nunggu lama."

"Nggak apa-apa kok mas, tadi juga sampai langsung ngobrol-ngobrol dulu."

Keduanya menutup telepon dan Hanum langsung menyambung pembicaraan dengan Amira.

15 menit kemudian Andre datang, keduanya pun membahas keperluan pernikahan mereka.

Pembahasan dengan pihak WO berakhir 2 jam kemudian, Andre dan Hanum kembali ke mobil Andre untuk pulang.

***

"Num, lo jujur dong sama gue. Kepikiran gue dari kemarin, itu cincin apa?" Tanya Lani tiba-tiba mendekati Hanum yang sedang merapikan pashminanya setelah berwudhu, pertanyaannya membuat Hanum seketika menengok ke arah Lani dengan mata membesar.

"Ya ampun sampe dipikirin gitu sih mba?" Jawab Hanum berusaha mengalihkan Lani dengan kembali menghadap ke kaca.

"Num lo kan chairmate gue, jangan nyembunyiin sesuatu doong...cepet jujur." Lani menyenggol lengan Hanum dengan lengannya. 

Hanum bukannya tidak ingin menceritakan ke Lani, orang terdekatnya di kantor, tapi sulit rasanya untuk Hanum menceritakan semuanya kepada orang lain. 

"Menurut mba aja deh gimana?"

"Yeee jangan gitu dong Num, jawaban begitu bikin gue yakin kalo itu cincin tunangan nih."

Lani dan Hanum berpandangan. 

"Hmm..iya mba ini cincin tunangan. Udah ya, nggak penasaran lagi."

"Hah? Bener Num? Gilaaa, selamat yaaa gue ikut seneng Num."

"Thank you mbaa.. tapi please jangan cerita-cerita dulu ya"

"Aduuh lo udah mau dua kali aja nikah, itu yang lain malah banyak yang belum. Bagus juga rezeki jodoh lo Num."

"Hahaha aamiin lah ya ." Hanum tertawa pahit. 

"Tapi gue pribadi seneng banget sih kalo lo sudah menemukan orang lagi buat mendampingi lo, gue paham banget ngurus anak sendiri susah. Emang sih lo ada keluarga, tapi tetep beda nggak sih?"

Hanum memutar matanya sambil mengangguk kecil "Yaa...doain aja lah mba."

"Eh terus terus, kapan hari H nya?"

"Nanti juga tau pas liat undangannya, udah yuk ah sholat mba!"

Hanum menarik lengan Lani dan merangkulnya di lengannya berjalan menuju ruang mushola di lantainya. 

***

TOUCHED (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang