Selamat membaca 🖤
Typo bertebaran 💅“Halo.” Nyawa masih belum terkumpul Nanda menjawab panggilan yang sejak tadi membuat ponselnya berdering. Sekarang hampir tengah malam dimana Nanda yang sedang tidur nyenyak berakhir terbangun.
“Lo Nanda kan?”
Nanda tidak langsung menjawab, ia justru mengerutkan keningnya. Menatap layar ponselnya yang hanya terpampang nomor tidak dikenal. “Siapa?” tanya Nanda kembali meletakkan ponsel ditelinganya.
“Ke rumah sakit sekarang! Lian sakit, Jordan kecelakaan.”
Mendengar jawaban dari orang di seberang membuat Nanda langsung terduduk dari tidurnya. Raut terkejut tidak bisa disembunyikan. “Jangan bercanda!” dengan alis bertaut sangat serius.
“Gue Lion temen abang lu dan gue lagi ngga bercanda, buruan ke rumah sakit, gue sharelock.”
Setelah sambungan dimatikan, Nanda bergegas membuka pesan masuk ke ponselnya. Menatap foto yang terkirim lantas membuat Nanda turun dari ranjang dan menyambar cardigan yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Menuruni tangga dengan tergesa, langkah kaki menggema di seluruh mansion membuat para maid yang masih bekerja berlari menghampiri Nanda.
“Paman tolong anterin Nanda ke rumah sakit.” Nanda menghampiri sopir pribadinya yang kebetulan masih berjaga.
“Tapi sekarang sudah larut malam, Den Nanda sakit? Biar saya saja yang beli obatnya.” Sang sopir tidak langsung mengiyakan permintaan Nanda. Jam menunjukkan pukul 23.58 terlalu larut untuk keluar. Ia juga tidak ingin membahayakan tuan mudanya.
“Bukan Nanda yang sakit tapi kak Lian sama kak Jordan, buruan paman anterin Nanda.” Nanda sudah pergi terlebih dulu yang langsung disusul oleh si sopir.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Segenting apa pun keadaannya, keselamatan tuan muda yang utama, seusai perintah tuan besar Damarion.
Tanpa sadar Nanda meremat ponsel yang sejak tadi ia genggam. Bohong kalau dirinya tidak khawatir. Seharusnya Nanda merasa senang dengan apa yang sekarang terjadi. Kedua kakak tirinya sakit dengan kata lain ia bebas untuk sementara dari mereka.
Tapi hati tidak bisa berbohong. Sekasar apa pun sikap mereka kepadanya, Nanda sangat peduli dengan keadaan mereka. Kalaupun ditanya mengapa dirinya peduli? Nanda juga tidak tau apa alasan dibalik rasa khawatirnya sekarang. Semua muncul begitu saja tanpa bisa Nanda kendalikan. Rasa peduli sebagai saudara mungkin menjadi alasan terkuat untuk saat ini.
Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk rumah sakit. Nanda melepas seatbeltnya bergegas keluar. “Paman pulang aja ngga papa, Nanda yang bakal urus sendiri di sini.” Setelah mengatakannya Nanda menutup pintu mobil dan masuk ke dalam gedung rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISON [END]
Teen Fiction[END] Terjebak seperti dalam penjara? Begitu dingin dan juga mengekang. Posesif dan juga menggairahkan. Romantis dan juga cemburu. Sakit tapi candu. Nanda dengan kedua kakak tirinya. Sanggupkah Nanda menahan rasa sakit yang 'mereka' berikan? Nanda h...