"Maldev lama tidak?"
Maldev menggelengkan kepalanya, tersenyum lembut menatap Hayes yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan paling.. bagaimana cara Maldev menjelaskan nya? Kalau begini ceritanya Maldev rasanya tidak ingin pergi ke benua Amerika sana untuk menemui kedua orang tuanya yang katanya akan menetap di sana karena Hayes menatapnya dengan mata bulat yang berkaca-kaca, bertanya dengan suara yang ia usahakan untuk tidak bergetar.
"Sebentar, setelah urusannya selesai aku akan segera kembali, Hayes."
"Benar, ya? Tidak bohong kan?" Hayes miringkan kepalanya, memastikan apakah Maldev mencoba untuk membohonginya.
Maldev terkekeh, ia menggelengkan kepalanya kembali, lalu menangkup pipi Hayes dengan gemas, "tidak bohong, aku berjanji padamu."
"Huhh.. baiklah, selamat sampai tujuan ya, Maldev." Hayes tunjukkan senyum manis miliknya, mencoba melepaskan kepergian Maldev yang terasa begitu berat baginya. Entah kenapa ia merasa Maldev tidak boleh pergi jauh, hanya boleh dekat-dekat dengannya saja.
"Boleh tidak, selama Maldev pergi.. Hayes keluar kamar?" Karena sungguh, Hayes sudah sangat bosan dengan kamar yang ini-ini saja.
"Kenapa? Apa buku kemarin yang di beli kurang?"
Hayes menggelengkan kepalanya dengan cepat, tidak ingin membuat Maldev salah paham. "Bukan, Hayes.. Hayes hanya bosan saja selalu di kamar. Janji.. Hayes tidak akan kabur kemanapun. Bila perlu Maldev boleh pasang cctv untuk memantau Hayes di manapun Maldev berada. Atau.." Hayes terlihat berpikir, bagaimana caranya meyakinkan Maldev bahwa ia memang tidak ingin kabur.
Kalau pun ia kabur, Hayes tidak tahu kemana ia akan pergi nantinya. Karena di dunia ini Hayes tidak punya siapa-siapa, selain dirinya sendiri. Dane.. ah soal Dane, Hayes tidak tahu bagaimana kabar dari calon suami kakaknya itu. Tapi Hayes harap Dane baik-baik saja di luar saja.
"Ah.. Hayes tidak masalah benda ini di kaitkan di tangan Hayes agar Hayes tidak kabur. Nanti kalau Hayes sudah bosan tinggal panggil Nolan untuk melepaskan benda ini." Senyum manis Hayes tunjukkan, sehingga Maldev mau tidak mau mengiyakan saran yang Hayes berikan.
"Boleh kan, Maldev?"
"Hmm.. iya, boleh."
"Terimakasih." Katanya lalu memeluk Maldev seperti bocah. Maldev tersenyum lantas melepaskan pelukan yang Hayes lakukan. Waktunya sudah tidak banyak lagi, jam penerbangan Maldev sudah sebentar lagi.
"Baik-baik, tepati janjimu."
"Siap, Maldev.. hati-hati."
Hayes tersenyum, lalu mencebikkan bibirnya menahan tangis. Rasanya seperti ia tidak akan bertemu dengan Maldev lagi, bukankah seharusnya ia bahagia? Dia bisa kabur karena Maldev tidak ada di rumah. Tapi sungguh, Hayes tidak ingin pergi dari rumah ini, karena dia menyadari bahwa dunia ini terlalu kejam dan mengerikan untuk dirinya sendiri.
"Waah, apa ini? Kau menangis Tuan Hayes?"
Hayes mencebikkan bibirnya ketika mendapatkan pertanyaan dari Nolan yang baru saja masuk ke dalam kamarnya yang tak terkunci.
"Jangan bertanya, Nolan! Aku tengah bersedih."
Nolan tak bisa tak tertawa menanggapinya, Hayes memang benar-benar lucu sekali. Pemuda polos yang sepertinya memang baru mengenal apa itu artinya cinta, dan sekarang Hayes tengah merasakan bagaimana rasanya di tinggalkan oleh sang tercinta.
"Ya, ya, maaf. Kata Tuan Maldev, kau di bebaskan untuk keluar kamar. Tapi tidak boleh ke halaman depan atau di luar rumah ini, kalau mau menghirup udara segar kau hanya boleh kesana." Tunjuk Nolan ke arah belakang Hayes. Hayes mengernyitkan alisnya ketika menatap ke arah tersebut, memangnya ada apa di sana?
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Revenge | Markhyuck
ФанфикMaldev hanya ingin balas dendam untuk kakak perempuannya, tapi siapa sangka bahwa remaja 18 tahun yang ia culik ternyata jatuh cinta padanya. . Warning!!! 📌 1821+ 📌 BxB as Homoseks 📌 Markhyuck Area!! 📌 Tolong jangan salah lapak! Thx