Semua Hanya Satu

3.2K 145 23
                                    

 HAPPY READING 











Sebenarnya tidak menyenangkan pagi-pagi sekali sudah dibangunkan. Apalagi kala belum sadar betul namun sudah dipaksa untuk mandi. Tak hanya itu, selepasnya tanpa ada jeda ia segera dirias dalam keadaan mata yang sejatinya masih berat untuk dibuka, dipaksa berdiri untuk dipakaikan busana yang telah disiapkan.

Haechan sudah sering menjalaninya, namun tetap saja hal itu tidak akan mau ia jadikan sebagai sahabat, sebaliknya itu adalah hal yang akan selalu membuatnya merasa tidak nyaman. Menyebalkan.

"Jadi apa nama talkshow-nya." Haechan bertanya dengan kondisi mata yang masih begitu sayu. Kini seseorang di belakang dan sisi kakan-kirinya sedang sibuk memperbaiki tatanan rambutnya.

Manager Haechan yang duduk tidak jauh darinya pun menoleh. Menatap Haechan sebentar sambil mengais memori, gelagatnya ingin menjelaskan sesuatu pada sang artis asuhan.

"Bukan talkshow."

"Lalu?" Haechan menyela cepat, lehernya dipaksa untuk berada dalam posisi tegap agar mereka dapat menata rambutnya dengan lebih mudah, perlakuan itu jelas langsung membuat kesadarannya naik hingga berkali-kali lipat. Matanya pun sudah terbuka dengan baik, beda sekali dengan tadi yang nampak berat dan malas-malasan untuk terbuka.

"Ck, kebiasaan menyela." Sang manager melipat tangan jengah.

"Ini podcast namanya." Imbuh sang manager sambil berdiri menghampiri Haechan. Sosoknya menunduk, melongok untuk mengecek riasan wajah milik bintangnya.

Tipis, nampak natural, dan lebih segar.

Haechan melirikkan matanya ke kiri atas, pada sang manager.

"Bedanya?" Bertanya dengan nada polos karena sebab ia murni tidak mengerti.

Di sini penjabarannya Haechan memang bukan si anak yang tidak tahu apa-apa, dan segala hal harus dijelaskan dulu padanya. Haecham cukup pandai, cakap, dan mudah mengingat sesuatu. Tapi tak bisa dipungkiri juga jika nyatanya, karena faktor jarang berbaur atau melakukan kegiatan bersosial di lingkungan, itu menyebabkan ia mengalami sedikit ketertinggalan pada kemajuan zaman yang telah terjadi. Banyak sekali tren, kebiasaan, dan perubahan mode masa kini yang tidak terlalu ia pahami secara betul.

Baiklah, singkatnya saja Haechan itu kuno karena terlalu lama dikurung di dalam goa. Goa yang dimaksud di sini adalah gedung agensinya, di mana bos Haechan itu sangat protektif kepada seluruh artis-artis yang ada di bawah naungannya. Sehingga bahkan untuk berbaur dengan dunia luar pun begitu dibatasi, atau terkadang hampir tidak ada izin sama sekali jika itu memang tidak ada keterkaitan dengan urusan pekerjaan.

Tapi beruntung sekali di sini Haechan memiliki Taeil. Si manager yang selalu setia berada di sisinya, yang selalu sabar memberinya arahan ini dan itu, mengajarinya tentang banyak hal, memberi tahunya perihal dunia, dan tak usah panjang-panjang, intinya eksistensi Taeil itu sangatlah penting bagi keberlangsungan hidupnya. Entah itu mencakup kehidupan berkarir maupun perkara ranah kehidupan pribadinya.

Haechan akui ia memang bergantung banyak pada sosok tersebut.

"Ini tidak disiarkan di televisi, tapi di Youtube." Taeil mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dan itu terlihat seperti bungkus permen karet.

"Aaa, buka mulutmu." Instruksi Taeil. "Kunyah agar tidak mengantuk." Menyuapkan permen karet yang telah ia buka bungkusnya kepada Haechan.

Haechan menurut karena permen karet itu memang hal yang cukup ampuh untuk menghalau kantuk, walau efeknya memang tidak sekeren kopi sih, tapi tidak apa setidaknya kelopak matanya tidak terasa terlalu berat berkat hal itu.

SOLO {MARKHYUCK}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang