03 : Tanggung

15.4K 297 0
                                    

Dua jam berlalu dengan cukup cepat untuk Anin karena ia menunggu seraya menonton Stranger Things di ruangan istirahat Abraham. Saat sedang asyik menonton, tiba-tiba Abraham masuk dengan wajah khawatir. Bagaimana tidak khawatir? Anin di hubungi sulit, di ruangannya pun tak ada. Abraham justru lupa jika ia memberikan Akses pada Anin untuk memasuki ruangan istirahatnya. Lelaki itu menghampiri Anin lalu tersenyum dengan manis.

"sudah selesai pak?" tanya Anin, Abraham hanya mengangguk dan kemudian duduk di sebelah Anin, 

"Mau makan diluar? Sekalian nonton yuk?" tanya Abraham. 

"Tanggung pak, ini lagi seru" ujar Anin menunjuk ke arah TV. 

"Ya sudah, kita delivery makanan aja ya?" tanya Abraham 

"Ayo!!" seru Anin semangat, 

"Mau makan apa?" tanya Abraham, 

"Mau korean food, boleh?" tanya Anin dengan puppy eyes-nya. 

"Boleh, mau apa?" Abraham bertanya lagi seraya mengeluarkan ponselnya, 

"Tokpokki, Kimbab, Ayam Yangnyoem, Corndog, sama Matcha" ujar Anin semangat, Abraham lalu memesankan pesanan Anin serta untuknya juga. 

"Nontonnya, mau disini juga?" tanya Abraham, 

"Emang boleh aku lanjutin nontonnya pak?" tanya Anin, 

"Boleh" jawab Abraham 

"Kamu lanjut dulu nontonnya, saya mau nanda tangan beberapa dokumen, sekalian nunggu makan biar kita makan bareng sambil nonton" sambung Abraham. Anin hanya mengangguk, lantas lelaki itu keluar dari tempat istirahatnya.

Suara ketukan pintu membuat Abraham mengalihkan fokus dari berkas yang sedang ia pelajari. Lelaki itu berujar, "Ya. Masuk". 

"Bapak, pesan delivery makanan?" tanya Maya saat sudah masuk ke dalam ruangan Abraham. 

"Iya, untuk Anin. Simpan di meja saja" jawab Abraham.  "Jadwal saya apa setelah ini?" tanya Abraham, 

"tidak ada meeting pak, hanya menandatangani beberapa berkas saja" jawab Maya seraya mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Anin.

Tiba-tiba saja Anin keluar dari ruangan pribadi Abraham seraya tersenyum manis, "Makanan aku, sudah sampai?" tanya Anin, nadanya lembut sekali. 

"Sudah, itu di meja" jawab Abraham, 

"Aaaaaa Terimakasih banyakk" ujar Anin, kali ini ia terlihat menggemaskan, seperti anak kecil yang baru saja mendapat ice cream. 

"Kamu sudah lapar?" tanya Abraham, 

"Iya, laper banget" jawab Anin seraya tersenyum manis. Abraham terkekeh lantas ia memberikan setumpukan berkas yang sudah ia tandatangani kepada Maya. 

"Untuk dua jam kedapan, saya tidak mau di ganggu ya, saya mau nonton sambil menikmati sore bersama calon istri saya" ujar Abraham kepada Maya, wanita itu menatap sinis ke arah Anin yang sedang membuka makanan-makanannya. 

"Mas, mau gak?" tanya Anin seraya menyodorkan corndog mozarella nya. 

"Mau, tapi sisa nya kamu aja" jawab Abraham, 

"Gak boleh, mas dulu nih, baru aku makan" jawab Anin, saat lelaki itu ingin protes, Anin langsung berujar "Kata Mama, kalo makanannya cuma satu harus di biasain calon suami aku dulu yang makan, baru aku". Abraham berjalan mendekat dan mengigit corndog itu lalu tersenyum kepada Anin. 

Maya masih disana, belum keluar dari ruangan Abraham dan ia melihat interaksi manis antara Anin dan Abraham.

"Mbak Maya mau makan sekalian?" tanya Anin, 

"Tidak, terimakasih" jawab Maya agak ketus, "Saya permisi pak" kali ini nadanya dibuat manja. Sesaat setelah Maya keluar dari ruangan Abraham, 

"Jijik, so manja" gerutu Anin. 

"Kenapa sih calon istri saya?" tanya Abraham gemas, 

"Saya belum jawab ya, pak" jawab Anin ketus, 

"Kayaknya saya suka kamu panggil Mas deh, Nin" ujar Abraham sebelum mulai makan bimbimbapnya. 

"Nanti deh, kalo udah nikah baru aku panggil Mas" jawab Anin tanpa pikir panjang, 

"Itu tandanya kamu mau nikah sama saya" jawab Abraham. Anin merutuki dirinya sendiri yang malah keceplosan.

Mereka makan dengan sesekali bercengkrama, sesekali saling bercerita. Anin menemukan hal baru yang tidak pernah Abraham perlihatkan kepada orang lain, disana ia terlihat tak segagah biasanya, ia juga terlihat manja disana. 

"Kamu makannya belepotan" ujar Abraham yang lantas menyeka saus Tokpokki yang ada di sudut bibir Anin dengan ibu jarinya, lalu ia menjilat saus itu, 

"Enak Nin" ujar Abraham seraya terkekeh. 

"Bapak jorok tau" ujar Anin bergidik ngeri.

Setelah menyelesaikan makan besar mereka, Anin dan Abra tak melanjutkan nontonnya. Mereka malah asyik ngobrol, sampai lupa waktu. 

"Aku kangen kak Kiara" ujar Anin yang sedang duduk menghadap ke arah kaca besar di ruangan Abraham. 

"Sama" jawab Abraham yang sedang tidur berbantalkan paha Anin. 

"Setelah kehilangan kak Kiara, Bang Algi gak senyebelin dulu, dia sering diem-diem ngelamun, dia sering diem-diem nangis. Setiap tidur, Bang Algi selalu meluk foto terakhirnya sama kak Kiara. Dia nyesel, karena kak Kiara pergi pas mereka lagi marahan" ujar Anin, lantas ia mengambil nafas dalam. Abraham baru tau, sebesar itu arti seorang Kiara Garvita untuk seorang Algi Bumantara. 

"Aku kangen bang Algi yang kaya dulu, ceria. Sekarang, aku rasa dia palsu" ujar Anin tiba-tiba. 

"Saya juga merasa sangat amat kehilangan Kiara. Seperti kehilangan separuh hidup saya" jawab Abraham, Anin menatap dalam netra hitam milik Abraham. Lelaki itu lantas bangun dan duduk menghadap ke arah Anin. 

"Tapi, separuh hidup saya yang lainnya justru hadir saat seorang anak SMP menyadarkan saya, kalau bukan hanya saya yang kehilangan, tapi juga semuanya, termasuk dirinya. Dia juga bilang, kalau saya adalah manusia hebat yang tanggung jawabnya sangat besar saat itu, karena harus mengembalikan kehangatan dalam keluarga saya, karena saya menjadi ujung tombak satu-satunya yang harus menjaga Mama dan Papa. Gadis SMP itu membuat saya sadar dan kembali ke kehidupan saya sebelumnya, meskipun berbeda tapi saya berusaha untuk kembali lagi" ujar Abraham. Anin tau siapa gadis SMP yang di maksud, ya, itu dirinya. 

"Kamu sadar gak, Nin?" tanya Abraham, 

"Kenapa pak?" tanya Anin, 

"Kata-kata itu sangat penting untuk orang yang sedang terpuruk. Dan, kamu berhasil narik saya dari lubang tanpa dasar itu. Makasih banyak ya Nin. Karena kamu saya mau meneruskan hidup saya" ujar Abraham seraya tersenyum, tulus sekali. Anin yang refleks langsung saja memeluk Abraham. Lelaki itu balas memeluk Anin dengan sangat erat. Anin merasakan kenyamanan dalam pelukan Abraham, begitupun Abraham yang sangat nyaman dalam pelukan Anin, karena pelukan itu juga keduanya saling menyukai aroma tubuh mereka berdua. 

"Anin, Kamu mau jadi istri saya gak?" tanya Abraham, Anin mengangguk seraya tersenyum dalam dekapan Abraham. 

"Serius, mau?" tanya Abraham seraya melepaskan pelukannya dan menatap kedalam mata Anin, gadis itu kemudian tersenyum dan kembali mengangguk 

"Iya, mau pak" jawab Anin. Abraham memeluk Anin lagi, dan beberapa kali mengucap terimakasih. Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada beberapa pasang mata yang menatap ke arah mereka dengan mengembangkan senyumnya.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang